Akademika

Kontestasi Diskursus Hadis-Hadis Kenabian dalam Aliran Ahmadiyah

a man reading a book in a church

Konsep kenabian dalam Islam, khususnya terkait dengan istilah kh?tam al-Nabiyy?n, menjadi perdebatan yang mendalam dalam kalangan umat Muslim, terutama terkait dengan pandangan Ahmadiyah.

Ahmadiyah terpecah menjadi dua golongan, yaitu Ahmadiyah Qadiyan dan Ahmadiyah Lahore, yang masing-masing memiliki interpretasi berbeda mengenai status Kenabian Mirza Ghulam Ahmad.

Ahmadiyah Qadiyan meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai seorang nabi yang melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad, sementara Ahmadiyah Lahore menolak pandangan tersebut dan menganggapnya hanya sebagai seorang mujaddid.

Perbedaan ini muncul dari penafsiran terhadap hadis-hadis terkait kenabian, yang menjadi inti kontroversi teologis dalam tubuh Ahmadiyah.

Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada perbedaan pandangan antar golongan Ahmadiyah terkait interpretasi Kenabian Mirza Ghulam Ahmad, motif di balik penerimaan dan penolakan tersebut, serta dampaknya terhadap pemahaman kenabian dalam Islam.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data deskriptif analisis yang kemudian dibantu dengan wawancara untuk menambah sumber datanya, serta menerapkan teori hermeneutika dari Hans Georg Gadamer untuk menelusuri pre-understanding dan latar belakang sosial, politik, serta teologis yang membentuk ideologi para pengikut aliran Ahmadiyah.

Pendekatan ini juga bertujuan untuk memahami bagaimana pembacaan atau fusion antara latar belakang tersebut menciptakan kontestasi dalam pemahaman kenabian di kalangan pengikut Ahmadiyah Lahore dan Ahmadiyah Qadiyan, serta bagaimana perbedaan interpretasi terhadap hadis-hadis kenabian terkait khatam nabiyyin dan konsep kenabian lainnya terwujud dalam kedua aliran tersebut.

Oleh karena itu penelitian ini merumuskan menjadi dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana konstruksi pemahaman hadis-hadis kenabian dalam Ahmadiyah? Kedua, bagaimana kontestasi Hadis-hadis kenabian dalam aliran Ahmadiyah?

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa interpretasi terhadap hadis-hadis kenabian tidak hanya dipengaruhi oleh teks-teks keagamaan, namun terdapat unsur politik, juga oleh dinamika sosial dan tantangan intelektual yang dihadapi oleh umat Islam, khususnya dalam konteks kolonialisme dan perlawanan terhadap misi Kristen.

Ahmadiyah Lahore, di bawah kepemimpinan Maulana Muhammad Ali, memandang Nabi terakhir sebagai pembawa wahyu yang sempurna, namun tidak menutup kemungkinan adanya pembaharu di akhir zaman. Sementara Ahmadiyah Qadiyan, yang dipimpin oleh Basyiruddin Mahmud Ahmad, menegaskan bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai perwujudan kembali nabi Isa yang datang di akhir zaman.

Demikian dari Penafsiran Ahmadiyah Lahore dan Ahmadiyah Qadiyan terhadap hadis-hadis kenabian mencerminkan upaya untuk menanggapi perubahan zaman dan kebutuhan akan pembaruan dalam ajaran Islam.

  • Syaid Kurnia Ramadani, NIM.: 22205032054 (2025) KONTESTASI DISKURSUS HADIS-HADIS KENABIAN DALAM ALIRAN AHMADIYAH (STUDI PEMIKIRAN AHMADIYAH LAHORE DAN AHMADIYAH QADIYAN). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.
  • Unduh di Sini
Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here