Warta Keluarga

Perekrutan ISIS Sasar Kawasan Multikultural

TEMPO.CO, Yogyakarta – Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Yogyakarta Ambar Anto meminta masyarakat dan pemerintah mewaspadai munculnya bibit gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di kawasan-kawasan masyarakat majemuk (plural society). “Kawasan majemuk potensial menjadi target gerakan ini karena dianggap bisa menggoyang dan mempengaruhi stabilitas daerah lain,” kata Ambar kepada Tempo, Jumat petang, 1 Agustus 2014.

Profil kawasan majemuk itu, Ambar melanjutkan, bisa daerah-daerah yang menjadi tujuan pendatang. Misalnya Yogyakarta yang tiap tahun didatangi beragam profesi, khususnya ribuan calon mahasiswa, pelajar, dan pencari kerja. “Masyarakat yang heterogen dan beragam ini jika tak diberi informasi memadai bakal mudah dipengaruhi untuk ikut gerakan, tak peduli tingkat pendidikannya apa, mereka bisa loyal,” katanya.

Beredarnya video adanya warga negara Indonesia yang mengajak masyarakat bergabung dengan ISIS di media YouTube dinilai Ambar hanya salah satu cara yang diupayakan kelompok itu. “Mereka pasti juga pakai cara one by one, pendekatan langsung,” kata Ambar, yang juga Wakil Ketua Ansor Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sekretaris Gerakan Ahmadiyah Indonesia Kota Yogyakarta, Mulyono, mengungkapkan gerakan ISIS ini sebenarnya sudah lama ada. Hanya terus berganti-ganti nama dan pelaku. “Sejak sepuluh tahun yang lalu, gerakan semacam ini pun sudah berupaya masuk Yogya,” kata Mulyono.

Ia melihat gerakan ini ingin membangun kekhilafahan Islam secara internasional dengan merekrut kader sebanyak-banyaknya dan melakukan berbagai tindakan, termasuk kekerasan. “Modelnya mirip dengan paham yang dianut Jemaat Ahmadiyah Internasional, tapi kami yakin tidak laku dijual karena zaman sudah berubah,” ujarnya.

Mulyono menuturkan kelompok ISIS yang kini dikabarkan mulai banyak terdeteksi di sejumlah wilayah Jawa hingga Sumatera itu hanya bisa mudah masuk dan merekrut kalangan kelompok garis keras. “Karena yang dirasa sepaham, kalau awam akan sangat sulit,” katanya.

Warga Gerakan Ahmadiyah pun mendesak pemerintah dan aparat tetap berlaku sesuai porsinya tatkala mulai muncul adanya teror yang mengatasnamakan agama, apa pun bentuknya. “Penegakan hukum setegas-tegasnya jadi kunci gerakan seperti itu agar tak berkembang,” kata Mulyono. [PRIBADI WICAKSONO]

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here