Pada dasarnya dalam keyakinan dan pemahaman kami, Islam harus mengimani semua Nabi. Siapapun nabinya. Tidak membeda-bedakan satu di antara semua.
Sementara itu, tokoh-tokoh keagamaan, termasuk pula diantaranya adalah Paus Fransiskus, sesungguhnya juga merupakan perwakilan atau manifestasi dari Tuhan. Dengan demikian beliau layak dan pantas untuk dihormati.
Di dalam Islam, teladan menghormati para tokoh agama datang langsung dari Nabi Muhammad SAW sendiri. Semasa hidupnya, Kanjeng Nabi Muhammad SAW telah menghormati tokoh-tokoh agama.
Hal itu terjadi, antara lain, ketika beliau menerima kaum Kristen Najran untuk datang ke Madinah. Di akhir perjumpaan, bahkan Nabi Muhammad SAW menjalin perjanjian damai dengan mereka. Melalui perjanjian ini, Nabi Muhammad SAW ingin menanamkan fondasi perdamaian, toleransi, dan moderasi antara umat Islam dengan umat non-Muslim.
Oleh sebab itu, siapapun yang datang, termasuk dari umat agama lain, tentu haruslah dihormati sebagaimana yang dilakukan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Apabila umat dari agama lain berkunjung haruslah dihormati, sudah pasti tokoh agama lain yang datang pun patut diberikan penghormatan.
Lebih-lebih lagi tokoh agama lain yang berkunjung adalah tokoh sekelas Paus Fransiskus, tokoh pemimpin Gereja Katolik sedunia. Sudah barang tentu penghormatan dan penerimaan dari kita semua, utamanya umat Muslim Indonesia adalah sebuah kewajiban.
***
Jika merujuk pada usia beliau dan mendudukkannya dalam konteks ajaran Islam, figur Paus Fransiskus menurut saya adalah sosok yang sudah sampai pada tingkat muthmainnah. Muthmainnah itu adalah jiwa yang tenang, jiwa yang sudah memiliki ketenangan.
Kepada jiwa yang tenang ini, dunia dan sifat-sifat keduniawiannya sudah tidak punya pengaruh lagi. Sejatinya apa yang ia pikirkan maupun apa yang ada di hatinya itu bukanlah lagi persoalan dunia. Sosok dengan jiwa yang tenang seperti Paus Fransiskus sudah tidak akan memikirkan lagi apakah saya akan dihormati orang, apakah saya akan dihargai orang.
Sosok muthmainnah seperti Paus Fransiskus biasanya justru akan memikirkan tentang apa yang harus ia perbuat untuk kebermanfaatan yang semakin besar. Jadi, ke mana pun ia pergi, tentu saja misi dasarnya adalah sudah pasti untuk kemanfaatan yang sebesar-besarnya.
Pribadi yang muthmainnah tentu saja akan punya pengaruh yang kuat. Pengaruh itu tidak berarti harus selalu berhubungan dengan perbuatan yang konkrit dan riil. Dalam suatu perjumpaan biasa pun, pribadi yang muthmainah pastinya akan menghadirkan pancaran spiritual yang kuat, dan hal itu tentu akan punya pengaruh. Saya sungguh yakin bahwa Paus Fransiskus mempunyai kekuatan seperti itu.
***
Kehadiran Paus Fransiskus sebagai tokoh sentral dalam Gereja Katolik tentu semakin membuat kunjungan beliau menjadi sangat bermakna. Ada beberapa makna yang saya kira bisa disebutkan terkait kunjungan Paus Fransiskus dari Vatikan ini.
Makna pertama dan terutama dari kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini menurut saya adalah soal penguatan semangat kebersamaan.
Islam berlandaskan pada ajaran tauhid atau Keesaan Ilahi. Keyakinan akan Keesaan Ilahi itu seharusnya berimplikasi pada kesatuan seluruh umat manusia, apapun agamanya, apapun kebangsaannya, dan apapun bahasanya.
Keesaan Ilahi meniscayakan keesaan seluruh manusia. Apabila tidak berdampak, tentu itu hanyalah omon-omon namanya. Maka dari itu saya sangat merasa aneh ketika ada pihak-pihak yang mengembangkan kebencian di dalam masyarakat dan memecah-belah masyarakat.
Apalagi, bila pihak-pihak itu adalah umat Islam, tentu ini semakin menambah keanehannya. Sebab sebagai penganut Islam, seharusnya yang bersangkutan memikirkan, mengupayakan, dan mengusahakan kesatuan umat manusia, bukannya malah memecah-belah.
Harus kita ingat bersama bahwa agama itu bukan semata-mata hal teoritis. Agama itu tata laku. Agama itu ekspresi dari sistem nilai, secara khusus nilai-nilai Islam. Lalu bagaimana orang lain bisa mengenal nilai itu kalau kita tidak bergaul atau malah memecah-belah?
Di sinilah perlunya seorang penganut Islam bergaul dan melakukan perjumpaan lintas iman, bahkan beda bangsa sekalipun, agar orang lain dapat melihat penerapan sistem nilai yang kita anut dalam Islam yang tercermin pada kebaikan-kebaikan yang kita lakukan.
Makna kedua yang juga berkaitan dengan makna pertama adalah makna penghargaan akan keberagaman dan perbedaan.
Sebagaimana telah saya uraikan di atas bahwa visi pentingnya Islam itu adalah kesatuan umat manusia. Itulah visi yang harus dibangun oleh Islam, oleh seluruh umat Islam. Visi tersebut haruslah diletakkan dalam konteks keberagaman di dunia ini, khususnya di Indonesia.
Tentu saja tidak mungkin untuk mengharapkan semua orang sama, karena faktanya kita semua sudah berbeda. Nah, justru dengan perbedaan itulah bagaimana kemudian kita tetap menjadi satu kesatuan yang kuat untuk membangun dunia ini dan bukan untuk saling menghancurkan.
Makna penting kedua ini sungguh penting bagi bangsa Indonesia mengingat bangsa kita sedang mempersiapkan diri untuk melaksanakan Pilkada serentak. Semakin dekatnya waktu pelaksanaan Pilkada serentak, hampir bisa dipastikan hiruk-pikuk dan tensi dunia politik nasional dan lokal semakin menghangat.
Nah, di sinilah makna penting kedua dari kunjungan Paus Fransiskus, yakni penghargaan akan perbedaan dan keberagaman. Melalui kunjungan beliau yang kita hormati ini, kita diundang untuk dapat lebih jernih membedakan antara perbedaan politik dengan perbedaan kepercayaan, serta jangan mencampuradukkan satu sama lain.
Ketika agama dan politik dicampuradukkan, akan timbullah persoalan konflik yang serius. Oleh karena itu penting bagi kita untuk dengan jernih berani membedakan dan tidak mencampuradukkan antara agama dan politik.
Ketiga, makna dari kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini yang tidak kalah penting menurut saya adalah pada makna dialog sosial. Saya ingin kembali menggunakan contoh keteladanan Kanjeng Nabi Muhammad SAW ketika menerima orang-orang Kristen dari Najran. Dalam perjumpaan itu terjadi pula dialog.
Ada dua dimensi dialog yang terjadi dalam perjumpaan itu, yakni Dialog Teologis dan Dialog Sosial. Tepat di titik inilah salah satu makna pentingnya kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, yaitu pentingnya Dialog Sosial.
Kedatangan Paus Fransiskus tentu saja akan menghadirkan dialog sosial antara beliau dengan para tokoh lintas agama, antara beliau dengan para pemimpin bangsa kita, antara beliau dengan orang-orang muda maupun generasi yang senior, antara beliau dengan mereka yang difabel, dan sebagainya. Dialog-dialog sosial semacam itulah yang penting untuk bangsa kita.
Pasca kunjungan Paus Fransiskus, makna pentingnya Dialog Sosial inilah yang perlu kita gemakan dan kokohkan. Tentu saja dialog sosial ini tidak mudah untuk dilakukan. Akan tetapi apabila dialog sosial semacam ini dapat menunjang kemajuan bangsa mengapa tidak kita lakukan bersama-sama?
Yang terpenting dalam mengembangkan dialog sosial itu adalah jangan hendaknya kita justru mengembangkan kebencian dengan perbedaan ataupun kebencian terhadap latar belakang apapun dan dengan alasan apapun. Karena faktanya Tuhan memang menciptakan kita berbeda-beda.
Merupakan pesan Tuhan pula di dalam Al-Quran bahwa adanya bermacam-macam suku bangsa dan perbedaan yang ada di dunia ini adalah justru supaya orang saling mengenal satu sama lain. Dengan bertemu, dan kemudian saling kenal, kita pun dapat memahami bahwa ternyata di dalam mereka yang berbeda agama, suku, budaya, ras, golongan pun ada kebaikan-kebaikan yang bisa kita adopsi dalam hidup untuk meningkatkan kemaslahatan bersama. Dialog sosial penting didukung dengan upaya kita untuk telaten merawat persaudaraan.
Makna lain yang juga tak kalah penting dari kunjungan Paus Fransiskus adalah makna historis. Bayangkan, kunjungan Paus yang sebelumnya ke Indonesia, yakni Paus Yohanes Paulus II terjadi lebih dari 20 tahun yang lalu. Tepatnya pada Oktober 1989. Sekitar 25 tahun.
Sebelumnya lagi kunjungan Paus terjadi pada Desember 1970 ketika Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia. Tentu saja peristiwa yang terjadi dengan interval sekitar 20-25 tahun ini, dan belum tentu terjadi dalam interval yang sama pula selanjutnya, sudah sepatutnyalah kita sambut dengan suka cita, dengan penuh syukur, dan dengan penuh hormat, sebagaimana yang dahulu dilakukan sendiri oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Akhir kata, kami ucapkan selamat datang kepada Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, yang datang dengan misi perdamaian, misi penguatan akan kebersamaan, misi penghargaan akan keberagaman, dan misi dialog sosial.
Semoga kunjungan Paus Fransiskus memberikan dorongan besar bagi tumbuhnya semangat persaudaraan kita sebagai bangsa, semangat untuk menghargai keberagaman yang adalah kekayaan kita sebagai bangsa Indonesia, semangat untuk memulai dan melanggengkan dialog sosial, serta semangat untuk bersatu sebagai bangsa Indonesia.[]
Oleh: Mulyono | Sekretaris Jendral Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyah Indonesia
Comment here