Bismillahirrahmanirrahim
Nahmaduhu wanu sholih ‘ala rasulihil karim khatamin nabiyyin
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
ikhwan wa akhwat rahmatullah
Pada kesempatan ini kita akan membicarakan Islam, agama semua nabi utusan Allah. Lewat Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam. Allah berfirman.
Innad-d?na ‘indall?hil-isl?m
Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah ialah Islam. (Qs 3:19)
Biasanya, ayat ini ditafsirkan bahwa agama agama selain lslam. Ditolak oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala. Tidak diterima oleh-Nya. Umatnya nanti pada hari kiamat termasuk golongan orang orang yang merugi.
Nah, sehubungan dengan masalah ini, kita perlu memahami dan mendalami lebih lanjut bagaimana yang dimaksud Innad-d?na ‘indall?hil-isl?m itu.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dalam seminar agama-agama Di Lahore pada tahun 1896 Mengangkat masalah ini. Yang beliau jelaskan bahwa Sesungguhnya Agama yang bisa ma’rifat Kepada Allah dan membimbing manusia Untuk bisa mencapai maqom liqoullah, adalah Islam.
Jadi, yang dimaksud oleh ayat ini secara teologis, Agama yang bisa menjelaskan apa dan siapa itu Allah hanyalah Islam. Dalam Islamlah uraian secara sempurna. Dan rinci, tentang Tuhan dijelaskan secara tuntas.
Misalnya, kita mengenal segala sesuatu pertama sekali melalui nama diri-Nya. Tuhan Yang Maha esa.
Sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus. Lewat para nabi utusan Allah, dari berbagai bangsa di dunia, telah menurunkan wahyu, dalam bahasa kaumnya masing masing. Lewat merekalah Allah. Menyatakan dirinya dengan menggunakan sebutan-sebutan tertentu dalam bahasa masing-masing kaum.
Sudah barang tentu, sebutannya macam-macam. Berbeda-beda dalam bahasa yang satu dengan yang lain. Meski yang dimaksud adalah sama, yakni Tuhan Yang Maha esa.
Kemudian setelah agama Allah mencapai kesempurnaannya. Dia menyatakan. Bahwa nama Dzat-Nya, nama diri-Nya. Adalah Allah. Maka dikalangan kaum muslimin ada yang berpendapat bahwa Allah adalah isim jamid. Meski ada juga yang berpendapat bahwa Allah adalah isim musytaq. Berasal dari Illahun, mendapatkan artikel A. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad lebih cenderung kepada pendapat yang pertama, bahwa Allah adalah isim jamid. Bukan gubahan. Dengan demikian, maka, keesaan Allah. Keesaan Tuhan Yang Maha kuasa bukan hanya mencakup Dzat-Nya Yang laisa kamitslihi syaiun Atau Lam yalid malam yulad walam yakul lahu kufuuan ahad menyangkut Dzat-Nya, akan tetapi juga menyangkut nama diri-Nya yakni Allah.
Maka sejarah mencatat bahwa kata Allah tidak pernah digunakan untuk menyebut sesuatu yang ada di alam semesta ini selain dari Dia yang Maha Tinggi, Dia Yang Maha Kuasa. Dalam arti inilah orang-orang Arab sebelum Islam Menggunakan kata Allah untuk nama sesuatu Misalnya, ayah Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam oleh Abdul Muthalib Dinamakan Abdullah, yang artinya adalah hamba Allah.
Karena kata Allah tidak digunakan untuk menamakan sesuatu. Bahkan salah satu dari sesembahan Berhala kaum Quraisy atau Arab yang berjumlah 360 wah itu. Ini hanya digunakan untuk suatu Dzat Yang Maha Tinggi, yang diterangkan di dalam Al-Quran yaitu Dia yang menurunkan hujan dari langit. Ia Yang memberikan rizki kepada sekalian umat manusia. Dia adalah Allah. Bukan dzat lai. Ini menyangkut masalah akidah.
Demikian pula menyangkut masalah ibadah. Agama yang bisa membimbing manusia. sampai pada maqom liqoullah. Bertemu dengan Allah hanyalah Islam.
Dalam Islam telah diatur sebelum seseorang melakukan suatu ibadah. Harus menyucikan diri baik secara lahir maupun secara batin. Secara lahir suci dari najis, dan secara batin, suci dari hadats. Yang kemudian dia setelah menghadap Dia Yang Maha Kuasa Mengucapkan Allahu Akbar artinya Allah Yang Maha Besar, berarti Dia adalah si mushalin adalah suatu ciptaan yang sangat kecil dan lemah di hadapan-Nya. Yang begitu seterusnya sampai akhirnya salam assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semuanya merupakan. Komunikasi langsung Antara musholli orang yang mengerjakan salat dengan Dia Yang Maha Esa yakni Allah Subhanahu wa ta’ala. Nah dengan cara inilah, mereka bisa ber mukal lamah, dan ber muwajahah dengan Dia. Yang karena itu, mereka lewat ini bisa. Liqo ullah dan Manunggal dengan Dia manunggaling kawula lan gusti bukan manunggal Dzat-Nya, akan tetapi manunggal karsa dan sifat-sifat-Nya. Inilah Antara lain arti Innad-d?na ‘indall?hil-isl?m yang karena itu agama para nabi utusan Allah, maka ayat yang kita baca tadi lanjutannya sebagai berikut
Dan tiada berselisih orang-orang yang diberi kitab kecuali setelah ilmu datang kepada mereka. Karena saling iri hati di antara mereka. Dan barang siapa mengakafiri ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah itu Yang Maha Cepat dalam perhitungan.
Ikhwan wa akhwat rahimatullulah. Demikianlah pernyataan Allah Subhana hu wata ‘ala, lewat junjungan kita yang mulia Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Semoga kita mendapatkan Taufik dan hidayat dari hadirat-Nya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Comment here