Artikel

Nubuat Tentang Imam Mahdi

Nabi Suci Muhammad saw. diutus dengan tujuan untuk mengobarkan api iman dalam batin manusia, dan menggerakkan iman yang hidup kepada Allah Yang Maha Hidup. Untuk mencapai tujuan ini, beliau menggunakan berbagai macam cara. Di antaranya adalah ramalan.

Dalam al-Quran, Nabi Suci disebut juga sebagai bashir dan nadhir. Bashir artinya pengemban kabar baik, adapun Nadhir artinya juru ingat.

Nabi Suci menerima berita dari Allah tentang kejadian yang akan dialami oleh manusia di kemudian hari, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Baik berupa kemenangan bagi kaum mukmin, maupun kehancuran bagi kaum kafir. Dan semua itu diundangkan semata untuk satu tujuan, yaitu menggerakkan iman serta memberi kabar baik kepada kaum mukmin (bashir), dan sebaliknya memberi peringatan kepada kaum kafir agar mereka mau bertobat dan kembali ke jalan yang benar (nadhir).

Quran Suci banyak mengandung ramalan tentang kemenangan kaum mukmin dan kehancuran kaum kafir, yang di kemudian hari terpenuhi. Padahal ramalan-ramalan itu diundangkan pada waktu kaum kafir sedang jaya, dan kaum mukmin dalam keadaan teraniaya dan tak berdaya.

Tentu saja, pada mulanya kaum kafir menertawakan ramalan-ramalan ini. Sebaliknya, meski dalam keadaan tertindas, kaum mukmin semakin teguh imannya, karena yakin bahwa ramalan-ramalan itu pasti akan terpenuhi.

Perang Badar menjadi penanda pertama dari ramalan-ramalan itu. Dalam perang ini mereka merasakan betul adanya pertolongan Allah.

Perang Badar terjadi di bulan Ramadlan, sehingga kaum mukmin berperang dalam keadaan berpuasa. Jumlah pasukan kaum mukmin hanya sepertiga dari jumlah kaum kafir, bahkan di antaranya terdapat anak-anak remaja dan orang-orang tua. Di samping itu, persenjataan mereka jauh tak sebanding dengan persenjataan kaum kafir. Tetapi dalam perang itu mereka mendapatkan kemenangan gilang gemilang.

Kemenangan kaum mukmin dalam Perang Badar itu diramalkan jauh hari sebelum masa hijrah, tatkala mereka masih dalam keadaan tak berdaya dan teraniaya di Makkah. Allah Ta’ala berfirman, “Pasukan musuh akan dikalahkan, mereka akan lari tunggang langgang dan berbalik punggung” (QS 54:45).

Karena itulah, menurut riwayat Hadits, menjelang dimulainya Perang Badar Rasulullah saw. melaksanakan shalat terlebih dulu seraya berdoa, “Ya Allah, Ya Rabbi! Aku mohon kepadamu, penuhilah janjiMu!”. Lalu beliau pun lantas membaca ayat di atas.

Selain ramalan-ramalan yang terpenuhi di zaman Nabi Suci Muhammad saw., Quran Suci juga meramalkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman sesudahnya, termasuk peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman. Ramalan yang terkait peristiwa di akhir zaman ini tidak hanya terdapat dalam Quran Suci, tetapi terdapat pula dalam Hadits-hadits sahih.

Terpenuhinya ramalan-ramalan ini mempertebal iman dan keyakinan kaum mukmin akan adanya Allah, serta benarnya Quran Suci dan Hadits Nabi.

Salah satu dari sekian banyak ramalan yang terkait peristiwa di akhir zaman itu adalah ramalan tentang terjadinya gerhana matahari dan bulan di bulan Ramadlan, sebagai pertanda turunnya Imam Mahdi.

Pada Ramadlan tahun 1894, terjadilah gerhana bulan dan matahari secara bersamaan. Peristiwa ini terjadi di daerah Punjab, India bagian utara, di mana Desa Qadian berada. Gerhana bulan terjadi pada tanggal 13, sedangkan gerhana matahari terjadi pada tanggal 27.

Peristiwa itu diramalkan oleh Nabi Suci 1300 tahun sebelumnya, “Sesungguhnya Imam Mahdi memiliki dua pertanda yang belum pernah terjadi sejak terciptanya langit dan bumi, yakni terjadinya gerhana bulan pada permulaan bulan Ramadlan dan gerhana matahari pada pertengahan bulan itu.” (HR Imam Baihaqi).

Secara tersirat, peristiwa ini juga diramalkan dalam Quran Suci, “Bulan hilang cahayanya, lalu dikumpulkanlah matahari dengannya.” (QS 75-8-9). Hilangnya cahaya bulan mengisyaratkan gerhana matahari, dan berkumpulnya matahari dan bulan mengisyaratkan gerhana matahari.

Jadi, menurut hadits di atas, terjadinya gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadhan adalah pertanda datangnya Imam Mahdi. Dan oleh karena peristiwa itu terjadi di daerah Punjab, maka terang sekali bahwa datangnya Imam Mahdi juga di daerah itu.

Pada tahun itu, satu-satunya orang yang mengklaim diri sebagai Imam Mahdi adalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, yang berdiam di desa Qadian, Punjab. Jadi, pengakuan beliau sebagai Imam Mahdi didukung oleh ramalan Nabi Suci tiga belas abad lampau.

Dalam Kitabnya bertajuk Nurul Haq, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menerangkan sebagai berikut:

“Dengan demikian jelaslah bagi saudara bahwa Imam Mahdi tidak muncul di negeri Arab atau Syam, karena tanda-tandanya tidak tampak di daerah itu, melainkan di daerah ini. Bagaimana mungkin Imam Mahdi muncul di bumi bagian barat (Arab), padahal tanda-tandanya menampakkan diri di timur. Oleh sebab itu, di negeri Arab dan Syam tak ada yang mengaku diri sebagai Imam Mahdi.

Sebaliknya, saudara tahu bahwa atas perintah Tuhan serwa sekalian alam, aku berkata dalam beberapa tahun ini, “Aku adalah Masih Mau’ud dan Mahdi.” Sedangkan saudara mengafirkan aku, melaknatiku, mendustakanku, padahal aku datang dengan membawa banyak tanda bukti.

Apakah saudara heran, jika pada permulaan abad ini, datang seorang juru ingat kepada saudara, pada waktu Islam sedang dilanda bencana hebat, dan saudara sendiri sedang diliputi kesesatan?

Apakah saudara tak ingat akan firman Allah dalam Kitab Suci, yang intinya memberi kabar baik kepada saudara tentang datangnya Imam di akhir zaman? Tsullatun minal awwalin wa tsullatun minal aakhiriin (kelompok besar dari golongan permulaan dan kelompok besar dari golongan terakhir) (QS 56:39-40). Tiap-tiap tsullah memiliki imam-nya sendiri-sendiri.

Lantas mengapa saudara lari dari Sang Imam di akhir zaman ini?” (Nurul Haq, hal. 25-20)

Di halaman lain dalam Kitab yang sama, beliau menambahkan keterangannya,

“Jika saudara ditanya tentang arti gerhana bulan dan gerhana matahari di bulan Ramadlan, maka ketahuilah bahwa Allah Ta’ala meletakkan agama dimulai pada bulan Ramadlan, dengan cara ia turunkan Al-Quran di bulan itu. Di dalam bulan itu terdapat lailatul qadar, dan ini menjadi permulaan bagi memancarnya sinar agama yang kuat.

Oleh sebab itu, Allah Ta’ala bermaksud akan menolong melenyapkan kegelapan pada akhir zaman di bulan Ramadlan itu juga.

Ketahuilah bahwa gerhana bulan itu melambangkan akan terbabarnya keindahan Islam, sedangkan gerhana matahari melambangkan akan terbabarnya kemenangan Islam. Kekuatan samawi akan mengalahkan kekuatan duniawi, dan cahaya Al-Masih akan mengalahkan tipu muslihat Dajjal. Sehingga kemudian manusia akan masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.

Ini adalah ketetapan dari Tuhan serwa sekalian alam.” (Nurul Haq, hal. 42)

  • Penulis: H. M. Bachroen | Ketua Umum PB GAI 1967-1977
  • Sumber artikel : Warta Keluarga GAI, 1973
Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here