Ada dua macam relasi atau hubungan antar manusia di dunia ini. Pertama, hubungan jasmaniah, seperti halnya hubungan darah antara anak dengan orang tua, saudara laki-laki dan saudara perempuan, dsb. Kedua, hubungan spiritual atau ruhaniah. Jika hubungan yang kedua ini sempurna, maka ia akan lebih unggul daripada segala macam hubungan antar manusia lain-lainnya.
Seseorang akan mencapai kesempurnaan dalam hubungan ruhaniah dengan orang lain, bila ia berada dalam kebersamaan atau persahabatan dalam waktu yang lama dengannya.
Perhatikanlah kebersamaan para Sahabat dengan Rasulullah Muhammad saw. Hubungan spiritual para Sahabat dengan Rasulullah Muhammad saw. telah mencapai kesempurnaan sedemikian rupa, sehingga mereka seolah abai dengan urusan tanah air mereka, tak peduli lagi dengan harta kekayaan mereka, dan lupa dengan urusan kekerabatan mereka. Bahkan jika perlu, mereka rela menjadi domba yang bertaruh kepala dan siap dikorbankan di jalan Allah.
Bagaimana cara mereka mendapatkan kekuatan dan daya tahan untuk menanggung kesulitan dan penderitaan yang menimpa mereka selama bersama Rasulullah saw?
Rahasianya adalah karena kedekatan dan eratnya hubungan mereka dengan Rasulullah saw., dan memahami kebenaran risalah yang dibawa oleh Rasulullah. Dan karena itu, dunia dan segala isinya menjadi tak berarti apa-apa di mata mereka, dibandingkan dengan perjumpaan dengan Allah Ta’ala.
Ingatlah! Ketika kebenaran mempunyai pengaruh penuh, maka ia menjadi cahaya penunjuk jalan bagi orang-orang yang jatuh dalam kegelapan, dan menyelamatkan mereka dari setiap kesulitan dan penderitaan.
Perlawanan dan permusuhan orang-orang jahat dan tak berpengetahuan terhadap kebenaran, yang dilakukan karena kebencian dan kedengkian, tidak akan mampu menandingi cahaya kebenaran itu sendiri. Bahkan pengaruhnya berbalik kepada mereka. Mereka tak bisa memahami kebenaran, dan kebenaran tak bisa pula menerangi hati mereka.
Ketika manusia tak memahami kebenaran, ia tampak dalam keadaan seperti mati. Dan begitu ia memahami kebenaran, ia akan merasakan kesegaran dan kegembiraan, seolah tengah menuju ke dalam cahaya. Bahkan ketika dia memahami kebenaran itu seutuhnya, maka titik kegelapan tak bakal dapat menyentuhnya.
Kegelapan melahirkan kegelapan. Cahaya batin membawa cahaya lain. Itulah sebabnya, kegelapan dimisalkan dengan setan, sedangkan cahaya dimisalkan sebagai malaikat. Karenanya, di tempat dimana cahaya pengetahuan dan keyakinan berdiri tegak, kegelapan pastilah sirna.
Diterjemahkan oleh Yatimin AS dari Kitab Malfuzat Amadiyyah karya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, jld. 1, hlm. 277-278.
Comment here