Cerita Adam merupakan hal yang penting, baik bagi Islam maupun Nasrani, bahkan merupakan poros bagi kedua agama ini.
Adam berbuat dosa, lalu dikeluarkan dari Sorga. Tetapi untuk penyelamatan kembali, dua agama ini mempunyai pandangan yang amat berlainan.
Cerita Adam yang diceritakan dalam Quran Suci mengandung ajaran penting. Cerita ini menerangkan dua macam kodrat manusia, yaitu manusia puncak dan manusia rendah.
Menurut Quran, adam adalah gambaran manusia. Ia diciptakan sebagai khalifah Allah (yang memerintah) di bumi. Ia diberi pengetahuan tentang benda-benda yang akan membantu pertumbuhannya. Melalui pengetahuan ini, ia memperoleh derajat tinggi, melebihi para malaikat. Bahkan, malaikat menghormat kepadanya.
Segala sesuatu yang mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan dikuasakan kepadanya. Kesenangan dan kebahagiaan berada dalam kekuasaannya. Ia diberi juga kekuatan menimbang dan memikir, tetapi dia diperingatkan supaya awas terhadap barang-barang yang dapat membahayakan kesenangan dan kebahagiaannya.
Tetapi dalam keadaan senang dan bahagia, ia lupa akan peringatan tadi (QS 20:115), dan mengikuti bisikan setan (QS 2:36). Bisikan jahat itu menyebabkan ia mengambil pertimbangan dan keputusan yang salah. Akibatnya, ia menemui kesukaran. Ia kehilangan kebahagiaannya (Sorga).
Dia bertobat dan Allah mengampuni dia. Lalu Allah memberi hidayah (wahyu pimpinan) kepada Adam, agar ia dapat menggunakan daya-daya kekuatan di jalan yang benar.
Selanjutnya, dijanjikan Sabda Suci (wahyu) pula kepada keturunannya, yang jika mereka menganut ini, mereka pasti akan memperoleh kebahagiaan.
Apa yang tersebut di atas adalah gambaran kodrat manusia yang sebenarnya. Gambaran tersebut memberi pengertian yang benar kepada kita tentang hal yang menyebabkan sukses kita atau kegagalan kita.
Selain itu, memberikan pula kepada kita agama yang rasional, yang memungkinkan kita menggunakan daya-daya kekuatan di jalan yang benar, yang dengan demikian kita menjadi layak sebagai khalifah Allah di bumi.
Alam semesta dan seisinya dikuasakan kepada kita. Kita diberi pula pengetahuan tentang benda-benda, yang membuat kita menjadi “raja dari segala penyelidikan”. Kita diberi pula kekuatan menimbang dan memikir, keputusan yang salah menyebabkan malapetaka.
Kita membutuhkan pimpinan (hidayah) dari Tuhan untuk menentukan barang mana yang kita pilih. Kita membutuhkan pula ilmu untuk mendayagunakan sebaik-baiknya daya kekuatan yang ada pada kita, dan untuk menghindari lubang perangkap yang akan menjatuhkan kita ke jurang kehinaan.
Manusia, seperti juga makhluk lain di alam semesta, dilengkapi dengan berbagai macam daya kemampuan yang harus dikembangkan, agar dapat dicapai tujuannya. Akan tetapi manusia mempunyai sesuatu yang tak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu kekuatan memikir dan menimbang. Inilah yang menyebabkan manusia lebih tinggi dari makhluk lain.
Tetapi jika pikiran dan pertimbangan ini tidak mendapat pimpinan yang baik, niscaya akan mendatangkan kerugian bagi manusia. Oleh sebab itu, manusia sangat membutuhkan pimpinan (hidayah). Dan pimpinan yang paling tepat hanyalah pimpinan yang diberikan oleh Allah, Yang menciptakan manusia.
Hanya Allah sendirilah yang tahu akan rahasia ciptaanNya dan yang tahu pimpinan apakah yang tepat baginya.
Inilah gambaran Adam menurut Quran. Sekarang marilah kita tinjau cerita Adam menurut Bibel.
Dalam Kitab Kejadian diterangkan bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan (2:7), ditempatkan di taman Eden (2:15), dibuatlah jodohnya (2:22), mereka berdosa karena makan buah pohon larangan Tuhan (3:1-13), maka terkutuklah mereka dan dikeluarkan dari taman Eden (3:23), dan sebagai hukuman, mereka harus mencari rejeki dengan mencucurkan keringat di mukanya (3:19), ular akan menggigit tumitnya (3:15), dan perempuan akan melahirkan anak dengan rasa sakit (3:16).
Menurut kepercayaan Gereja, kodrat manusia menjadi ternoda, dan dosa menjadi pembawaan manusia untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, manusia tak dapat mematuhi Perintah Tuhan.
Sekalipun untuk keselamatan manusia, Allah telah memberi perjanjian dan perintah melalui Nabi Musa, namun tak ada faedahnya.
Kodrat manusia tak dapat melepaskan diri dari dosa yang diwariskan oleh Adam. Maka dari itu, manusia harus dihukum untuk selama-lamanya.
Tetapi Tuhan adalah Kasih-Sayang. Tuhan harus menyelamatkan manusia dari dosa. Oleh sebab itu Tuhan mengutus PuteraNya, Yesus Kristus, disalib dan dikeluarkan darahnya, untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa.
Inilah penyelamatan manusia dari dosa menurut ajaran Gereja. Jika ini merupakan kebenaran, maka kepercayaan semacam ini terdapat pula pada agama penyembahan berhala di zaman dahulu.
Jika penyaliban Yesus dan iman kepadanya dianggap penting untuk menyelamatkan kembali dosa manusia, seharusnya ini dilakukan setelah terjadinya dosa pertama yang dilakukan oleh Adam dan istrinya. Mengapa Tuhan harus menunggu sampai 4000 tahun?
Selain itu, jika darah Yesus dialirkan untuk menebus dosa manusia, rencana ini nampak gagal. Karena sebagaimana diterangkan dalam Kitab Kejadian 3:15-19, manusia terpaksa mencari rejeki dengan mandi peluh di mukanya, digigit ular tumitnya, dan rasa sakit pada waktu melahirkan anak, yang semata ini disebabkan karena dosa manusia. Orang-orang Nasrani pun hingga kini tetap mengalami kejadian tersebut.
Jadi, percaa akan kesaktian darah Yesus, tak dapat memperbaiki keadaan. Jaminan apakah yang menjamin keselamatan manusia di akhirat, jika di dunia ini tak dapat melepaskan manusia dari hukuman?
Maka dari itu, di Barat mulai timbul adanya Nasrani Modern yang menolak dogma ini, dan menganggap Yesus hanya sebagai manusia dan guru dari Tuhan, yang datang untuk memperbaharui syariat Musa.
Penulis : Khawaja Kamaluddin
Penyadur : H. M. Bachroen
Sumber Artikel : Majalah Warta Keluarga GAI, No. 2, Februari 1971
Comment here