Artikel

Makna, Hukum dan Rahasia Di Balik Kalimat Basmalah

elegant arabic calligraphy on decorative frame

Pertanyaan yang paling sering muncul pertama kali berkaitan dengan kalimat basmalah adalah: Apakah kalimat “Bismillaahirrahmaanirrahim” adalah termasuk bagian dari Surat Al-Fatihah ataukah bukan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melusuri pandangan para ulama terdahulu, serta dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Pertama-tama perlu diketahui baha para Sahabat Rasulullah saw. tidak pernah berselisih tentang jumlah ayat dalam Surat Al-Fatihah. Mereka bersepakat baha Surat Al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat, sebagaimana diriwayatkan dalam Al-Hadits maupun Al-Qur’an.

Tetapi sebagian besar ahli qira’at dan fuqaha’ berbeda pendapat dalam soal: apakah basmalah dihitung sebagai ayat pertama dari Al-Fatihah ataukah tidak.

Berikut ini beberapa pendapat popular yang menyatakan bahwa basmalah termasuk ayat dari surat Al-Fatihah.

  1. Dalam Mushaf Utsmani, kalimat basmalah ditulis di awal Surat Al-Fatihah, sebagaimana ditulis juga di awal setiap surat yang ada di dalam Al-Qur’an, kecuali Surat At-Taubah. Ini menunjukkan bahwa kalimat basmalah memiliki kedudukan sebagai pembuka Surat dalam Al-Qur’an.
  2. Hadits riwayat Imam Darimi, dari Ibnu Abbas ra., beliau berkata: “Rasulullah saw. tidak mengetahui pemisah antara dua surat kecuali dengan “bismillaahirrahmaanirrahiim.” Ini mengindikasikan bahwa kalimat basmalah bukanlah sekedar bacaan pembuka biasa, melainkan bagian dari wahyu yang diturunkan.
  3. Imam Syafi’i rahimahullah berpendapat bahwa kalimat basmalah adalah ayat pertama dari setiap Surat (kecuali Surat At-Taubah), termasuk Al-Fatihah. Pendapat ini juga diikuti oleh ulama Syafi’iyyah lainnya.

Sebagian ulama lain, seperti Imam Malik rahimahullah, berpendapat bahwa kalimat basmalah tidak termasuk ayat dari Surat Al-Fatihah. Beliau bahkan berpendapat bahwa kalimat basmalah tidak dibaca dengan suara keras (jahr) dalam shalat. Alasannya antara lain:

  1. Dalam riwayat hadits Imam Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah saw. membaca Surat Al-Fatihah dalam shalat tanpa membaca basmalah dengan suara keras (jahriyah).
  2. Dalam Mushaf Madinah dan bacaan sebagian sahabat, ayat pertama Surat Al-Fatihah dimulai dari “Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin.”

Namun demikian, meski terjadi perbedaan pendapat dalam hal ini, semua ulama sepakat bahwa membaca basmalah sebelum membaca surat dalam shalat adalah mustahab (dianjurkan), baik dibaca dengan suara pelan (sirr) maupun keras (jahr), tergantung pada mazhab dan konteks shalat.

 

Makna dan Keutamaan Kalimat Basmalah

Kalimat basmalah terdiri dari tiga bagian, yakni Bismillaah (Dengan nama Allah), Ar-Rahmaan (Yang Maha Pengasih), dan Ar-Rahiim (Yang Maha Penyayang).

Kata “ismi” berasal dari kata dasar “ism”, yang berarti nama. Dalam konteks ini, “Dengan nama Allah” menunjukkan bahwa setiap amal atau pekerjaan yang baik sepatutnya dimulai dengan menyebut nama Allah. Ini mengisyaratkan bahwa segala aktivitas kita hendaknya dilakukan atas dasar keikhlasan kepada Allah SWT.

Kemudian Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim adalah dua nama Allah yang merupakan manifestasi dua sifat kasih sayang Allah, tetapi masing-masing memiliki makna tersendiri. Ar-Rahmaan menggambarkan kasih sayang Allah yang luas dan menyeluruh bagi seluruh makhluk-Nya, tanpa membedakan apakah ia termasuk orang beriman ataukah tidak. Sementara Ar-Rahiim menunjukkan kasih sayang Allah yang berlangsung secara terus-menerus, tetapi ditujukan secara khusus semata-mata kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya.

Para ulama tafsir klasik memberikan penjelasan mendalam terkait dua sifat Allah ini, antara lain:

  • Imam Al-Qurtubi menafsirkan bahwa Ar-Rahmaan adalah kasih sayang Allah yang bersifat umum, tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Sedangkan Ar-Rahiim adalah kasih sayang Allah yang diberikan khusus hanya kepada orang-orang beriman di dunia dan akhirat.
  • Imam Fakhruddin Ar-Razi menyatakan bahwa Ar-Rahmaan menunjukkan sifat yang mutlak dari Allah, sementara Ar-Rahiim menunjukkan pengaruh atau akibat dari sifat tersebut secara nyata, khususnya kepada makhluk-Nya.

Dengan demikian, dengan menyebut kedua sifat Allah yang terkandung dalam kalimat basmalah ini dalam memulai segala aktivitas kita, terkandung makna bahwa kita memohon rahmat Allah yang bersiat umum dan rahmat Allah yang bersifat khusus bagi aktivitas kita itu.

Dengan menyebut dua sifat ini secara bersamaan, seorang Muslim disadarkan bahwa Allah itu Maha Pemurah kepada semua makhluk-Nya, tetapi juga menunjukkan kasih sayang yang lebih mendalam kepada mereka yang beriman dan bertakwa.

 

Kalimat Basmalah Dalam Kehidupan Sehari-hari

Lantas, mengapa kita dianjurkan memulai segala sesuatu dengan kalimat Basmalah?

Dalam hal ini, Allah SWT berfirman “Dan sebutlah nama Tuhanmu ketika kamu lupa.” (QS Al-Kahfi 18:24).

Rasulullah Muhammad saw. juga menekankan dalam banyak hadits bahwa setiap amal yang tidak dimulai dengan basmalah akan terputus dari keberkahan.

Dalam salah sebuah riwayat hadits disebutkan, “Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah, maka amal itu akan terputus (tidak berkah).” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan lainnya)

Karena itu, dengan mengucapkan “bismillaahirrahmaanirrahiim,” selain sebagai niat yang bernilai ibadah, tetapi juga pengingat bagi jiwa kita agar setiap langkah yang diambil senantiasa dalam naungan ridha Allah SWT.

Perlu dicatat juga bahwa kalimat basmalah ini tidak terbatas dibaca pada permulaan membaca Al- Qur’an atau di awal kegiatan ibadah formal. Rasulullah saw. mengajarkan kita untuk mengucapkan basmalah dalam mengawali setiap aktivitas: saat hendak makan minum, saat keluar masuk rumah, saat mengenakan pakaian, saat menaiki kendaraan, bahkan saat hendak berhubungan suami istri.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits, “Jika seseorang di antara kalian akan menggauli istrinya, maka bacalah: ‘Bismillah, Allahumma jannibnasysyaithan wa jannibisysyaithan maa razaqtana,’ maka jika dari hubungan itu lahir anak, setan tidak akan dapat mencelakakannya.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang meliputi seluruh aspek kehidupan, dan kalimat basmalah menjadi pintu masuk untuk menjadikan setiap tindakan sebagai bernilai ibadah.

Kalimat basmalah juga dapat menjadi pelindung dari gangguan setan. Dalam berbagai hadits shahih disebutkan antara lain bahwa:

  • Setan tidak akan ikut makan atau minum jika seseorang membaca basmalah sebelum makan.
  • Ketika seseorang masuk rumah dan membaca  basmalah, setan tidak bisa ikut masuk.
  • Ketika seseorang menyembelih hewan dengan menyebut basmalah, sembelihan itu menjadi halal, dan tidak dikuasai oleh jin atau syaitan.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya setan ikut serta dalam segala hal yang tidak diawali dengan nama Allah.”

Oleh karena itu, membiasakan diri untuk mengucapkan basmalah pada setiap aktivitas akan menjaga kita dari kejahatan yang tersembunyi.

 

Kesimpulan dan Hikmah

Dalam konteks Surat Al-Fatihah, meskipun ada perbedaan pendapat ulama perihal apakah kalimat basmalah termasuk ayat pertama dari surat ini ataukah bukan, tidak ada perbedaan bahwa ia merupakan bagian dari Al-Qur’an yang harus dimuliakan dan diamalkan.

Kalimat basmalah bukan sekadar pembuka bacaan, tetapi merupakan bagian dari syariat Islam yang mencakup setidaknya 4 unsur berikut ini:

  1. Tauhid – karena menyebut nama Allah semata.
  2. Rahmat – karena menyebut dua sifat kasih sayang Allah.
  3. Adab dan Kesopanan – karena memulai segala sesuatu dengan menyebut nama-Nya.
  4. Perlindungan dan Keberkahan – karena dengan membaca basmalah, amalan kita menjadi penuh berkah dan dijamin terlindungi dari godaan setan.

Kalimat basmalah adalah kunci keberkahan, pembuka amal, pengingat tauhid, dan perisai dari setan. Dalam kehidupan sehari-hari, ia menjadi wasilah agar setiap perbuatan kita bernilai ibadah dan berada dalam lindungan rahmat Allah SWT.

Karena itu, sebagai seorang Muslim, hendaknya kita:

  • Membiasakan membaca Bismillah dalam setiap amal.
  • Mengajarkan anak-anak sejak kecil untuk membacanya.
  • Menghayati makna dan hikmah di balik kalimat agung ini.

Semoga kita senantiasa menjaga lisan kita dengan menyebut nama Allah di setiap langkah, dan menjadikan kalimat mulia ini bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Wallaahu a’lam.[]

 

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here