Banyak shalat dan istighfar adalah obat terbaik untuk menghilangkan kelalaian hati. Banyaklah membaca istighfar. Dalam shalat, berdoalah kepada Allah agar kamu dijauhkan dari dosa. Apabila manusia berdoa dengan tulus, maka pada suatu waktu doanya pasti dikabulkan.
Janganlah melakukan ikhtiar dengan tergesa-gesa dan tidak sabar. Karena orang yang tidak sabar akan malang dan tersingkir. Tergesa-tergesa itu tidak baik.
Lihatlah, seorang tuan tanah menanam benih di ladang. Waktu itu dia tidak tergesa-gesa memotongnya. Tetapi dia menunggu dengan sangat sabar sampai tanaman itu berbuah.
Begitu juga, ada seseorang mulai menggali sumur. Setelah tergali lubang sedalam 20 hasta (9 meter), lalu dia tinggalkan pekerjaan itu. Padahal dengan menggali satu hasta (45 cm.) lagi air bisa keluar. Tetapi dengan menggali 20 hasta, dia merasa lelah dan meninggalkan penggalian itu. Maka seolah-olah dengan ketidaksabarannya akibatnya seluruh kerja kerasnya menjadi sia-sia. Seandainya dia dengan sabar tetap menggali sumur, sisa satu hasta dia selesaikan, maka tujuan utamanya bisa tercapai.
Sudah menjadi sunatullah, bahwa kesenangan atau kenikmatan, khususnya kenikmatan ma’rifat diberikan setelah ada sedikit banyak kerja keras dan penderitaan. Kebiasaan ini juga untuk orang yang mengenal Allah (‘arif, ahlullah). Seandainya setiap kenikmatan bisa dicapai dengan mudah dan tanpa perlu kerja keras, maka orang tidak akan menghargainya.
Ingatlah baik-baik, pengendalian terhadap nafsu (keinginan hati) juga termasuk ibadah. Misalnya, ada orang sedang tertidur. Di tempat itu ada suara azan. Nafsunya menginginkan untuk melanjutkan tidur sebentar lagi. Tetapi jika dia pada waktu itu melawan nafsunya dan pergi ke masjid, maka upaya perlawanan terhadap nafsunya itu ada ganjarannya. Jadi, perbuatan melawan nafsu (terlebih hawa nafsu) ada pahalanya.
Syaikh Sayyid Abdul Qadir Jailani (salah seorang ‘arif) mengatakan bahwa ketika manusia mencapai posisi sebagai orang yang mengenal Allah (‘arif), maka ganjaran baginya hilang. Karena pelaksanaan ibadah kepada Allah sudah menjadi kebiasaannya, dan dia telah mencapai nafsu muthmainnah.
Hilangnya ganjaran ini maknanya, setiap orang yang mengenal Allah (‘arif) menerima balasan atau ganjaran secara kontan untuk setiap kebaikannya. (Sehingga dia tidak perlu mengharapkan ganjaran, dia anggap seakan-akan ganjaran itu hilang). Disebutkan dalam Quran Syarif:
?? ?????? ????? ??????? ??????? ?????????
“Dan bagi orang yang takut di hadapan Tuhannya ada dua surga.” (Ar Rahman, 55:46).
(Dua surga maksudnya surga dunia dan surga akhirat. Surga dunia ini merupakan ganjaran secara kontan, pent.).
Satu lagi perkataan orang yang mengenal Allah (ahlullah), tatkala manusia mencapai posisi sebagai orang yang mengenal Allah (‘arif), maka semua ibadahnya gugur. Maknanya, bukanlah dia meninggalkan ibadah atau dia dibebaskan dari shalat, puasa, dsb. Tetapi maksudnya, dalam pelaksanaan ibadah, rasa sulit dan susah menjadi hilang bagi dia. Karena ibadah termasuk kecintaannya. Seperti makan-minum di waktu pagi dan sore menjadi kesukaannya, begitu juga shalat dan puasa baginya.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 7, hlm. 523-525).
Comment here