Artikel

Perlunya Kepatuhan Pada Pelajaran Mujaddid

Ahmadiyah adalah jamaah ruhani yang keberadaannya bukanlah bikin-bikinan, melainkan salah satu perangkat Rahmaniyat Allah untuk suatu rencana tertentu. Dapat dibayangkan, apa akibatnya bila seseorang menolak Rahmaniyat Allah. Pasti rugi sendiri, seperti ruginya bila menolak sinar matahari atau udara. Allah berfirman dalam surat Ar-Rahman 55:13, bahkan diulang lebih dari 30 kali dalam satu surat, “Kemurahan Tuhan Yang manakah yang kamu dustakan?”

Pelajaran yang diberikan oleh Mujaddid 14 H adalah landasan untuk dapat memahami secara benar tentang Allah dan Rasul-Nya. Ini fakta yang sukar dibantah, bahwa tafsir Ahmadiyah tentang Islam pada khususnya dan agama-agama pada umumnya adalah yang paling Ilahiyah. Semakin tekun mempelajari tulisan-tulisan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, maka akan semakin mendalam kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagai sumber segala hajat umat manusia.

Cakrawalanya menjadi semakin luas. Umat diberikan suguhan yang segar, pemandangan yang indah, makanan yang lezat dan suara yang merdu. Orang menjadi percaya diri dan menjadi optimis yang amat kuat serta rasa syukur yang amat mendalam. Rasanya tidak ada alasan untuk tidak menyebarluaskan karunia ini kepada sesama umat seperti keinginan berbagi rasa nikmat kepada sanak keluarga sendiri yang dicintainya.

Rumah yang dihuninya diliputi berkah, dinding-dindingnya akan dihiasi oleh ukiran salam. Alam di sekelilingnya akan terkena hembusan angin pagi yang sejuk. Ke mana pun pergi yang terbayang adalah keindahan wajah Allah. Bumi yang diinjaknya sama sekali tidak membahayakan karena pegangannya kepada langit terlalu kuat. Benar-benar sorga itu seluas langit dan bumi bukan lagi impian dan harapan, tetapi secara nyata telah dialaminya.

Kebahagiaan bukan lagi dambaan, seperti kebanyakan orang mengejar dan mendambakannya. Karunia itulah yang selalu mengikutinya seperti benda selalu diikuti oleh bayangannya. Dapat diumpamakan, seseorang yang telah mencapai kemantapan dalam keahlian atau profesi tertentu. Niscaya orang itu bukan lagi mengejar uang namun sebaliknya uang yang selalu mengejarnya. Seorang dokter yang sudah terkenal reputasinya pasti diburu oleh pasien seberapa pun ia memasang tarif. Demikian pula artis, insinyur atau apa saja.

Untuk dapat mencapai profesionalisme yang tangguh tentu diperlukan jalur-jalur yang panjang dan disiplin yang tinggi yang tidak mungkin dilakukan oleh orang setengah-setengah. Demikian pula gambaran kondisi ruhani. Buat sementara orang kondisi ruhani masih dianggap abstrak, namun sebenarnya ia lebih konkrit, lebih nyata, dan lebih dominan. Sebagaimana lebih dominannya orang yang memiliki kekuatan intelektual daripada yang hanya memiliki kekuatan fisik. Meskipun tidak dapat diingkari kedua-duanya saling isi mengisi.

Di sebagian kalangan saudara-saudara kaum Muslimin ada yang menghendaki wadah tersendiri atau merubah wadah yang telah ada. Ini adalah demand yang wajar, seperti wajarnya seseorang yang kehausan sangat membutuhkan air. Kalau tidak mengerti apa itu air dan dimana tempatnya, niscaya orang hanya akan mendapatkan fatamorgana.

Dalam ilusinya di sana ada satu daerah tertentu yang banyak air, taman yang indah dengan penataan yang terencana matang dan lain-lain. Namun pada dasarnya ia tidak mengetahui persis, apakah benar-benar ada yang dibayangkan itu. Satu “Negara Islam” tertentu dengan undang-undangnya, pimpinannya dan seterusnya. Seolah-olah Islam itu harus berbeda dengan yang lainnya dan bagian dari masyarakat dunia yang sama sekali berbeda. Ada negara A, B, dan Islam. Ini tidak konsisten dengan ide Keesaan Ilahi yang berdampak keesaan umat manusia yang kosmopolit dan universal.

Kita menyadari bahwa kedatangan Islam adalah kedatangan kerajaan Allah yang sudah diturunkan 14 abad yang lalu melalui Nabi Suci Muhammad Saw sebagai Rahmatan lil alamin yaitu rahmat untuk seluruh umat manusia. Kerajaan semacam ini masih merupakan dambaan bagi Nabi Isa a.s. seperti dinyatakan dalam do’anya yang terkenal:  “Bapak kami yang di Sorga, datanglah kerajaanmu di bumi seperti di sorga”. Hasil dan terkabulnya doa tersebut, bahkan juga doa para nabi-nabi sebelumnya telah tergenapi seluruhnya dengan kedatangan Nabi Suci Muhammad Saw.

Singkatnya beliau terkenal dengan sayyidul anbiya-i wal mursalin, artinya penghulu para nabi dan rasul. Dengan demikian menjadi jelas bahwa kerajaan langit tersebut telah lama datang dan kaum muslimin menjadi pewaris tunggalnya. Kemurahan Tuhan yang manakah yang kamu dustakan? ulang Quran Suci berkali-kali.

Kalau sementara ini ada saudara-saudara kita kaum Muslimin yang merasa tertinggal, tersisih, kacau dan katanya ketiadaan pimpinan, maka sesungguhnya hal ini tidak sesuai dengan janji karunia Ilahi. Allah telah memberinya dengan cukup, namun kurang tanggap dan mungkin kurang sesuai dengan seleranya. Ibarat dalam suatu ruangan terasa pengap dan gelap, adalah karena kealpaannya tidak suka membuka pintu dan jendela agar udara segar memasukinya, dan sinar matahari menembusnya, yang akan dengan sendirinya terjadi sirkulasi yang menyehatkan.

Sekiranya orang suka membuka dirinya kepada karunia Allah Yang Maha Agung, niscaya keagungan-Nya akan memantul kepada si penerima. Laksana tumbuh-tumbuhan menerima kekuatan cahaya matahari melalui daun yang kemudian berproses menghasilkan batang, akar, bunga dan akhirnya buah. Oleh karena itu biarkanlah keagungan Allah itu masuk dalam jiwa kita, bukalah pintu dan jendela serta bersihkanlah kaca-kaca yang ada.

Pimpinan tertinggi jelas yaitu Allah, yang kepemimpinan dan kehendak-Nya telah terbabar dalam diri Nabi Suci Muhammad Saw. melalui Quran Suci dan Hadits Nabi. Mujaddid adalah kepanjangan dan perangkat dari risalah Nabi Suci sebagai satu kesatuan. “Taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan pimpinan di antaramu” adalah ayat Qur’an Suci yang banyak sekali orang hafal ayat tersebut. “Pimpinan di antaramu” secara ruhaniah jelas yang dimaksud adalah Mujaddid dengan segala aparat dan perangkatnya.

Sebagai warga negara yang baik, ia harus taat kepada aturan permainan yang berlaku pada negara di mana ia tinggal, demikian pula sebagai warga negara ruhani. Aturan permainan sebagai dasar untuk dapat turut serta dalam suatu pertandingan agar ia muncul sebagai pemenang dan dengan coach atau pelatih Mujaddid segala kebutuhan di arena semuanya telah dilengkapi. Tinggal kita taat dan mempertajam serta membersihkan pribadi dan ruhani masing-masing. Jangan sampai kita terkena kartu kuning, apalagi mendapat kartu merah. Karena ini akan merugikan pribadi maupun team secara keseluruhan.

Bagaimanapun hebatnya seseorang kalau ia di luar team dan di luar arena akan tidak ada gunanya, mustahil ia akan menjadi juara. Khususnya sang juara di mata Allah.[]

 

Oleh: Mansyur Basuki | Sumber: Kumpulan Naskah Siraman Ruhani pada Muktamar GAI XII, 1989

Yuk Bagikan Artikel Ini!
Translate »