Umumnya umat Islam berkeyakinan bahwa Isa Almasih Ibnu Maryam lahir ke dunia tanpa ayah.
Namun saya pernah mendengar bahwa orang Ahmadiyah berkeyakinan Isa Almasih dilahirkan ke dunia sebagaimana umumnya manusia. Artinya, beliau itu punya ayah.
Pertanyaan saya, apakah ada dalil ayat suci Al-Quran yang menerangkan bahwa Isa Almasih itu punya ayah?
Drs. Arwan, Imogiri, Bantul
————
Memang tidak salah pendengaran saudara bahwa orang Ahmadiyah itu berkeyakinan bahwa Isa Almasih Ibnu Maryam itu dilahirkan ke dunia mempunyai ayah.
Namun perlu saya jelaskan bahwa Ahmadiyah itu ada dua macam, Ahmadiyah Lahore dan Jemaat Ahmadiyah.
Nah, Ahmadiyah Lahore inilah yang berkeyakinan Isa Almasih itu punya ayah.
Sebenarnya banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa Isa Almasih itu mempunyai ayah. Namun redaksi mencoba untuk mengemukakan beberapa ayat saja yang redaksi anggap sudah cukup untuk memenuhi pertanyaan saudara.
Untuk itu marilah kita renungkan ayat-ayat berikut ini.
Pertama, tentang hamilnya seorang wanita, Al-Quran menyatakan, “Dan tiada wanita mengandung dan tiada pula melahirkan kecuali dengan ilmu-Nya (QS Al-Fathir 35:11)
Menurut ayat tersebut, setiap wanita yang hamil dan melahirkan itu sesuai dengan ilmu Allah. Ilmu Allah tentang terjadinya kehamilan seorang wanita ditegaskan di dalam ayat-ayat Al-Quran secara tegas dan terperinci.
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari nutfah (sperma yang bercampur)” (QS Al-Insan 76:2)
“Maka hendaklah manusia suka memperhatikan dari (bahan) apakah ia diciptakan. Ia diciptakan dari air yang memancar, yang keluar dari tempat antara punggung dan iga.” (QS Ath-Thariq 86:5-7)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita diberitahu oleh Allah bahwa ilmu Allah tentang terjadinya kehamilan wanita atau terciptanya manusia dalam kandungan wanita itu dengan cara “pencampuran sperma laki-laki dan sel telur perempuan.
Bahkan proses pencampuran sperma dan sel telur yang baik dan halal ditetapkan harus dari sperma suami dan sel telur istri.
“Dia ialah yang menciptakan kamu dari satu jiwa, dan dari jenis yang sama. Ia jadikan jodohnya agar ia memperoleh ketentraman padanya. Maka setelah ia (suami) mencampuri dia (istrinya), mengandunglah dia berupa kandungan yang ringan, lalu berjalanlah ia dengan kandungan itu. Lalu tatkala itu memberat, berdoalah mereka kepada Allah Tuhan mereka, “Jika Engkau berikan kepada kami anak yang saleh, niscaya kami akan menjadi orang yang bersyukur.” (QS Al-A’raf 7:189).
Ilmu Allah tentang terjadinya manusia dalam kandungan wanita menurut ayat-ayat di atas sesuai dengan ilmu Allah yang selalu bekerja di alam fisik, yang disebut Sunnatullah.
Sunnah Allah tidak pernah berganti dan menyimpang, sebagaimana ditegaskan dalam ayat, “Tetapi engkau tak akan menemukan perubahan dalam Sunnah Allah; dan engkau tak akan menemukan penyimpangan dalam sunnahnya Allah.” (QS Al-Fathir 35:43)
Maka jelaslah pada kita bahwa berdasarkan dalil-dalil dari ayat-ayat Al-Quran di atas, setiap manusia yang lahir dari kandungan seorang wanita pasti berasal dari sperma laki-laki dan sel telur wanita. Dan hukum yang demikian ini tidak dirubah dan diganti oleh Allah.
Kedua, Siti Maryam mempunyai suami. Hal ini diisyaratkan dalam Al-Quran, “Dan Maryam, anak perempuan Imran, yang menjaga kesuciannya (ahsanat).” (QS At-Takhrim 66:12).
Menurut ayat di atas, Maryam disebut ahsanat, yang mempunyai tiga arti, yakni wanita merdeka, suci dari dosa, dan bersuami.
Ketiga arti di atas sesuai bagi Maryam, sebab beliau itu keturunan orang-orang bangsawan dan rohaniwan, yang selalu menjaga kesucian dirinya dari dosa. Beliau hamil dan melahirkan Isa Almasih pun dengan jalan yang suci pula, karena dengan perantaraan suaminya.
Ketiga, semua Nabi, tidak terkecuali Isa Almasih, mempunyai ayah. Perkara ini dinyatakan dalam Al-Quran, “Dan sebagian dari ayah mereka, dan keturunan mereka, dan saudara mereka. Dan kami memilih mereka dan memimpin mereka pada jalan yang benar.” (QS Al-An’am 6:88).
Dalam kalimat “dan sebagian dari ayah mereka” dalam ayat tersebut, terdapat kata ganti jamak (dlamir) hum yang kembali kepada para nabi yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya (QS Al-An’am 6:84-87). Mereka adalah Ibrahim, Ishak, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Ismail, Ilyasa, Yunus, dan Luth.
Jadi jelaslah, “ayah mereka” dalam ayat 88 juga ditujukan kepada Nabi Isa Almasih Bin Maryam.
Nabi Isa, di dalam ayat-ayat tersebut, sama sekali tidak dikecualikan, dan disamakan dengan para nabi lain, yang memiliki ayah.
Jadi berdasarkan ayat-ayat Al-Quran di atas, Nabi Isa a.s. itu dilahirkan sebagaimana manusia pada umumnya, yaitu beribu dan berbapak.
Sumber: Ruang Tanya Jawab Buletin AMAL No. 1/III/1985 | Diasuh oleh Drs. Abd. Rozaq
Comment here