Artikel

Pasang Surutnya Umat Islam

Sejarah dunia umumnya dan sejarah Islam khususnya mengalami pasang surut. Pada waktu umat Islam masih betul-betul setia dan taat kepada Alquran, yakni di zaman Nabi Suci Muhammad saw. dan para Sahabat, sampai zaman tabi’in dan tabi’ut-tabi’in, umat Islam pernah mempunyai kekuatan dunia begitu besar, hingga tak ada kekuasaan luar dapat merobohkannya.

Mereka terkenal sebagai umat yang tinggi akhlaknya, sehingga banyak umat agama lain berbodnong-bondong memeluk Islam. Bukan karena sebab lain selain karena tertarik oleh ketinggian akhlak mereka.

Akan tetapi zaman keemasan ini hanya berlangsung tiga abad lamanya. Sesudah itu, umat Islam mengalami kemunduran dan kemerosotan, hingga akhirnya mereka tak mempunyai kekuasaan dunia sama sekali.

Mengapa demikian? Karena umat Islam meninggalkan prinsip-prinsip yang membikin mereka berkuasa di dunia. Quran bersabda, “Sesungguhnya Allah tak mengubah keadaan suatu bangsa, sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS 13:11).

Dari ayat ini terang sekali bahwa umat Islam tak akan mengalami kemunduran dan kemerosotan, jika mereka tak meninggalkan prinsip-prinsip yang membikin mereka berkuasa di dunia.

Hal ini dikuatkan oleh Sabda Nabi Suci, “Jika umatku mengagungkan perkara duniawi, maka akan lenyaplah kehebatan Islam. Dan jika umatku meninggalkan amar ma’ruf nahyi munkar, maka akan hilanglah berkahnya wahyu. Dan jika mereka mulai mencaci maki satu sama lain, maka akan jatuhlah mereka di mata Allah” (HR Tirmidzi).

Seorang ulam besar dari Mesir, Syaikh Muhammad Abduh, berkata, “Al-Islaamu mahjuubun bil muslimiin.” Artinya, kemajuan Islam itu dihalang-halangi oleh kaum Muslimin sendiri.

Jadi terang sekali bahwa jatuhnya umat Islam bukanlah disebabkan oleh pihak luar, melainkan oleh ulah kaum muslimin sendiri.

Kaum muslimin yang di zaman keemasan gemar mengorbankan harta dan jiwa untuk kemajuan agama dan umat, kini menjadi pemalas dan kikir. Mereka gemar mengumpulkan harta, tetapi untuk kepentingan diri sendiri.

Umat Islam yang di zaman keemasan gemar mencari ilmu, sampai mereka terkenal sebagai pembawa obor ilmu pengetahuan, kini terkenal sebagai umat yang bodoh dan terbelakang. Umat Islam yang di zaman keemasan terkenal mempunyai akhlak yang tinggi, kini berubah menjadi umat yang rusak akhlaknya.

Kita, umat Islam zaman sekarang, boleh menyombongkan dan membanggakan kebesaran umat Islam zaman permulaan, tetapi kita akan tetap kerdil, kecuali jika kita mau meniru dan mengikuti jejak mereka yang heroik itu. Sebaliknya, kita tidak cukup hanya mengomel dan merasa sedih akan kemunduran umat Islam, tanpa disertai tindakan yang positif untuk menghilangkan sebab-sebab kemunduran itu.

Adalah suatu persamaan kejadian yang sangat mengagumkan bahwa peristiwa yang dialami oleh umat Islam sekarang ini, ternyata telah diramalkan sebelumnya oleh Nabi Suci Muhammad saw.

Dalam kitab-kitab Hadits, kita menemukan banyak sekali ramalan Nabi Suci tentang fitnah dan percobaan yang akan menimpa umat Islam di akhir zaman. Lebih mengherankan lagi karena ramalan ini diucapkan tatkala Islam sedang dalam keadaan jaya, dan seluruh dunia merasa takut akan pesatnya kemajuan Islam.

Akan tetapi alangkah sedihnya bahwa kaum Muslimin sendiri selalu terlibat dalam percekcokan mengenai masalah-masalah kecil, sehingga mereka tidak sempat untuk memikirkan persoalan yang lebih penting.

Seandainya kaum muslimin menaruh perhatian sedikit saja akan hebatnya pergolakan yang sekarang sedang berlangsung antara kekuatan materiil dan kekuatan spirituil, niscara mereka akan melihat dengan terang bahwa pengamuknya Dajjal dan merajalelanya Yakjuj wa Makjuj itu bukan dongengan kosong, melainkan suatu kejadian yang sebenarnya.

Seorang besar yang tajam penglihatannya, bahkan orang yang paling besar yang pernah muncul di dunia, yakni Nabi Suci Muhammad saw. melukiskan sejelas-jelasnya peristiwa yang akan terjadi 1300 tahun kemudian, sehingga orang akan berpikir seakan-akan beliau melihat peristiwa itu terjadi di hadapan beliau.

Atas peringatan Nabi Suci, kaum muslimin wajib memikirkan hadits-hadits yang menerangkan fitnah zaman akhir, dan melupakan perselisihan di antara mereka sendiri mengenai persoalan kecil dan remeh, yang tak akan menguntungkan umat Islam.

Menurut Hadits, di antara fitnah zaman akhir yang paling besar ialah fitnahnya Dajjal. Sehingga, dalam tiap-tiap shalat, kaum muslimin dianjurkan supaya berdoa agar diselamatkan dari fitnahnya Dajjal.

Nabi Suci bersabda, “Semenjak terciptanya manusia sampai hari Kiamat, tak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal” (HR Muslim)

Apakah yang dimaksud dengan fitnahnya Dajjal itu? menurut buku Dajjal, Yakjuj wa Makjuj, karya Maulana Muhammad Ali, ialah penyerbuan bangsa-bangsa Eropa ke benua Asia-Afrika, yang sebagian besar penduduknya beragama Islam.

Mereka bukan saja menjalankan politik penghisapan oleh manusia atas manusia, melainkan pula memperbudak bangsa-bangsa Asia-Afrika, baik dalam bidang jasmani maupun dalam bidang rohani. Memperbudak dalam bidang rohani berupa penyebaran agama Nasrani, yang untuk tercapainya tujuan ini, mereka menggunakan cara-cara yang licik. Fitnah ini memuncak pada akhir abad 13 Hijriyah, atau akhir abad 19 Masehi.

Untunglah bahwa pada abad 20 Masehi sekarang ini, perbudakan jasmani hampir tidak ada lagi. Tetapi perbudakan rohani masih tetap merajalela, dan tetap mencengkeram umat Islam di seluruh dunia.

Inilah yang disinyalir oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dalam buku Fathi Islam, bahwa zaman ini adalah zaman kesesatan. Apakah ciri khas zaman kesesatan itu? Ialah hilangnya iman yang hidup kepada Allah yang Maha Hidup, seakan-akan iman telah terbang ke bintang Tsuraya.

Sudah menjadi sunnatullah, manakala manusia kehilangan iman kepada Allah, kejahatan dan kerusakan merajalela di bumi. Manusia lebih mementingkan urusan duniawi dan melalaikan urusan rohani. Dalam keadaan demikian, hawa nafsulah yang menguasai manusia. Akibatnya, dunia menjadi kacau dan tak aman.

Sementara itu, umat Islam sendiri dalam keadaan lumpuh dan tak berdaya. Jangankan untuk mengurus dunia, mengurus rumah tangga sendiri saja tidak beres. Padahal mereka mempunyai Quran yang sama seperti umat Islam zaman permulaan.

Akan tetapi bedanya, jika umat Islam zaman permulaan, mereka mengamalkan Quran 100%, umat Islam zaman sekarang sebagian besar tak mengerti Quran. Maka dari itu, mereka tak mengamalkan Quran. Akibatnya, mereka gampang terpikat oleh fitnahnya Dajjal.

Pada umumnya umat Islam sangat menantikan turunnya Al-Masih. Karena mereka membaca Hadits bahwa dengan turunny Al-Masih, Islam akan jaya. Hanya Al-Masih sajalah yang dapat mengalahkan Dajjal.

Tetapi umat Islam sudah seperti umat Yahudi pada waktu turunnya Masih bin Maryam. Pada waktu itu, kaum Yahudi menantikan turunnya tiga nabi yang diramalkan dalam Kitab Suci mereka, yaitu Ilyas, Isa dan ‘Nabi itu’ (Muhammad).

Akan tetapi pada waktu Nabi Isa datang sungguh-sungguh, umat Yahudi tak mau beriman, bahkan dituduh dan dilaporkan keapda yang berwajib sebagai orang yang berdosa besar. Akibatnya, Nabi Isa ditangkap dan disalib. Untunglah bahwa Allah menyelamatkan beliau dari kematian di tiang salib, sebagai mati terkutuk.

Bahkan pada waktu Nabi Suci Muhammad daatang, umat Yahudi merupakan umat yang paling gigih menolaknya. Artinya, setiap kali Utusan datang, manusia menolaknya.

Inilah keadaan yang dikeluhkan dalam Quran Suci, “Celaka sekali hamba-hamba itu! Tak pernah datang seorang Utusan kepada mereka, melainkan mereka menertawakan dia.” (QS 36:30)

Demikian pula keadaan umat Islam zaman sekarang. Masih yang Dijanjikan telah datang. Tetapi sebagian besar umat Islam menolaknya.

Tetapi tanpa mempeduikan penolakan umat Islam, Masih Mau’ud melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

Pertama-tama beliau mengupas sebab-sebab kemunduran umat Islam. Beliau menerangkan bahwa banyak sekali sebab yang menyebabkan kemunduran umat Islam, akan tetapi yang paling besar ialah, umat Islam sudah kehilangan iman yang hidup kepada Allah Yang Maha Hidup. Beliau berkata, “Allah bersabda dan akan selalu bersabda, sebagaimana dahulu bersabda, dan Allah bersabda kepadaku.”

Beliau mengarang beberapa kitab, yang menggambarkan keindahan Islam dan keampuhan Roh Quran Suci dapat menaklukkan dunia, sebagaimana pernah dibuktikan oleh Nabi Suci dan para Sahabat.

Beliau membuktikan kebenaran ucapannya, dengan mengirimkan misinya ke seluruh dunia, teristimewa ke dunia Barat. Dan kini tanaman beliau mulai tumbuh.

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad juga mengupas fitnahnya Dajjal, dan menunjukkan pula cara-cara penumpasannya. Beliau berkata bahwa Dajjal bukanlah satu orang, melainkan segolongan bangsa.

Sungguh aneh bahwa orang yang dapat menerangkan identitas Dajjal hanyalah orang dusun, yang sedikit sekali pengetahuannya tentang perkara dunia.

Beliau menerangkan bahwa Dajjal, Yakjuj wa Makjuj itu tidak lain ialah bangsa-bangsa Eropa yang berkuasa di dunia dan menjajah negara kita. Mereka disebut Dajjal karena kebohongan mereka dan penipuan mereka tentang hal agama. Dan mereka disebut Yakjuj wa Makjuj karena mereka mempunyai kekuasaan politik yang besar.

Memang dalam Hadits diriwayatkan bahwa pada akhir zaman, Masih Mau’ud akan membunuh Dajjal. Tetapi hendaklah orang jangan menafsirkan kata “membunuh” ini secara harfiah (letterlijk). Karena dalam Quran diuraikan bahwa sekalian pengikut Nabi Isa akan hidup sampai hari kiamat (QS 3:55).

Adapun yang dimaksud “membunuh” hanyalah memberantas kepalsuan Dajjal. Jadi, bukan membunuh dengan pedang, melainkan dengan dalil-dalil yang tajam, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits berikut ini.

“Apabila (Dajjal) muncul, dan aku berada di sekelilingnya, aku akan mengalahkan dia dengan dalil-dalil. Dan apabila ia muncul sedangkan aku tak berada di sekelilingmu, hendaklah tiap-tiap orang berbantah dengan dia” (Kanzul Ummal, Jilid VII hlm 2706).

Oleh sebab itu, Masih Mau’ud akan mengalahkan Dajjal dengan dalil-dalil. Dan ini telah beliau kerjakan, dan dikerjakan pula oleh para pengikut beliau yang tersebar di dunia.

Dalam kitab Tadzkirah, hlm 502, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menulis,

“Tiga ratus tahun sejak sekarang belum habis, tatkala kaum Muslimin dan kaum Nasrani yang menanti-nanti kedatangan Al-Masih yang kedua akan menjadi putus harapan dan meninggalkan faham ini. Lalu di saat itu hanya satu agama yang berkuasa dan satu pemimpin, yaitu Nabi Suci Muhammad saw.

Aku datang untuk menabur biji, dan ini telah aku kerjakan. Biji itu kini tumbuh dengan subur dan tak seorang pun dapat menghalang-halanginya.”

Oleh : Muh. Ali A.R. | Sumber : Warta Keluarga GAI No. 29 | 1 Mei 1973

Yuk Bagikan Artikel Ini!
Translate »