Jangan pernah lupa, sebagai seorang guru, semua mata sedang memandang kepada anda. Guru-guru di ruang Guru, siswa-siswa di kelas.
Janganlah di ruang Guru dan di kelas sepanjang hari anda bermuka yang membuat orang lain gelisah, membuat Guru lain tidak kerasan di ruang Guru, membuat siswa takut rasanya seperti menghadapi malaikat maut, membuat diri anda sendiri merasa hanya sekedar ditolerir dimana-mana, anda menjadi curiga kepada Guru, curiga kepada siswa.
Muka anda sudah lamis dengan dipajang oleh macam-macam sarana kecantikan. Maka tambahlah lamis lagi, yaitu bibir yang berkumul senyum dan mata yang tampak ramah.
Jangan terlalu mahal dengan senyum, dengan terima kasih atas jasa-jasa kepada anda, ucapan penghargaan atas prestasi dan kelebihan orang lain, Guru maupun siswa.
Tetapi jangan pernah lupa, bahwa alangkah menjadi berkahnya bagi Guru di ruang Guru dan bagi siswa di kelas, apabila senyum anda, cerahnya pandangan mata anda, terima kasih anda, penghargaan anda, keluar dari hati sanubari yang indah: anda mudah ikhlas dengan kelemahan Guru lain, mudah ikhlas dengan sukar diaturnya siswa, anda bersimpati pada siapapun.
Seorang seperti anda akan “ngangeni” di ruang Guru. Semua siswa akan cinta pada anda dan akan sangat berusaha untuk berprestasi dalam mata pelajaran yang anda berikan.
Yang ditangkap oleh siswa bukan bahasa yang anda ucapkan, melainkan bahasa yang keluar dari hati sanubari anda. Maka jangan pernah lupa, bahwa siswa masih sangat peka untuk dapat menangkap bahasa hati.
Guru boleh marah, boleh mendamprat, tetapi siswa akan tetap cinta pada anda dan tetap menghargai dan hormat kepada anda, dan mengenang Guru yang demikian itu. Siswa tahu benar Guru mana yang ia dapat bersimpati, mana tidak, sebab sedikit banyak mereka masih polos.
Ternyata siswa menjadi sukar diatur, jika ia merasa tak ada Guru yang dapat ia cintai dan hormati, sebab tak ada yang memberinya perhatian yang ia dambakan.
Maka rahasianya sekolah yang favorit di masa depan ialah mempunyai Guru-guru yang dicintai dan dihormati siswa, karena memprihatinkan siswa, dan bukan sekedar prestasi akademik.
Jangan pernah lupa, bahwa hati yang indah membuat pikiran indah, muka indah, pandangan mata cerah, senyum menarik. Anda yang demikian itu tentu mempunyai penampilan yang menarik.
Teruslah mendekat kepada Tuhan, maka anda akan mempunyai perbawa yang anda memang harus punya sebagai Guru. Sebab, seorang Guru tanpa perbawa bukanlah Guru, melainkan “buruh mulang.”
Dinukil dari tulisan “Untuk Guru PIRI,” oleh (Alm.) Mardiyono Jaya S. Marja, saat menjabat sebagai Badan Pemangku Azas PIRI, Oktober 2005
Dirgahayu PIRI ke-76
1 September 1947-2023
“Bangkit Lebih Kuat, Berikhtiar Lebih Semangat”
Comment here