Orang yang tidak memahami bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak bisa merasakan nikmatnya iman kepada Allah Ta’ala. Allah bisa menurunkan berkah pada segala sesuatu. Apabila para hamba-Nya bisa sukses, maka tidak mungkin Dia sendiri tidak bisa sukses.
Ingatlah, banyak perkara yang terikat dengan “kun fayakun”, dan pemahaman kita belum bisa menjangkaunya. Tuhan kita Maha Kuasa. Bagi orang beriman, dengan menyaksikan kekuasaan-Nya, dia memperoleh suatu kenikmatan. Tuhan orang lain tidak demikian. Untuk itu, ada firman Ilahi dalam Quran Syarif:
“Wahai orang-orang kafir. Aku tidak menyembah kepada apa (Tuhan) yang kamu sembah.” (Al Kafirun, 109:1-2).
Banyak orang mengalami musibah, dan mereka mati dalam musibah itu. Tetapi ada beberapa hamba tertentu yang dalam musibah itu memperoleh pertolongan dari Allah Ta’ala. Barangsiapa menjadi mukmin dan muslim sejati, Allah Ta’ala akan turun dengan manifestasi khusus padanya dan menolongnya. Sedangkan orang lain bergantung pada sarana lahiriah. Karena dia tidak punya sarana yang bisa mewujudkan hubungan sejati dengan Allah Ta’ala, seperti yang dipunyai orang beriman yang tulus. Untuk itu Allah berfirman dalam Quran Syarif:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka.” (Ath Thalaq, 65:2-3).
Manusia hendaklah mengenal Allah Ta’ala. Ini merupakan hal sangat besar bagi manusia. Barangsiapa yang tidak merasakan sedikit pun pengaruh manifestasi Ilahi, dia seakan-akan tidak mengenal Allah Ta’ala.
Manifestasi atau perwujudan Allah terjadi sesuai dengan keadaan iman seseorang. Semakin besar ketulusan, iman, dan keikhlasan seseorang, semakin kuat pengaruh manifestasi Ilahi padanya. Inilah keadaan (yang lazim memunculkan) mukjizat atau karomah.
Semakin besar ikhtiar manusia untuk memisahkan diri dari dunia dan menegakkan rangkaian cinta dengan Allah Ta’ala, maka semakin kuat pula ikatan Allah dengannya untuk mendukungnya.
Sesungguhnya tetap patut disayangkan orang yang mengatakan bahwa Allah Ta’ala tidak dapat memperjelas keberadaan-Nya melebihi apa yang telah dia lihat.
Hakikat sifat-sifat Allah mengajarkan syariat batiniah. Hendaklah difahami bahwa Allah Ta’ala berkuasa mutlak memperhatikan hukum-hukum yang telah Dia tetapkan. Hal-hal yang tidak bertentangan dengan sifat-sifat-Nya, dan tidak disebutkan, hal-hal itu dapat Dia lakukan. Tetapi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran-Nya, Dia tidak melakukannya.
Ketika orang beriman menciptakan perubahan dalam hatinya, Allah Ta’ala juga berubah sesuai dengan itu.
Disebutkan dalam Quran:
“Kami berfirman: Wahai api, jadilah kamu dingin dan damai bagi Ibrahin.” (Al Anbiya’, 21:69).
Jika ada orang yang mengkritik, mengapa api menjadi dingin untuk Ibrahim as.? Hendaklah kamu katakan kepadanya, “Tunjukkan iman, ketulusan, dan kesetiaan seperti Ibrahim as., maka padamu akan dianugerahkan kedinginan (dinginnya) api.” ‘Api menjadi dingin’ adalah balasan untuk iman yang khas. Wujudkan iman seperti iman Ibrahim as., dan warisilah mukjizat seperti mukjizat Ibrahim as.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 5, hlm. 247-248).
Comment here