Khutbah

Menangkis Adzab Allah

destroyed residential building under gray sky

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah Allah SWT.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam: suatu karunia nikmat yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya.

Semoga kita senantiasa termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.

Dan tentunya kita bersyukur kepada Allah atas berbagai nikmat kehidupan yang masih diberikan kepada kita: nikmat bernafas dengan baik, nikmat melihat dengan baik, nikmat mendengar dengan baik, nikmat berjalan dengan baik, dan nikmat-nikmat baik lainnya yang kita semua alami dan rasakan hingga detik ini, yang tidaklah mungkin bisa kita hitung banyaknya.

Wa in ta’udduu ni’matallaahi laa tuhsuuha.

Dan apabila manusia menghitung-hitung nikmat Allah, maka tak mungkinlah bisa ia melakukannya.

Hal kedua yang rasa-rasanya perlu untuk kami sampaikan pada kesempatan Jum’at yang mulia ini adalah suatu ajakan kepada kita semua, untuk menetapi iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan cara senantiasa tunduk patuh kepada perintahNya dan laranganNya.

Sebab, sebagaimana bisa kita baca dalam QS Al-A’raf ayat 96, Allah Ta’ala berfirman, bahwa apabila penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Allah pasti akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi untuk negeri itu.

Tetapi apabila penduduk suatu negeri itu berlaku sebaliknya, yakni mendustakan Allah, dengan kata lain tidak beriman dan bertaqwa kepada-Nya, niscaya akan Allah turunkan adzab dan siksa kepada mereka.

Walaw anna ahlal quraa aamanuu wat-taqaw, lafatahnaa ‘alaihim baarokaatim minas samaa-i wal ardl.
Walaa kin kadzdzabuu fa akhodznaahum bimaa kaanu yaksibuun.

Bukankah kita tidak ingin mendapat adzab dari Allah? Bukankah kita juga tidak ingin menjadi bagian dari penduduk suatu negeri yang diadzab oleh Allah?

Karena itu, sekali lagi, marilah kita berketetapan dalam iman dan taqwa kepada Allah, agar supaya kita, dan negeri Indonesia yang kita cintai ini, mendapat berkat dan rahmat dari Allah SWT.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Hal berikutnya yang ingin saya sampaikan di kesempatan Jum’at yang mulia ini adalah firman Allah yang lain, yang termaktub di dalam QS Ash-Shaaf ayat 10, yang memberi kabar gembira kepada kita semua tentang cara bagaimana agar supaya kita semua, terhindar dari adzab Allah Ta’ala.

Yaa ayyuhalladziina aamanuu hal adullukum ‘alaa tijaaratin tunjiikum min ‘adzaabin aliim.

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

Tu`minuuna billaahi wa rasuulihii wa tujaahiduuna fii sabiilillaahi bi`amwaalikum wa anfusikum, dzaalikum khairullakum in kuntum ta’lamuun

Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam ayat ini, Allah menyatakan kepada kita, bahwa ada suatu perdagangan, atau jual beli atau transaksi, yang PASTI menguntungkan kita, dan tidak mungkin merugikan kita, bahkan bisa menyelamatkan hajat hidup kita di dunia ini hingga akhirat kelak. Yakni berdagang, berjual beli, atau bertransaksi dg Allah.

Allah memiliki barang dagangan, berupa janji keselamatan hidup bagi manusia di dunia ini, dan terhindar dari adzab-Nya. Dan kita hanya bisa membeli barang dagangan Allah itu dengan dua hal. Pertama, iman kepada Allah dan RasulNya. Kedua, berjihad di jalanNya dengan harta dan jiwa kita.

Iman menjadi landasan perbuatan. Sebab orang yang memiliki iman, pasti akan melaksanakan segala sesuatu tidak secara terpaksa, tidak menggerutu, melainkan tulus ikhlas karena keyakinan yang dipedomaninya.

Iman kepada Allah dan Rasul-Nya, wujudnya adalah tunduk patuh atas perintah dan larangan Allah, sebagaimana diteladankan oleh utusan-Nya, yakni Rasulullah saw.

Lalu sesudah iman, kita dituntut untuk berjihad di jalan Allah atau jihad fi sabiilillah, sebagai perwujudan atau aktualisasi iman kita itu.

Jihad tidak identik dengan perang. Jihad adalah perjuangan keras di dalam segala bidang kehidupan, berusaha sungguh-sungguh di dalam segala macam upaya dan ikhtiar.

Jadi, jihad fi sabilillah artinya berjuang di dalam ragam usaha kehidupan ini, dengan diniati semata-mata karena dan untuk Allah. Dan sebagaimana pesan yang termaktub di dalam ayat di atas, berjihad di jalan Allah itu harus dilakukan dengan sepenuh jiwa raga dan bahkan mengorbankan harta benda.

Sebab itu, marilah kita luruskan niat perjuangan kita di dalam berbagai lapangan kehidupan, semata-mata lillaahi ta’ala: karena Allah dan untuk Allah.

Orang yang melandasi segala pekerjaan dan aktivitas kehidupannya dengan iman dan niat jihad fi sabilillah, insya Allah pasti akan bisa menghindari segala perkara yang bersifat syubhat, maksiat, dan mudharat dalam setiap pekerjaan dan aktivitasnya.

Sebagai pengusaha atau pedagang, dia akan menjadi pengusaha atau pedagang yang jujur dalam bertransaksi, tak suka mengurangi takaran, tidak rakus dalam mengambil keuntungan, dlsb.

Sebagai pegawai, pejabat, atau aparatur negara, dia akan bersikap amanah, tidak melakukan tindak korupsi, kolusi, manipulasi, dlsb.

Demikianlah seharusnya sikap dan perilaku setiap orang beriman. Dalam berbagai status dan profesinya dalam kehidupan ini, akan mendasarkan aktivitasnya sebagai jihad fi sabilillah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Bilamana kita bisa memenuhi dua prasyarat supaya Allah tak menurunkan adzabnya kepada kita, yakni dengan beriman dan berjihad di jalanNya, maka Allah menjanjikan kepada kita karunia keselamatan dan kenikmatan, yang dalam ayat berikutnya, yakni ayat ke 12 dari surat Ash-Shaff disebutkan bentuk-bentuknya:

Yaghfir lakum dzunuubakum wa yudkhilkum jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru wa masaakina thayyibatan fii jannaati ‘adn, dzaalikal-fauzul-‘adziim

Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar

Bahkan bukan hanya itu, Allah memberi tambahan bonus lain, sebagaimana bisa kita baca dalam terusan ayat di atas:

Wa ukhraa tuhibbuunahaa, nashrum minallaahi wa fathun qariib, wa basysyiril-mu`miniin.

Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Jadi, betapa Allah begitu maha murah hati. Hanya dengan beriman kepadaNya dan berjihad di jalanNya, kita akan dihindarkan dari adzab-Nya, diampuni segala dosa kita, dan diselamatkan hidup kita fid-dunya wal akhirah.

Dan bukan hanya itu, masih ditambah bonus berupa pertolongan-pertolongan bagi segala kesulitan dan permasalahan hidup kita. Sebagaimana juga dijanjikan Allah di dalam surat lain di dalam al-Quran, yakni QS At-Talaq 61:2-3, sebagai berikut:

Waman yattaqillaaha yaj ‘allahuu makhraja, wayarzuqhu min haysu laayahtasib. Waman yatawakkal ‘alallaahi fahuwa hasbuh.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan membukakan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan hidupnya, dan memberinya rizki dari tempat yang tak terduga-duga. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Mudah-mudahan kita termasuk di dalam golongan orang-orang yang berketetapan dalam iman dan taqwa, dan istiqomah dalam ketulusan pengabdian kepada Allah, sehingga Allah berkenan memenuhi janji-janjiNya, memberikan karunianya, berupa keberkahan dan keselamatan dalam hidup kita, fid-dunya wal aakhirah. Amin-Amin Ya Rabbal ‘Alamin.[]

Naskah Khutbah Jum’at Masjid Margi Utami, Pare, Kediri
Oleh : Asgor Ali

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here