Hendaklah diingat bahwa untuk menyelenggarakan taubat, ada tiga syarat yang engkau perlu penuhi. Tanpa terpenuhinya tiga syarat itu, maka tak dapat dikatakan engkau bertaubat dengan sungguh-sungguh (taubat an-nasuha).
Syarat pertama adalah iqla, yakni menjauhkan khayalan-khayalan rusak yang merupakan penggerak ke arah kebiasaan buruk. Sesungguhnya khayalan itu amat besar pengaruhnya. Karena sebelum datang dalam arena tindakan, setiap perbuatan tersimpan dalam bentuk khayalan. Jadi sekali lagi untuk taubat, syarat yang pertama adalah meninggalkan pikiran-pikiran yang rusak dan khayalan-khayalan yang buruk. Misalnya, apabila ada seorang laki-laki hendak berzina dengan seorang wanita, maka cara untuk taubat dari perbuatan itu, pertama-tama anggaplah bahwa paras muka dan bentuk tubuh wanita itu buruk. Dan ingatlah selalu di dalam hati semua kebiasaan-kebiasaaannya yang buruk. Karena sebagaimana baru saja aku katakan, pengaruh khayalan itu sangat hebat. Singkatnya, apa yang dikhayalkan oleh seseorang itulah yang akan menjadi kenyataan. Maka lenyapkanlah pikiran dan khayalan yang menyebabkan kesesatan dan kepahitan hidup.
Syarat kedua adalah nadm, yakni menyatakan penyesalan. Dalam hati nurani setiap insan tersimpan kekuatan yang mengingatkannya dari setiap keburukan. Namun insan yang malang membiarkan dan mengabaikan sama sekali peringatan itu. Maka nyatakanlah penyesalan karena keterlibatanmu dalam dosa dan kejahatan. Anggaplah kelezatan itu sementara dan hanya beberapa hari saja. Pikirkan juga bahwa manakala bertambah usia kita, maka jatah kelezatan dan kebahagiaan hidup itu semakin berkurang. Sampai tatkala tiba masa tua, ketika kekuatan telah luntur dan menjadi lemah, akhirnya semua kenikmatan dunia ini tentu akan ditinggalkan. Pendek kata, selagi dalam hidup itu sendiri saja akhirnya semua kenikmatan dunia akan ditinggalkan, lalu mengapa manusia hanya terpaku pada urusan dunia saja, tanpa menghiraukan kehidupan akhirat? Sungguh beruntung orang yang bertaubat dengan secepatnya.
Syarat ketiga adalah ‘azm, yakni bertekad bulat tidak akan kembali kepada gelora kejahatan di masa yang akan datang. Apabila manusia secara istiqamah mempertahankan tekad bulatnya itu, maka dengan taubatnya yang sungguh-sungguh itu Allah Ta’ala akan memberi petunjuk dan kekuatan kepadanya. Sehingga sunguh-sungguh lenyaplah segala keburukan dalam dirinya, dan sebagai gantinya adalah akhlak yang luhur serta perbuatan-perbuatan yang terpuji.
Inilah kemenangan akhlak. Sesungguhnya member kekuatan akhlak adalah perbuatan Allah Ta’ala, karena hanya Dialah pemilik seluruh kekuatan (QS Al-Baqarah 2:165)
(Ghulam Ahmad, Malfuzhat, Jilid I, hlm. 132-134)
Comment here