Prof. Dr. Mohammed Arkoun, dari Universitas Sorbounne Paris, dalam pembukaan seminar bertajuk “Konsep Islam Modern tentang Pemerintahan dan Demokrasi” yang diselenggarakan di Jakarta, 10 April 2000, menyatakan bahwa “Islam akan meraih kejayaannya jika umat Islam membuka diri terhadap Pluralisme pemikiran, seperti pada masa awal Islam hingga abad pertengahan. Pluralisme bisa dicapai bila pemahaman agama dilandasi paham kemanusiaan, sehingga umat Islam bisa bergaul dengan siapapun.”
Arkoun juga mengungkapkan bahwa memasuki abad ke-13 ini, umat Islam mulai melupakan filsafat maupun debat teologi. “Selama ini,” kata Arkoun, “umat Islam diajarkan bahwa Islam tidak memisahkan agama dan politik, bahwa Islam adalah daulah (kerajaan). Lebih fatal lagi, Islam kemudian dipergunakan lebih sebagai alat politik saja, bukan untuk berfikir dengan pendekatan humanis dan dalam keragaman.”
Hemat penulis, keadaan yang dikemukakan oleh Arkoun di atas sifatnya hanya sementara saja. Hitungannya hanya satu hari dalam pandangan Allah, yang ukurannya seribu tahun menurut hitungan manusia (QS 32:5). Sebab, milenium ketiga yang menjadi era kebangkitan Islam kembali akan segera tiba.
Agama Islam yang dahulu telah melahirkan humanisme di Jazirah Arab yang terus menyebar ke seluruh Timur Tengah sehingga mereka tampil sebagai Khoira Ummah yang ditampilkan sebagai cermin bagi manusia (QS 3:110) karena mereka berfikir pluralistik.
Mereka membuka diri terhadap seluruh kebudayaan di Timur Tengah yang didasarkan pada pendekatan humanis terhadap manusia, tanpa membedakan agama dan kepercayaan. Mereka senantiasa kritis, baik dalam bidang filsafat maupun teologi.
Sumber agama Islam adalah tetap, yakni Al-Qur’an, Sunnah atau Hadits, dan Ijtihad. Al-Qur’an yang dilindungi oleh Allah adalah Kitab Suci yang hidup dan terbuka, mendorong setiap manusia untuk memahami dan menginterpretasikannya, bahkan menantang manusia untuk menguji kebenarannya.
Sunnah atau Hadits, menggambarkan perwujudan segala sesuatu yang diajarkan oleh Al-Qur’an. Ijtihad, sumber ajaran Islam yang membuka peluang umat Islam untuk berpartisipasi mewujudkan kehendak Ilahi yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Uswatun Hasanah (QS 33:21).
Kehendak Ilahi yang berulangkali dikemukakan dalam Al-Qur’an antara lain menurunkan Islam sebagai Dinul-Haqq (Agama Kebenaran) agar dimenangkan atas semua agama (QS 9:33). Sarana untuk mencapai kemenangan itu antara lain dakwah dengan metode mujadalah atau debat yang didasarkan pada pendekatan keragaman teologi, pemikiran dan budaya (QS 29:46).
Untuk berpatisipasi dalam rencana Ilahi itulah booklet series ini diterbitkan. Booklet ini disajikan dalam koridor Tafsir Tematik (Tafsir Maudlu’i), wabil-khusus dalam tema-tema Kristianitas dalam perspektif Al-Qur’an, yang disebut “Kristianologi Qur’ani” (An-Nashraniyyat al-Qur’aniyyah).
Seri kali ini menyajikan judul “Menyambut Milenium Ketiga: Patahnya Salib dan Terbitnya Matahari dari Barat.” Judul ini diangkat dari Hadits Nabi riwayat Imam Muslim dari sahabat Abi Hurairah, Nawwas bin Sam’an, dan lain-lain, yang menerangkan bahwa pada zaman akhir setelah Dajjal, Yakjuj wa Makjuj merajalela akan turun Isa ibnu Maryam yang tugasnya antara lain membunuh Dajjal dan mematahkan Salib; setelah itu tebitlah matahari dari barat, yakni tersiarnya Islam di Barat.
Artikel dan tulisan-tulisan bertema Kristianologi Qur’ani dipilih karena sangat bermanfaat untuk dialog teologis dengan umat Kristiani yang sampai sekarang masih langka. Lewat dialog teologis itulah SARA yang merupakan racun berbahaya akan berubah menjadi obat mujarab bagi persatuan dan kesatuan bangsa yang sekarang sedang terkoyak-koyak sakit parah.[]
- Judul Booklet: Menyambut Milenium Ketiga: Patahnya Salib dan Terbitnya Matahari Dari Barat
- Penulis: K.H. Simon Ali Yasir
- Penerbit: Darul Kutubil Islamiyah
- Tahun Terbit: Agustus 2000
- Unduh Lengkap
Comment here