Sentuhan Rohani

Menjadi SEPERTI Nabi

Diutusnya para nabi di dunia ini sesungguhnya dimaksudkan agar umat manusia berikhtiar menjadi seperti mereka.

Kalau dengan meniru para nabi itu kita tidak bisa menjadi seperti mereka, bahkan jika hasrat untuk menjadi seperti mereka itu dianggap bisa menyebabkan kita menjadi kafir atau  murtad, maka sungguh sia-sia kedatangan para nabi itu, dan tak ada gunanya pula iman kita kepada mereka.

Padahal, Quran Syarif memberi petunjuk yang amat jelas. Allah memberi harapan kepada kita, di dalam Surat Al-Fatihah, bahwa kita bisa menjadi seperti para nabi.

Lima kali sehari, Allah memerintahkan kita menghadap-Nya dengan cara menegakkan shalat. Dan dalam shalat itu, kita diminta berdoa kepada-Nya, ihdinash-shiraathal-mustaqim. “Pimpinlah kami pada jalan yang benar. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.” (Al-Fatihah, 1:5-6).

Ayat itu bisa berarti, “Wahai Tuhan kami, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Pengasih. Berilah kami petunjuk atau hidayah, agar kami menjadi seperti Adam Shafiyullah, menjadi seperti Syits Sang Nabiyullah, menjadi seperti Nuh Sang Adam kedua, menjadi seperti Ibrahim Khalilullah, menjadi seperti Musa Kalimullah, menjadi seperti Isa Ruhullah, menjadi seperti Ahmad  Mujtaba Muhammad Mustafa Habibullah, menjadi seperti setiap orang tulus (shiddiq) dan orang setia (syahiid) di dunia ini.”

Beberapa ulama menganggap orang yang menyatakan diri menjadi seperti nabi sebagai kafir dan murtad. Mereka menyebut orang yang menerima ilham dan kabar baik (basyarat) dari Tuhan sebagai murtad, kafir dan ahli neraka.

Bila ayat di atas tidak bisa diartikan seperti yang telah aku uraikan, lantas coba pikirkan dan katakan, bagaimana ayat itu diartikan?

Bila arti yang aku sampaikan itu tidak benar, lantas mengapa Allah berfirman, Qul in kuntum tuhibbuunallaah, fattabi’uuni, yuhbibkumullah. “Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku. Allah akan mencintaimu.” (QS Ali Imran, 3:31).

Hendaklah direnungkan! Manakala seseorang mengikuti kekasih Allah, maka ia juga bisa menjadi kekasih Allah. Adakah orang yang mengikuti kekasih Allah, dia bisa menjadi seperti kekasih Allah atau tidak?

Sayangnya, mereka yang menentangku dengan penuh kedengkian, tak berpikir bahwa bagi para pencari Tuhan, keinginan menjadi seperti nabi itu adalah keinginan yang baik dan mulia, yang bisa merangsang mereka untuk ber-mujahadah, berjuang menuju Allah.

Keinginan itu menjadi motor berkekuatan besar yang menarik mereka ke arah ketakwaan, kesucian, keikhlasan, kebenaran, kejujuran dan ikap istiqamah tingkat tinggi. Ia adalah gairah yang dapat menghilangkan dahaga yang bergelora dalam hati para pencari Tuhan.

Jika para pencari Tuhan itu berputus asa dalam berjuang mencapai maksud itu, maka hidup mereka seakan-akan menjadi tak ada gunanya.

Begitu banyak sufi agung yang telah berlalu mendahului kita. Tak ada seorang pun dari antara mereka yang berselisih paham, bahwa dalam agama ini terbuka jalan bagi siapa pun untuk menjadi seperti para nabi.

Sebagaimana juga Nabi Muhammad saw. sendiri telah memberikan kabar tentang adanya para ulama ruhani atau rabbani (ulama yang memiliki pengetahuan dan pengalaman ruhaniah atau ilahiah) dari kalangan umat beliau, yang beliau gambarkan “seperti nabi-nabi Bani Israil.”

 

(Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Kitab Izala Auham, hlm. 256-259).

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here