Kolom

Mengapa Kita Perlu Bershalawat kepada Nabi?

Dalam Qur’an ada perintah: “Shibghatallaah” (QS 2:138). Terjemah bebasnya: “Warna Tuhan, buatlah itu milikmu.”

Warna identik dengan frekwensi. Warna-warna pelangi di langit frekwensinya 375 sampai 750 juta megacycle per second. Boleh jadi, istilah “warna” dipakai di ayat itu, oleh sebab istilah “frekwensi” belum ada pada saat wahyu itu diturunkan.

Jadi, “shibghatallaah” bisa juga diterjemahkan lebih bebas lagi: “Frekwensi Tuhan, buatlah itu milikmu.”

Dengan memiliki frekwensi Tuhan, maka apapun yang kita kerjakan adalah manifestasi kehendak Tuhan. Seperti radio dan pemancarnya, atau pesawat TV dan pemancarnya.

Frekwensi pesawat penerima harus diatur sedemikian rupa supaya menjadi sama dengan pemancar. Sebab pemancar di seberang jalan tak dapat ditangkap, manakala frekwensi pesawat penerima belum “di-stel” sama.

Demikian juga manakala disebut: Tuhan Maha Dekat, lebih dekat daripada urat leher. Tetapi bila manusianya tetap merasa Tuhan jauh, maka keberadaan Tuhan tetap sukar dirasakan, sebab frekwensinya belum sama.

Untuk dapat menemukan frekwensi Tuhan, diperlukan perantara, seperti satelit bagi TV atau relay station. Perantara itu adalah Nabi Besar saw.

Sebabnya, Nabi saw. telah bertemu dengan Tuhan, dan telah bersatu dengan Tuhan.

Maka kemudian kita bershalawat Nabi. Hadisnya: “Tidaklah Kukabulkan doa seseorang tanpa shalawat atas RasulKu, sehingga doanya akan hanya tergantung di awang-awang” (HR Abu Daud dan An-Nasa’i).

Dengan kata-kata lain: Tak bakal frekwensi Tuhan dapat dicapai, sebelum dapat bersambung dengan satelit perantaranya, yakni Muhammad saw.

Lantas mengapa juga ada banyak orang bershalawat bersama-sama? Ya, supaya hasilnya lebih intens.

Seperti cahaya, jika difokuskan dapat menjadi: lampu senter yang terang, lampu kendaraan bermotor, bahkan dapat menjadi lampu sorot pencari kapal terbang musuh di malam hari.

Demikian juga seluruh batin manusia bila difokuskan pada satu sasaran, dapat menemukan semua detail sasaran itu.

Ayo, sholawat![]

Penulis: Mardiyono Jaya S. Marja
Editor: Asgor Ali

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »