Tulisan di bawah ini adalah ikhtisar pidato Bapak Mahmud L. Latjuba bertajuk “Islam Dalam Kehidupan Nasional dan Internasional, Serta Pengaruh Gerakan Ahmadiyah” yang disampaikan dalam Rapat Ukhuwah GAI di Jakarta pada 25 Desember 1972. Sumber: Majalah Warta Keluarga GAI No. 15, 1 Maret 1972.
—————-
Gerakan Ahmadiyah adalah satu-satunya gerakan internasional yang tujuannya “menyiarkan dan membela Islam”.
Jika dibandingkan dengan Muhammadiyah, misalnya, maka baru dalam Muktamar di Makasar yang baru lalu (1971) diputuskan akan melaksanakan dakwah internasional. Padahal dakwah internasional ini telah dirintis oleh Gerakan Ahmadiyah semenjak tahun 1901.
Musibah yang menimpa kaum muslimin benar-benar membuat kita prihatin, seperti misalnya musibah yang menimpa kaum muslimin di negara-negara Arab, India, Pakistan, Philipina, dll.
Jika kita meninjau di India, Islam mula-mula diterima di sana tidaklah dengan tangan terbuka. Pertikaian-pertikaian selalu terjadi antara umat Islam dan umat Hindu. Bahkan tidak jarang terjadi kejanggalan-kejanggalan yang ditimbulkan karena memuncaknya pertentangan agama.
Di India terdapat pipa leding untuk Islam dan untuk Hindu. Roti Islam dan roti Hindu masing-masing mempunya bentuk sendiri-sendiri, walaupun sama-sama dibuat dari gandum. Ini disebabkan karena umat yang satu menganggap najis umat yang lain.
Di zaman dahulu pernah ada penguasa di India yang mencoba hendak menghentikan pertikaian ini, dengan jalan mengawinkan paham Islam dan paham Hindu. Golongan ini dikenal dengan nama golongan Sikh, di bawah pimpinan Sang Gurunanak. Oleh karena golongan ini memegang kekuasaan, maka usaha mereka nampak berkembang.
Tetapi malang sekali, pemimpin yang mereka cintai, Sang Gurunanak, dibunuh oleh golongan Islam. Akibatnya, golongan Islam ditindas dengan tak mengenal ampun. Beribu-ribu umat Islam dihukum dengan kejam, dan dilarang menjalankan syariat agama secara terbuka, sampai mereka dilarang mengumandangkan adzan.
Kejadian ini terjadi di zaman ayahnya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Hukuman yang ditimpakan kepada keluarga ini berupa penyitaan seluruh tanah pusaka mereka.
Di saat itu terjadilah pertempuran sengit antara Kerajaan Sikh dan Kerajaan Inggris, yang dimenangkan pihak Inggris. Di bawah kekuasaan Inggris, kebebasan beragama dijamin. Sehingga umat Islam merasa lega karena dapat menjalankan syariat agama sebebas-bebasnya.
Tahulah kita sekarang mengapa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad di waktu itu mengirim surat terima kasih kepada Ratu Victoria di Inggris. Akan tetapi di samping ucapan terima kasih, beliau juga mengajak Ratu Victoria supaya memeluk Islam, disertai dengan dalil-dalil yang kuat.
Sekarang bagaimana keadaan di negara-negara Islam? Sekalipun di negara-negara ini tak ada pertentangan agama, namun keadaan umat Islam pada umumnya mengalami kemerosotan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang akhlak. Lebih-lebih dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.
Padahal, nenek moyang mereka dahulu pernah menjadi penguasa di dunia dan menjadi sumber ilmu pengetahuan.
Dr. Fuad Hasan, dalam salah satu terjemah, pernah menerangkan bahwa umat Islam mundur dikarenakan mereka meninggalkan ajaran Islam. Sebaliknya, orang-orang Barat maju karena meninggalkan ajaran Nasrani.
Penjelasan seperti ini pernah dikemukakan oleh Bapak Mahmud Latjuba sewaktu beliau menjabat Duta Besar RI di Timur Tengah kepada salah seorang Jendral Bangsa Arab yang mengeluh atas kemunduran Bangsa Arab.
Bangsa Arab mundur karena mereka meninggalkan Muhammad saw., kata Bapak Mahmud Latjuba. Muhammad bukan saja seorang nabi termulia, melainkan pula pahlawan bangsa Arab yang gagah berani dan bijaksana. Seandainya Muhammad itu lahir di Indonesia, niscaya bangsa Indonesia tidak akan dijajah selama tiga setengah abad.
Jendral Bangsa Arab tadi membenarkan jawaban Bapak Mahmud Latjuba. Sebenarnya memang demikian. Sistem hidup Islam mereka ganti dengan sistem hidup sosialisme. Dan untuk memaniskan, mereka tambah dengan sosialisme Islam, atau sosialisme Arab.
Mereka tidak lagi menggunakan Quran dan Sunnah sebagai pedoman petunjuk, melainkan menggunakan buku atau kitab karangan manusia. Inilah sebab utama yang menyebabkan kemerosotan dunia Islam.
Akan tetapi alhamdulillah, kita harus bersyukur kepada Allah, bahwa dalam keadaan yang gelap ini, tampak ada titik-titik terang karena ada golongan yang memusatkan perhatiannya dalam bidang dakwah.
Golongan ini diorganisir dalam skup internasional, dan semata-mata mengkhususkan tugasnya untuk menyiarkan dan membela Islam ke seluruh dunia, teristimewa dunia Barat.
Golongan yang dimaksud adalah Gerakan Ahmadiyah, yang telah menjalankan misinya ke Benua Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Australia.
Pada dewasa ini tak ada satu benua pun yang tak kebanjiran lektur-lektur Gerakan Ahmadiyah, baik berupa kitab, brosur maupun majalah. The Holy Quran dan sebagian buku-buku lain, sedikitnya telah diterjemahkan dalam 12 bahasa.
Sekalipun misi Gerakan Ahmadiyah besar sekali hasilnya, namun Gerakan Ahmadiyah tak pernah menggembar-gemborkan prestasinya, sehingga nama Ahmadiyah tampaknya kurang menonjol. Hal ini disebabkan karena Gerakan Ahmadiyah hanya bekerja karena Allah semata-mata.
Peranan Gerakan Ahmadiyah di dunia Barat benar-benar tidak kecil, dalam mengubah pandangan dan sikap terhadap Islam dan Nabi Suci Muhammad saw. Quran Suci yang dahulu didaftar sebagai kitab penting nomer 200, kini didaftar sebagai kitab penting nomer 2, sesudah Kitab Bibel.
Demikian pula pandangan beberapa sarjana terhadap Islam dan Muhammad saw. yang terang-terangan dinyatakan berkat perjuangan Gerakan Ahmadiyah yang gigih, berbalik 180 derajat. Di gerbong-gerbong kereta api telah disediakan tempat bershalat bagi orang Islam, dan sebagainya.
Pernah seorang ex Menteri Agama RI, tatkala meresmikan salah satu majalah Islam, bertanya kepada hadirin, “apakah di sini ada orang Ahmadiyah?” Rupanya beliau tak tahu bahwa Bapak Mahmum Latjuba adalah orang Ahmadiyah, sehingga ia berkata “syukur jika tak ada!”
Pokoknya beliau sangat menekankan agar Majalah Islam yang segera terbit ini meniru majalah Islamic Review yang benar-benar bermutu, baik isinya maupun bentuknya. Rupanya beliau amat kagum terhadap majalah Islamic Review, tetapi malu untuk mengatakan bahwa ini adalah terbitan Gerakan Ahmadiyah di London.
Tetapi kita tak usah membanggakan ini. Yang perlu ialah fastabiqul-khairat (2:148), artinya berlomba-lomba dalam perkara kebaikan.[]
Comment here