Artikel

Teladan Nabi sebagai Sumber Inspirasi Hidup Sejahtera Lahir Batin

Sebelum Nabi Suci Muhammad saw., telah diutus para nabi untuk memimpin suatu umat atau bangsa tertentu. Mereka lazim disebut nabi nasional.

Lain halnya dengan Nabi Suci Muhammad saw. Beliau adalah nabi internasional, dalam arti diutus untuk memimpin sekalian umat manusia dari berbagai bangsa. Beliau tidak saja diutus kepada Bangsa Arab, melainkan kepada sekalian umat manusia di muka bumi ini.

Hal ini terang jelas di dalam firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an: “Dan Kami tiada mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi sekalian umat manusia” (QS 21:107)

Dan lagi: “Dan Kami tidak mengutus engkau, melainkan sebagai pengemban kabar baik dan sebagai juru ingat kepada sekalian manusia” (QS 34:28).

Rasulullah Muhammad saw. itu bukan orang pelamun alias utopis, sehingga kepemimpinannya tidak menyalahi kodrat manusia seumumnya. Beliau bukan pula guru yang hanya pandai mengajar dan pidato, atau pemimpin yang hanya pandai memberi komando, sehingga tidak bisa ditiru oleh para pengikutnya.

Semua yang diajarkan oleh Rasulullah saw. dipraktekkan sendiri olehnya. Apa yang beliau ajarkan dan beliau praktekkan itu tidak bertentangan dengan kodrat atau fitrah manusia, sehingga manusia pasti dapat meniru beliau menurut kemampuan dan kekuatannya masing-masing.

Allah berfirman, “Dan sesungguhnya engkau mempunyai dalam diri Rasulullah contoh yang baik bagi orang yang berharap (bertemu dengan) Allah dan hari akhir” (QS 33:21).

Di dunia ini, tak ada orang yang pengalaman hidupnya selengkap pengalaman hidup Nabi Suci Muhammad saw. Beliau mengalami menjadi anak yatim, gembala, pedagang, guru, pemimpin, komandan perang, hakim, kepala negara, dan nabi.

Rasulullah saw. adalah sahabat yang mencintai dan dicintai kawan, suami yang mencintai dan dicintai istri, ayah dan kakek yang mencintai dan dicintai anak cucu, guru dan pemimpin yang jujur, orang yang dipercaya bahkan oleh musuh-musuhnya.

Rasulullah saw. mengalami dianiaya, ditindas sehebat-hebatnya. Tetapi manakala menjadi pemenang, ia mengampuni dan membebaskan manusia dari segala macam penindasan seperti yang ia rasakan.

Dalam segala hal, Rasulullah saw. senantiasa berpegang teguh pada budi pekerti yang luhur dan sempurna, baik di waktu lemah maupun di waktu jaya.

Misalnya, dalam hal mengampuni musuh. Bila perbuatan ini dilakukan oleh orang yang kalah, maka ini bukanlah budi pekerti agung. Hanya orang yang menang sajalah yang memiliki kesempatan menjalankan budi pekerti ini.

Di dunia sepertinya tak ada seorang pun, baik di zaman dahulu maupun zaman sekarang ini, yang menjalankan budi pekerti itu, selain Nabi Suci Muhammad saw. Tatkala Mekkah ditaklukkan, musuh yang selama hampir dua puluh tahun memusuhi, menganiaya, dan memerangi beliau dan para sahabatnya, diampuni semuanya.

Demikian agung budi pekerti beliau, sehingga Allah berfirman sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya, engkau mempunyai budi pekerti yang amat luhur” (QS 68:4).

Manusia hanya akan sejahtera lahir batin, apabila mereka mau mengambil hidup dan kehidupan Rasulullah Muhammad saw. sebagai suri teladan. Oleh sebab itu, Gerakan Ahmadiyah Indonesia bertekad dan berusaha sekuat-kuatnya mendorong segenap manusia untuk suka mencontoh peri hidup dan kehidupan Nabi Suci Muhammad saw.

Dinukil dan diselia dari “Tafsir Qanun Asasi Gerakan Ahmadiyah Indonesia”, hlm. 20-22

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here