Edisi KemerdekaanTokoh

Sekelumit Riwayat Hidup R. Soedewo P.K.

“Sesungguhnya salatku, pengorbananku, hidupku dan matiku, adalah untuk Allah, Rabb serwa sekalian alam.” (6:163)

R. Soedewo P.K. almarhum, mudah-mudahan perkenan Tuhan tetap atasnya, dilahirkan pada bulan Februari tahun 1906 di Jember dan wafat pada 22 November 1971 bulan Ramadhan di Jakarta dan disemayamkan di Bogor. Pendidikan yang telah ditempuhnya adalah HIS – 1919, Kweekschool – 1923, Hogere Kweekschool – 1926, dan Hoofdekte – 1934.

Sebagai patriot bangsa Indonesia, Soedewo adalah salah seorang anggota Jong Islamieten Bond (JIB) yang ikut hadir pada waktu ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. Dalam zaman perang kemerdekaan ikut bergerilya, dan tetap sebagai pejuang yang pantang menyerah.

Sebagai tanda penghargaan atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan hamba negara yang taat dan tekun, Pemerintah telah menganugerahkan “Satya Lancana Karya” kelas III.

Dalam jabatan di perguruan, Seodewo mencapai tingkat jabatan yang tertinggi sampai pada masa pensiun sebagai Inspektur Sekolah Rakyat.

Menurut pendidikannya, Soedewo termasuk golongan intelektuil yang pada lazimnya terpisah dari lingkungan dan suasana keagamaan, di sini yang dimaksud adalah agama Islam. Golongan pemuda-pemuda Islam terpelajar ini karena keadaan kurang sekali menaruh perhatian terhadap agama Islam dan malahan menunjukkan sikap yang acuh tak acuh.

Akan tetapi dalam hal diri Soedewo ini rupa-rupanya Tuhan telah mempunyai rencana. Kesempatan yang baik mempertemukan dirinya dengan seorang Missionaris dari Gerakan Ahmadiyah Lahore dari Pakistan (waktu itu India), yaitu Mirza Wali Ahmad Baig.

Bakat musik mendorong Soedewo menemui Wali Ahmad Baig untuk menanyakan koplet-koplet puisi dalam bahasa Inggris. Pada akhir perjumpaan yang pertama itu, Mirza menawarkan kepadanya puisi yang lebih indah dan megah. Ini terjadi pada tahun 1926 di Jogjakarta, dimana Soedewo menjadi guru di HIS Muhammadiyah.

Pada perjumpaan berikutnya Mirza memperlihatkan kepada Seodewo The Holy Quran, Arabic Text, Translation and Commentary, karya utama dari Maulvi Muhammad Ali, M.A., LL.B. Quran Suci inilah yang dimaksudkan oleh Mirza dengan puisi yang lebih indah dan megah itu.

Kemudian terjalinlah antara Mirza dan pemuda Soedewo hubungan yang erat dan mesra sebagai guru dan murid, sebagai bapak dan anak. Dengan bimbingan Mirza, kemudian Soedewo mendalami Quran Suci dan berlatih bahasa Inggris.

Adapun Mirza sebagai missionaris dari Gerakan Ahmadiyah Lahore datang di Indonesia untuk membela dan menyiarkan Islam sebagaimana yang telah diterangkan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, yaitu Mujaddid pada abad ke-14 Hijriyah dan pendiri Gerakan Ahmadiyah.

Sekelompok kecil Muslim berpendidikan Barat, termasuk di antaranya Soedewo, menerima ajaran Islam yang menyegarkan jiwa itu. Dari kelompok kecil ini timbullah persaudaraan Islam, yang diberi nama “Muslim Broederschap”, dengan majalah bulanannya “Correspondentie Blad”. Soedewo menjadi pengarang tetap dari majalah ini.

Karena sesuatu hal yang serius dan mendesak, sebagian besar dari anggota Muslim Broederschap yang merangkap menjadi anggota Muhammadiyah di bawah pimpinan H.M. Djojosoegito mendirikan Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia (GAI) pada tahun 1928 di Jogjakarta. Soedewo menjadi Sekretaris II Pedoman Besar GAI yang pertama.

Sekali menemukan Quran Suci, Soedewo minum dari sumber suci sepuas-puasnya. Minum ma’ul-hayat yang menyegarkan jiwa dan mengembangkan potensi-potensinya yang terpendam menjadi kekuatan dan tenaga yang hebat, laksana pohon yang besar, berakar kuat dan dalam di tanah, berdaun lebat dan berbuah serta memberikan manfaat kepada diri sendiri, kepada agama dan bangsa.

Di samping mencari nafkah untuk keluarga sebagai guru dan inspektur sekolah rakyat, Soedewo mencurahkan minat, perhatian dan waktu, tenaga dan harta bendanya untuk Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia (GAI) yang dia cintai, dan untuk Islam yang dibela mati-matian selama hayat dikandung badan.

Semboyan yang kerap kali Soedewo ucapkan sebagai peringatan kepada teman-teman seperjuangannya ialah ayat Quran Suci yang tertera pada permulaan karangan ini. Soedewo menaati benar semboyan itu dalam keadaan yang bagaimanapun juga.

Dalam usia dua puluh delapan tahun, Soedewo telah menyelesaikan terjemahan Quran Suci dalam bahasa Belanda: Helige Quran. Quran bahasa Belanda tersebar di seluruh Indonesia di tangan para cerdik pandai, di Nederland dan di Suriname. Dan sampai di tangan para pemimpin Negara baik di Indonesia maupun di Negeri Belanda. Kemudian menyusul terjemahan buku besar lainnya oleh Soedewo, yaitu De Religie van den Islam, terjemahan dari The Religion of Islam karangan Maulvi Muhammad Ali, M.A., LL.B.

Sebelum itu dalam waktu singkat telah diterjemahkan oleh Soedewo dalam bahasa Belanda dari bahasa Inggris buku-buku: Muhammad de Profeet, De Leerstellingen van den Islam, Het Geheim van het Bestaan, Het Nut van God, De Bronnen van het Christendom, De Geboorte van Jezus, Mirza Ghulam Ahmad de Man, De Instelling van het Gebed, De Boodschap van den Heiligen Profeet tot Europa, De Waarheid van den Heiligen Profeet, Korte Schets van het Leven van den Heilegen Profeet, De Inleiding tot de Studie van den Quran.

Buku-buku karangannya sendiri antara lain: Positive Levenshouding van den Islam, Keur van de Quran Verzen, Handleiding tot de Studie van de Arabische Taal.

Soedewo selalu duduk dalam staf redaksi majalah: Assalam (bahasa Belanda), Risalah Ahmadiyah, Safinatu Nuh. Buku-buku dan majalah ini semuanya dikeluarkan oleh Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia (GAI). Bukan sedikit pengaruh buku-buku itu, karena dapat mengubah pandangan kaum cerdik pandai tentang agama Islam dalam arti yang baik.

Datanglah zaman Indonesia merdeka! Di sini pun pena Soedewo yang hidup menyumbangkan buahnya, bagi GAI pada khususnya dan untuk Islam pada umumnya. Maka keluarlah karangannya: Gerakan Ahmadiyah, Intisari Quran Suci, Islam yang Saya Bela, Cara Mempelajari Quran, Jezus Tidak Mati di Kayu Palang, Ishak atau Ismailkah yang Dikurbankan?, Mi’raj Nabi Muhammad saw., Tuntunan Pelajaran Bahasa Arab, Islam dan Ilmu Pengetahuan.

Sejak GAI didirikan, Soedewo selalu duduk dalam staf pimpinan dan banyak mengucapkan pidato dalam kongres GAI dan dalam rapat-rapat umum dengan tema pokok: Allah, Nabi Suci, Quran Suci dan Islam.

Menurut profesinya, Soedewo banyak mengarang buku-buku pelajaran sekolah dan membuat atlas sekolah dan atlas sejarah. Buku karangan Soedewo yang terakhir adalah Keesaan Ilahi.

Melihat karangan dan terjemahan Soedewo yang banyak jumlahnya dan usaha-usaha kerang tak menghitung waktu dan kenal lelah, dan cita-cita yang diutarakan di dalam kongres dan rapat umum dan percakapan sehari-hari dengan handai tolan, dapatlah diambil kesimpulan, bahwa cita-citanya ialah menyiarkan dan membela Islam dan memberantas pengertian yang salah tentang Tuhan Yang Maha Esa, Quran Suci, Nabi Muhammad saw. dan Islam.

“Wahai orang yang beriman, maukan kamu Kutunjukkan barang dagangan yang akan menyelamatkan kamu dari siksa yang pedih? Berimanlah kepada Allah dan UtusanNya, dan berjuanglah di jalan Allah dengan harta bendamu dan jiwamu. Ini adalah baik jika kamu tahu. Dia akan mengampuni dosa kamu dan akan memasukkan kamu di Taman yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan tempat tinggal yang baik di Taman yang kekal!” (61:10-12)

Soedewo sangat memperhatikan dan menaati seruan Allah ini, dan sebagai seorang Muslim telah menunaikan tugasnya sebaik-baiknya dan menjadi teladan dalam hal mengabdikan diri kepada agama, nusa dan bangsa.

 

Jakarta, 28 September 1979 | Penulis Anonim

Sumber: “Buku Kenang-kenangan GAI usia 50 tahun (Golden Jubilee)”, 1979, hlm. 26-29

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here