Artikel

Menjunjung Tinggi Agama Melebihi Dunia

Sambutan Ketua Umum Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyah Indonesia (PB GAI) pada Jalsah Salanah (Pengajian Tahunan), 24-25 Desember 2021

 

Bismillahirrahmanirrahim
Nahmaduhu wanushalli ‘ala rasulihil karim
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati, ketua, wakil ketua dan segenap anggota Majelis Amanah Organisasi GAI.
Yang saya hormati, ketua dan segenap anggota Dewan Pertimbangan PB GAI
Yang saya hormati, segenap pengurus PB GAI dan segenap pengurus Cabang GAI di berbagai daerah di Indonesia.
Yang saya hormati, semua anggota dan simpatisan GAI.

Pertama-tama, saya panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt., berkat rahmat, berkah dan ridha-Nya, kita dapat mengikuti Jalsah Salanah tahun 2021 ini, dengan tema “Kembali Kepada Gerakan Spiritual”, dengan lancar, tiada aral yang melintang. Shalawat dan salam semoga selalu Allah curahkan kepada teladan kita, yang mulia Nabi Muhammad saw.

Bapak/Ibu/Saudara sekalian yang saya hormati.

Sebagai ketua umum PB GAI, saya menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada segenap panitia jalsah, yang dengan ikhlas telah berkenan menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dsb. untuk penyelenggaraan jalsah ini, sehingga jalsah ini dapat berlangsung dengan baik.

Saya sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para Bapak/Ibu pengisi ceramah umum, materi pokok serta siraman rohani, yang telah berkenan memberikan ilmu, pandangan dan wawasannya yang sangat berharga, pada forum jalsah tahun ini.

Tidak lupa, saya sampaikan juga apresiasi dan terima kasih kepada segenap pengurus PB GAI, segenap pengurus Cabang GAI, seluruh anggota dan simpatisan GAI, yang dengan antusias mengikuti rangkaian acara jalsah ini.

 

Bapak/Ibu/Saudara sekalian yang saya hormati.

Sejak kurang lebih tiga dasawarsa yang lalu, ketertarikan masyarakat di Indonesia terhadap Islam semakin meningkat. Ghirah atau semangat beragama masyarakat di Indonesia dalam upaya mengamalkan ajaran Islam sangat menggembirakan. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa kecenderungan baru yang terkait dengan ajaran Islam, misalnya:

Pertama, kecenderungan dalam hal mode pakaian, khususnya bagi kaum perempuan. Mayoritas perempuan muslim mulai ada kesukaan dan kebanggaan, serta percaya diri mengenakan pakaian hijab atau busana muslim wanita, pakaian yang meskipun bentuk dan coraknya bervariasi tetapi prinsipnya ia menutup aurat, terlebih ketika mereka bepergian dan ada aktivitas di luar rumah.

Tetapi sayangnya, masih ada sebagian perempuan muslim yang meskipun sudah mengenakan pakaian hijab, dia belum berusaha maksimal untuk menjaga hati dan menghiasi diri dengan takwa. Padahal pakaian takwa itulah yang paling baik (7:26).

Lebih mengecewakan lagi, ada perempuan jahat yang menyalahgunakan busana muslim perempuan untuk menutupi  tindakan kejahatannya.

Kedua, kecenderungan dalam hal ibadah umrah dan haji. Umat muslim Indonesia memiliki animo yang sangat besar untuk melaksanakan ibadah umrah dan haji. Setiap bulan ada sekitar 100 ribu orang Islam Indonesia yang berangkat ke kota Mekah dan Madinah di Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah umrah.

Begitu banyak orang Islam Indonesia yang ingin menunaikan ibadah haji, sehingga panjang antrean pemberangkatannya mencapai 28 tahun. Bila seseorang mendaftar haji tahun ini (2021), dia mungkin baru bisa berangkat pada tahun 2049 atau 2050.

Seiring dengan semakin tingginya antusiasme umat muslim Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah atau haji, menjamur juga biro layanan perjalanan umrah dan haji plus.

Namun sayang sekali, dengan maraknya ibadah umrah atau haji yang dilakukan oleh umat muslim Indonesia itu, belum diimbangi dengan peningkatan akhlak dan kesalehan sosial mereka yang memadai. Maka belum bisa dirasakan pengaruh positif yang signifikan ibadah umrah atau haji mereka.

Selain itu ada hal yang sangat mengecewakan, yaitu ada oknum dari biro layanan perjalanan umrah dan haji tertentu yang mencari keuntungan materiil dengan melakukan penipuan dengan berkedok layanan umrah atau haji.

Ketiga, kecenderungan dalam hal pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan Islam yang terus meningkat, khususnya Pondok Pesantren  dan Rumah Tahfidz Al-Quran.

Hal ini sangat menggembirakan dan memberikan harapan pada kita akan lahirnya banyak anak bangsa yang saleh, berakhlak luhur, berguna bagi kemajuan bangsa dan agama.

Tetapi sungguh kita dibuat terkejut dan merasa malu dengan tersiarnya berita ada oknum pengasuh dan sekaligus pemilik pondok pesantren yang akhlaknya tak sesuai atau bahkan bertentangan dengan Islam, tega menodai dan menghancurkan masa depan para santrinya sendiri. Dia yang seharusnya menanamkan jiwa tauhid dan akhlak terpuji kepada mereka, tapi malah tak memedulikan akhlak terpuji dan bahkan meninggalkannya.

Mayoritas orang yakin bahwa dunia ini akan ditinggalkan dan perlu bekal untuk kehidupan akhirat. Namun ironinya, dunia malah membuat mereka melupakan akhirat. Mereka terus asyik dengan urusan dunia, hingga akhir hayat tanpa ada bekal yang cukup untuk kehidupan mereka di akhirat.

Setelah kita mengetahui semua peristiwa dan fakta yang menimbulkan keprihatinan yang mendalam itu, kita teringat pada khitah GAI, yaitu menjadi gerakan rohani, dengan semboyan “Menjunjung agama melebihi dunia.” Semboyan ini tercantum dalam ikrar bai’at anggota Ahmadiyah.

Gerakan rohani atau spiritual di sini maksudnya adalah gerakan yang mengarahkan manusia pada pola hidup yang lebih berorientasi pada Allah dan akhirat, berorientasi pada pengembangan rohani, akhlak dan kepribadian.

Setiap manusia yang lahir dan hidup di dunia ini mengalami masa sebelum kematian dan masa setelah kematian.

Lantas, untuk apakah manusia hidup di dunia ini?

Manusia hidup di muka bumi atau di dunia ini salah satu tujuannya untuk menumbuhkan jiwa atau tazkiyah. Allah berfirman, “Sungguh beruntung orang yang menumbuhkan jiwanya.” (Asy-Syams, 91:9).

Kita seharusnya memanfaatkan semua apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita untuk pertumbuhan dan perkembangan kita. Bukan hanya perkembangan jasmani atau materiil, tetapi juga perkembangan rohani, akhlak dan akal kita.

Kita hidup bukan hanya untuk mendapatkan uang, membangun rumah yang megah dan memiliki benda-benda mewah. Tetapi kita hidup juga harus mengembangkan dan meningkatkan derajat rohani, akhlak, akal dan kepribadian kita. Bahkan pengembangan inilah yang paling diinginkan oleh Allah.

Pada setiap keadaan dan kesempatan, kita bisa memperoleh  pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Dari berbagai pengalaman itu, kita bisa mengambil pelajaran yang membantu dalam pengembangan rohani kita.

Tujuan lain hidup manusia di dunia ini adalah untuk menjadi penyembah atau hamba Allah yang setia. Dengan kata lain, menjadi manusia yang berorientasi pada Tuhan (Allah) dalam setiap aspek kehidupannya. Allah berfirman, “Jadilah penyembah (hamba) Tuhan.” (Ali Imran, 3:79).

Jadi, selama hidup di dunia ini kita seharusnya selalu berorientasi pada Allah dalam ucapan kita, perbuatan kita, kelakuan kita, pola pikir kita dsb.

Setiap kita membaca Al-Quran, idealnya selain kita membaca teksnya dengan baik dan benar, kita juga berusaha memahami, merenungkan dan menghayati maknanya. Sehingga kita bisa memperoleh petunjuk dari Quran itu, yang bisa membantu kita dalam merespon setiap keadaan dan kejadian dalam kehidupan kita dengan tepat. Dengan demikian akan meningkat perhatian dan kecenderungan kita pada Allah. Kita bisa menjadi hamba Allah yang sejati, dekat dengan-Nya, dan diridhai-Nya.

Semoga dengan ridha Allah jalsah salanah tahun ini berlangsung dengan lancar dan bermanfaat untuk kebaikan hidup kita, di dunia dan akhirat.

 

Billahit taufiq wal hidayah

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Drs. H. Yatimin AS

Ketua Umum PB GAI

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »