The phenomenon of the spirituality movement in the modern world has penetrated into the foundations of society. Modern humans always long for a happy life, so people enter into spiritual activities, one of which is by joining GAI which aims to gain a new spiritual life. GAI’s offer of spiritual life makes a person have a pluralist attitude in his life in the social realm.
The purpose of this article is to find out about their spiritual activities and how they view other Muslim and non-Muslim communities. The method of this research is field research, which uses a religious phenomenology approach.
The results of this research show that GAI have dimensions of spirituality such as allegiance and Qur’anic ethics which enable them to feel inner peace. Apart from that, they also view people from other Muslim communities as Muslims in general, and their attitude towards the AhlKitab views them with respect. In GAI’s view, there is nothing wrong with a Muslim man marrying a non-Muslim woman and eating food slaughtered by the people of the Bible.
The conclusion of this article is that a spiritual life causes GAI’s religious understanding to become pluralistic and able to open itself to other views.
——-
Fenomena gerakan spritualitas di dunia modern telah merambah ke dalam sendi-sendi masyarakat. Manusia modern selalu mendamba kehidupan yang bahagia, maka dengan demikian orang-orang masuk ke dalam kegiatan-kegiatan spiritual, yang salah satunya dengan ikut bergabung dengan GAI yang bertujuan untuk mendapatkan kehidupan ruhaniah baru. Tawaran kehidupan spiritual GAI menjadikan seseorang itu memiliki sikap pluralis dalam kehidupannya di ranah sosial.
Tujuan dari artikel ini ialah ingin mengetahui kegiatan spiritual mereka dan bagaimana sikap dan cara mereka memandang komunitas muslim lainnya dan non-muslim. Metode pada penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research), yang menggunakan pendekatan fenomenologi agama.
Hasil penelitian ini, GAI memiliki dimensi spiritualitas seperti bai’at dan etika Qur’ani yang menjadikan mereka bisa merasakan ketenangan batin. Selain itu pula mereka memandang orang komunitas muslim lain sebagai muslim pada umumnya, dan sikap mereka terhadap ahl-kitab memandangnya dengan rasa hormat. Bahkan dalam pandangan GAI tidak mengapa seseorang lelaki muslim menikah dengan perempuan non-muslim serta memakan makanan hasil sembelihan ahl al-kitab.
Kesimpulan pada artikel ini ialah kehidupan yang spiritualis tersebut menyebabkan pemahaman keagamaan GAI ini menjadi sikap yang pluralistik dan mampu membuka diri terhadap pandangan lainnya.
- Judul Artikel: TEOLOGI PLURALIS GERAKAN AHMADIYAH INDONESIA (GAI) DI YOGYAKARTA
- Para Penulis:
- M. Guntur Sandi Pratama | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | sandigunturpratama@gmail.com
- Roma Ulinnuha | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | romaulinnuha@uin-suka.ac.id
- Andi Eka Putra | Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung | andiekaputra@radenintan.ac.id
- Sumber : Jurnal Studi Lintas Agama “Al-Adyan”, Vol. 19, No. 1, Januari – Juni, 2024
Comment here