Sentuhan Rohani

Islam Bukan Agama Mati

Islam bukanlah agama mati, yang semua berkahnya telah terhenti dan tidak ada lagi.

Keunggulan Islam yaitu, berkahnya selalu ada bersamanya. Islam tidak hanya mengajarkan kisah pada masa lampau, melainkan ia juga menyajikan berkah pada saat ini.

Dunia senantiasa membutuhkan berkah dan tanda-tanda samawi. Manusia yang lemah tak berdaya, yang terlahir seperti orang buta, perlu menemukan kerajaan samawi. Tuhan yang keberadaan-Nya dipercayai, tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya pun terlihat.

Tanda-tanda (samawi) pada masa lampau tidak mungkin cukup untuk masa yang lain. Sebab tidak mungkin seperti tinjauan berita, dengan perpanjangan waktu beberapa berita bisa menjadi bentuk cerita.

Setiap abad baru datang, seolah-olah dunia baru dimulai. Oleh karena itu, Tuhan (dalam) Islam yang merupakan Tuhan sejati menunjukkan tanda-tanda (samawi) baru untuk setiap dunia baru.

Pada setiap permulaan abad, khususnya pada awal abad yang keadaan umat manusia telah jauh dari iman dan kejujuran, serta diliputi kegelapan di dalamnya, Allah mendatangkan seorang wakil atau pengganti nabi (khalifah) yang dalam cermin fitrahnya nampak bentuk nabi.

Dengan keberadaannya, dia menunjukkan kesempurnaan pengganti nabi yang diikuti kepada umat manusia dan meyakinkan kepada semua lawan hal kebenaran dan hal yang gaib (Aina Kamalati Islam, hlm. 245-247).

Tanda agama yang benar adalah, ajaran agama itu bisa melahirkan orang-orang tulus yang mencapai derajat muhaddats, yang Allah Ta’ala berwawansabda dengannya.

Tanda pertama kebenaran Islam adalah, dalam Islam selalu muncul orang-orang tulus, yang Allah Ta’ala berfirman dan berkomunikasi dengannya. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: Tuhan kami ialah Allah, lalu mereka terus menerus pada jalan yang benar, para Malaikat akan turun kepada mereka, ucapnya: Jangan takut dan jangan berduka cita.”  (Ha Mim/Fushshilat, 41:30).

Jadi, itulah tolok ukur agama yang benar, hidup dan makbul. Kami tahu, cahaya itu hanya ada dalam Islam.
(Hujjatul Islam, hlm. 3).

Yuk Bagikan Artikel Ini!
Translate »