Jauh dari keramaian dan kemajuan kota, di sebuah dusun bernama Qadian, hiduplah seorang laki-laki keturunan Persia, bernama Ghulam Ahmad (1839–1908). Nenek moyangnya pindah dari Persia ke India, pada masa awal Kerajaan Mongol, dan menetap di Punjab.
Ghulam Ahmad dibesarkan di Punjab pada masa akhir kekuasaan Kerajaan Sikh. Dalam masa itu, beliau menyaksikan penghinaan kaum Sikh terhadap Islam. Beliau melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kekejaman kaum penindas itu dalam memperlakukan umat Islam.
Semakin sering beliau melihat kesengsaraan umat Islam, beliau merasa semakin cemas akan keadaan mereka, dan memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar Islam dapat hidup kembali.
Ghulam Ahmad memiliki pengetahuan yang dalam tentang Qur’an Suci dan kitab-kitab Islam. Beliau mempelajari sedalam-dalamnya tentang pengaruh peradaban Barat dan teori-teori barunya tentang ilmu fisika dan ilmu alam terhadap batin manusia.
Beliau memahami betul tentang bagaimana abad industri dan abad materialisme memberikan tekanan luar biasa terhadap kehidupan batin manusia, dan bagaimana hal itu merampas hak manusia akan pandangan hidup mereka.
Dengan runtuhnya Kerajaan Mongol di India dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di dunia, runtuh pulalah kekuasaan politik Islam. Kini Islam seolah tinggal namanya saja. Inilah periode gelap gulita bagi umat Islam. Ide tentang Allah Yang hidup hampir-hampir lenyap dari ingatan mereka. Qur’an bukan lagi pedoman hidup dan firman yang hidup bagi mereka, melainkan huruf-huruf mati belaka.
Inilah zaman para Mullah (ulama) dan Pir (kyai) menyombongkan diri sebagai satu-satunya orang yang berhak menerangkan agama Islam, seperti halnya kaum Brahma dalam agama Hindu. Para Mullah dan Pir melarang umat untuk berhubungan langsung dengan Allah, karena menurut mereka segala hal keruhanian hanya dapat diperoleh melalui mereka.
Sumber kesucian, yaitu Qur’an, telah ditinggalkan sama sekali. Agnostisisme, skeptisisme dan ateisme merajalela. Pemuda-pemuda Islam dididik berdasarkan kebudayaan dan peradaban Barat.
Inilah periode kemunduran dan kemerosotan Islam. Tak nampak lagi sisa-sisa iman yang hidup kepada Allah, Qur’an dan Nabi Suci Muhammad saw. Mereka beranggapan bahwa satu-satunya kunci ke Sorga adalah kemajuan material.
Dalam keadaan demikian, Ghulam Ahmad mengumandangkan seruan: “Allah Ada! Allah Hidup! Allah berfirman sebagaimana dahulu berfirman! Iman yang hidup kepada Allah adalah perlu sekali, bahkan amat penting, karena dalam iman yang hidup kepada Allah itulah terletak rahasia kebahagiaan di dunia dan Akhirat”.
Pada abad ke-19, tatkala dunia Islam diliputi oleh kegelapan, dan kaum Muslimin berada dalam cengkeraman pergulatan sengit dengan peradaban Barat, dan tatkala kaum Nasrani dan kaum Arya Samaj memburuk-burukkan Islam dan Nabi Suci saw., Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menghadapi tantangan mereka dan bertempur seorang diri membela Islam.
Beliau menulis karangan menentang agnostisisme, skeptisisme dan ateisme. Beliau berupaya menegakkan kembali prestise atau perbawa Islam dalam dunia agama. Di samping itu, beliau membuka rahasia cahaya yang menyilaukan mata tentang Qur’an Suci, dan mengumandangkan dengan gagah berani bahwa tak ada jalan lain untuk mencapai kebahagiaan selain melalui cahaya yang dinyalakan oleh Nabi Suci saw.
Mirza Ghulam Ahmad membantah semua tuduhan yang dilancarkan terhadap Islam dan Nabi Suci saw. Dengan tulisan-tulisannya yang penuh kekuatan. Beliau menegakkan kebenaran Islam dengan dalil-dalil yang kuat, “yang dapat menyucikan batin manusia, dan meningkatkan kehidupan manusia ke tingkat yang paling tinggi”, dan mengajukan tantangan kepada para pengikut agama-agama lain supaya membuat tulisan-tulisan ilmiah, yang dalil-dalilnya diambil dari kitab suci mereka.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad merumuskan dalil dari Qur’an Suci bahwa “ajaran kitab suci itu pasti tak bertentangan dengan hukum alam”. Di samping itu, beliau menerangkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah itu ada. Beliau menjelaskan bahwa dalam batin manusia selalu ada keinginan kodrati untuk berhubungan dengan Allah. Keinginan kodrat dalam batin manusia ini hanya dapat dipenuhi apabila Allah bersabda kepada manusia.
Ghulam Ahmad memberi penjelasan yang amat menarik tentang sifat-sifat Allah yang tercantum dalam Qur’an Suci. Beliau meyakini bahwa Allah mendengar permohonan manusia dan mengijabahinya. Beliau menerangkan bahwa wawansabda antara Allah dan manusia itu menurut istilah agama disebut wahyu Ilahi.
Menurut beliau, wahyu Ilahi bukanlah fenomena di zaman lampau saja. “Allah berfirman kepada para pengikut Nabi Suci yang terpilih. Kini, Ia bersabda kepadaku. Inilah bukti hidup tentang adanya Allah”. Hal inilah yang menyebabkan Ghulam Ahmad terlibat dalam banyak perdebatan.
Untuk menangkis serangan dan kritik terhadap Islam dan Nabi Suci, beliau menulis kitab Barahini Ahmadiyah dalam empat jilid. Kitab ini berisi pembahasan tentang adanya Allah, Nabi Suci Muhammad, Kitab Suci Al-Qur’an, dan wahyu Ilahi lainnya.
Kitab ini membahas berbagai buah pikiran yang berbeda-beda tentang agama. Kitab ini menggemparkan dunia agama dan melahirkan decak kagum kaum Muslimin di mana-mana.
Dengan diterbitkannya Kitab ini, Ghulam Ahmad memperoleh penghargaan yang amat tinggi di hati tiap-tiap orang yang menganut agama apa pun. Maulvi Muhammad Husein al-Batala, pemimpin Ahlul-Hadits, yang juga adalah kawan sekolah Ghulam Ahmad, menuliskan pendapatnya tentang buku ini dalam majalah Isha’atis-Sunnah yang beliau pimpin, yang panjangnya lebih kurang 152 halaman.
Antara lain beliau menulis sebagai berikut:
“Inilah ikhtisar kitab itu. Sekarang kami hendak mengemukakan pendapat kami tentang kitab ini dengan singkat dan tak berlebih-lebihan. Menurut pendapat kami, dengan melihat abad sekarang dan keadaan dewasa ini di sepanjang sejarah Islam, belum pernah diterbitkan kitab seperti ini, entahlah di zaman yang akan datang.
Penulis kitab ini memperlihatkan keteguhan batinnya dalam membela perkara Islam dengan kerja keras, baik dengan lisan maupun tulisan, yang jarang bandingannya di antara kaum Muslimin zaman sebelumnya.
Jika orang menganggap keterangan-keterangan kami ini berlebih-lebihan, silahkan tunjukkan sebuah kitab yang isinya membela agama Islam dengan gigih terhadap serangan lawan, teristimewa terhadap serangan Arya Samaj dan Brahma Samaj dari golongan agama Hindu.
Selain itu, silakan tunjukkan, adakah orang lain seperti beliau, yang selain berjasa dalam perkara ini, dapat pula membuktikan kekuatan ruhani agama Islam, dan yang dengan gagah berani mengajukan tantangan kepada musuh-musuh Islam dan kaum kafir tentang kebenaran wahyu Ilahi seperti berikut: “Barangsiapa ragu-ragu tentang kebenaran wahyu Ilahi, silahkan datang ke tempatku untuk menyaksikan dan mengalami sendiri kebenaran wahyu Ilahi.”
Inait Ali Khan | Sekretaris Ahmadiyya Anjuman Isha’ati Islam Lahore
- Tulisan di atas adalah Kata Pengantar dalam jilid I buku “Barahini Ahmadiyah” (Terjemah) karya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad
- Lihat Sumber asli di sini
Comment here