Artikel

Keesaan dalam Perbedaan

celebrate differences on white paper

Perbedaan adalah biasa. Perbedaan adalah anugerah. Perbedaan adalah rahmat. Dengan adanya perbedaan, hidup menjadi lebih indah.

Berbeda keyakinan menjadikan teman tuk berdiskusi dan lebih dekat sesama manusia ciptaan-Nya. Sengaja Tuhan menciptakan kita berbeda agar kita saling mengenal.

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu pria dan wanita, dan membuat kamu suku-suku dan kabilah-kabilah, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah itu Yang Maha-mengetahui, Yang Maha-waspada.” (Al-Hujurat 49:13)

Mungkin banyak yang beranggapan Tuhan-ku, Tuhan-mu dan Tuhan-nya berbeda. Namun itu semua tidak benar. Kita semua mempunyai Tuhan yang sama. Kita mengabdi pada Tuhan yang sama.

“Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia, demikian pula para malaikat dan orang-orang yang mempunyai ilmu, yang berdiri dengan adil. Tak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha-perkasa, Yang Maha-bijaksana.” (Ali ‘Imran 3 : 18)

Semua agama mengakui eksistensi-Nya. Dia itu Esa (Al-Ikhlash 112:1). Sebenarnya tauhid adalah ajaran umum dari semua agama. Kepercayaan akan keesaan Tuhan sudah tertanam dalam kodrat manusia. Ini ditunjukkan dengan keesaan undang-undang-Nya.

Ketertiban yang terjadi di alam ini, cukup untuk menjadi bukti. Bayangkan bila Tuhan itu tidak Esa, maka akan kacau tatanan alam ini. Tiap-tiap Tuhan akan menggunakan keogoisannya masing-masing untuk mengatur dunia ini.

“Sekiranya di sana (langit dan bumi) ada tuhan selain Allah, niscaya itu akan kacau. Maha-suci Allah, Tuhan-nya singgasana, di atas apa yang mereka lukiskan.” (Al-Anbiya 21 : 22)

Sesungguhnya kita semua umat manusia adalah umat yang satu. Karena Tuhan kita itu satu.

“Dan sesungguhnya umat kamu ini adalah umat satu, dan Aku adalah Tuhan kamu, maka bertaqwalah kepada-Ku.”(Al-Mu’minun 23 : 52)

Menurut penuturan Bapak Budi dari Hindu Hare Krishna, “yang kami sembah sama dengan yang kalian sembah, hanya beda bahasa”. Kita mengenal nama-nama Tuhan dari berbagai agama, Allah, Yahweh, Krishna, Eli, dll. Itu hanyalah perbedaan bahasa, nama-nama itu muncul dari daerah asal agama itu lahir. Semua agama berfaham monoteisme. Yang membedakan hanyalah konsepsi ber-tuhan dan cara umat itu mengabdi pada-Nya.

Semua agama mengajarkan kebaikan. Tidak ada yang mengajak pada kejahatan.

“Mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan mereka menyuruh berbuat baik, dan melarang berbuat jahat, dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Dan mereka adalah golongan orang yang shaleh.” (Ali-Imran 3 : 114)

Semua agama itu datangnya dari Pribadi Yang Maha Esa. Keliru bila kita beranggapan sebuah agama itu datangnya dari tangan manusia sendiri. Karena manusia adalah ciptaan-Nya yang sempurna. Tuhan menghendaki kita untuk berbeda-beda agama. Semua umat selalu menyebut-nyebut dan mengingat-ngingat nama-Nya Yang Esa.

“(yaitu) orang-orang yang diusir dari rumah mereka tanpa alasan yang benar, kecuali hanya karena mereka berkata: Tuhan kami ialah Allah. Dan sekiranya tak ada tangkisan Allah terhadap sebagian manusia oleh sebagian yang lain, niscaya akan ditumbangkan biara-biara, dan gereja-gereja, dan kanisah-kanisah, dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak diingat nama Allah. Dan sesungguhnya Allah akan menolong orang yang menolong Dia. Sesungguhnya Allah itu Yang Maha-kuat, Yang Maha-perkasa.” (Al-Hajj 22 : 40)

Mungkin masih banyak di antara kita yang saling salah-menyalahkan sesama umat. Meresa agamakulah yang paling benar. Merasa dirikulah yang sempurna. Sehingga dengan mudahnya kita saling salah-menyalahkan ke-iman-an seseorang, saling kafir-mengkafirkan orang. Sesungguhnya kita tidak berhak untuk saling salah-menyalahkan ke-iman-an seseorang. Karena itu adalah hak prerogratif Tuhan untuk menentukan kebijakan.

Apakah diri saudara sudah memperbaiki iman saudara? Untuk apa kita bersusah payah, berlelah-lelahan untuk menyalahkan keimanan seseorang? Itu semua hanya akan membuang energi dengan percuma.

“Sesungguhnya orang-orang memecah-belah agama mereka, dan menjadi golongan-golongan, engkau tak mempunyai kepentingan apa pun dengan mereka. Urusan mereka hanyalah dengan Allah, lalu Ia akan memberitahukan kepada mereka apa yang mereka lakukan.” (Al-An’am 6 : 159)

Kita harus saling menghargai perbedaan. Bagaimana pun, perbedaan adalah rahmat-Nya yang terbesar. Perbedaan merupakan bentuk cinta kasih Tuhan. Bayangkan bila wajah kita ini datar, tidak ada hidung, mata, mulut. Apakah akan menjadi indah wajah kita? Sebuah motor tidak akan bisa berjalan bila tidak ada roda. Sebuah motor tidak dapat disebut motor bila hanya memiliki jok saja.

Menghargai perbedaan dapat terealisasi bila kita saling memahami. Kita harus berjalan beriringan, bergandengan tangan untuk mencapai hidup dan kehidupan yang damai. Karena Islam yang sesungguhnya adalah kedamaian. Bukan dengan cara memaksakan kehendak untuk membuat kedamaian di bumi.

Membuat semua orang satu faham, bukan itu caranya meraih kedamaian. Berjalanlah penuh cinta kasih sesama umat manusia.[]

  • Penulis : Ibnu Ghulam Tufail | Pegiat di Young Interfaith Peace Community (YIPC) Yogyakarta
Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here