Bagi Mirza Ghulam Ahmad, hanyalah ada satu kewajiban saja, yaitu menyiarkan pengajaran-pengajarannya Quran yang suci dan menjunjung tinggi akan sabda Allah. Ia pun menganggap juga kewajibannya yang sungguh-sungguh akan melenyapkan beberapa pengertian salah yang ada berlaku di antara kaum Muslimin, yang dengan sesungguh-sungguhnya ada seperti satu penyakit bisul di dalam hatinya Islam. Daripada pengertian-pengertian salah ini ada dua yang terutama sekali menjadikan fikirannya, yaitu cita-cita tentang hidupnya Nabi ‘Isa yang berguna untuk menguatkan perkaranya kekristenan, dan anggapan tentang penyiaran Islam oleh seorang Mahdi dengan mempergunakan kekuatan pedang.
Meski hebat sekali perlawanan-perlawanan yang terhadap kepadanya, pengajaran-pengajarannya tentang dua perkara itu pun telah termasuk di dalam hatinya kaum Muslimin sebagai satu perikatan. Dua kesalahan besar ini lenyaplah dengan lekasnya.
Cita-cita tentang hidupnya Nabi ‘Isa a.s. sekarang dibuang oleh sekalian orang Islam yang berfikir benar-benar. Bahkan di antara Ulama pun ada beberapa orang juga yang memandang cita-cita yang tersebut itu menjadi sebabnya kelembekan Islam dan menjadi sebabnya kekuatan kekristenan.
Seorang ‘alim yang kealiman dan kekuasannya sebagai Hazrat Muhammad Abduh di Egypt, ada percaya bahwa Nabi ‘Isa a.s. telah wafat, dan kepercayaan yang demikian itu ada pada dia punya murid juga, yaitu Syed Rasyid Raza. Banyak ulama dari Egypt tidak suka percaya sesaat pun juga akan cita-cita tentang hidupnya Nabi ‘Isa itu. Dan sepanjang pengetahuan saya, Maulana Abul Kalam Azad dan Maulana Syed Sulaiman Nadwi, keduanya penganjur di dalam dunia Islam di Hindia, menganggap juga bahwa Nabi ‘Isa telah wafat adanya.
Tentang perkara yang kedua, yaitu propaganda Islam dengan pedang, tak ada orang Islam yang berfikiran sedikit saja pun sekarang bicara yang semaksud itu. Sebaliknya, hal yang demikian itu dipandangnya sebagai satu penuduhan yang salah terhadap kepada Islam, bikin-bikinannya musuh-musuh Islam. Ulama melemparkan kecemaran kepada Mujaddid, tetapi pengertian salah yang telah dibongkar olehnya dengan akar-akarnya itu, tidak bisa lebih lama lagi dituduhkan kepada Islam.
Dia punya anggapan tentang hal-hal yang tersebut, sekarang telah menjadi perkara-perkara yang nyata adanya, dan kalau kiranya ada sesuatu hal lainnya yang kejadian dengan Islam, pun keduanya pengertian yang salah ini tidak lagi bisa mendapat satu jalan masuk ke dalam Islam. Inilah satu jasa besar kepada Islam dan dunia Islam berhutang wajib yang berat kepada Hazrat Mirza di atas jasa yang demikian itu.
Apabila pengertian-pengertian salah itu lenyap, maka bersihlah jalannya bagi penyiaran Islam. Inilah ada satu pekerjaan, yang ulama-ulama wajib membantunya dengan senang hati, walaupun bagaimana juga persangkalan-persangkalan mereka terhadap kepada dirinya Hazrat Mirza. Meski ada segala rupa kesusahan yang meliputi kaum Muslimin, mereka itu pun tidak memperhatikan seruannya Mujaddid. Mereka hendak memegang tiap-tiap rumput yang lewat berkembang, tetapi jalan yang telah ditunjukkan oleh Mujaddid, tiadalah diperhatikan oleh mereka.
Propaganda Islam, yang telah dipermaklumkan oleh Mujaddid, hanya itulah saja jalannya. Tetapi seruannya itu adalah satu seruan di lautan pasir. Sesungguhnya begitu, Allah Ta’ala telah menetapkan kemenangan Islam dan begitulah telah dipergunakannya satu cara yang keras akan membangunkan kaum Muslimin, Pergerakan Syuddi (yaitu pergerakan Arya Samaj, yang berakidah bahwa hanya Weda itu saja kitab yang memuat Sabda Allah) datanglah memukul mereka di dalam tidurnya. Berpuluh-puluh ribu orang Islam laki-laki dan perempuan sama hendak berbuat murtad. Orang Hindu bergerak lebih jauh lagi. Mereka mengimpi hendak melenyapkan Islam dari mukanya negeri Hindia.
Begitulah maka kaum Muslimin lalu mendapat kembali ingatannya. Mereka ampunya mata terbukalah mengetahui berbahayanya peri-keadilan, dan berbuatlah mereka berikhtiar hendak menyatakan benarnya, bahwa mereka akan bisa mencapai mereka punya bahagia dengan lantaran mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh Mujaddid, yaitu propaganda Islam.[]
________________
Dinukil dari Da’watoel-‘Amal (Pengajakan Bekerja) oleh Maulana Muhammad Ali, Presiden Ahmadiyah Anjuman Isha’ati Islam, Lahore (Hindustan). Disalin oleh Oemar Said Tjokroaminoto, Presiden Central Sarikat Islam Yogyakarta (Jawa). Diterbitkan oleh Mirza Wali Ahmad Baig, Muballighul-Islam, Utusan Pergerakan Ahmadiyah, Yogyakarta (Jawa). Tanpa Tahun Terbit. Hal. 50-52.
Comment here