Khutbah

Bersikap Waspada Di Zaman Penuh Fitnah

photo of people in front of mosque during golden hour

Alunan takbir  menggema dan terdengar di seluruh penjuru negeri, setiap lisan seorang muslim sejak habis sholat maghrib sampai pagi ini berpadu berpaut mengagungkan asma-Nya dalam rangka memperingati hari raya ‘idul fitri.

Sungguh terasa keagungan Alloh SWT yang bergema dalam semangat alunan takbir itu meruntuh-rubuhkan bangunan megah kesombongan yang masih bertengger di hati kita semua. Keakbaran-Nya meredup-redam-padamkan rasa keakuan yang masih saja bercokol dalam diri untuk merasa paling benar sendiri. Sehingga segala puji dalam berbagai aplikasinya hanya pantas dan layak untuk Alloh SWT yang telah menciptakan seluruh alam raya.

Rohmat ta’dzim dan doa keselamatan semoga selalu disampaikan kepada baginda rosululloh Muhammad SAW. Barang siapa yang mau membacakan sholawat kepadanya, maka insyaalloh pada hari kiamat nanti beliau akan hadir dengan memberikan syafa’atnya kepada orang tersebut.

Semoga kita semua mendapatkan legalitas sebagai ummatnya, sehingga layak dan berhak mendapatkan syafa’atnya. Amin ya robbal ‘alamin.

Allohu Akbar walillahilhamd.

Hadirin jama’ah sholat idul fitri yang berbahagia

Puasa romadlon merupakan salah satu rukun islam yang lima mempunyai tujuan utama dan target puncak yaitu menggapai derajat takwa. Pada bulan tersebut kita diuji oleh Alloh SWT untuk menahan segala keinginan atau hawa nafsu. Pada siang hari nafsu makan dan minum dimulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari harus bisa dijaga kecuali dalam keadaan sakit maupun sedang dalam perjalanan.

Selain itu juga nafsu-nafsu yang lain yang biasanya mengajak kita untuk melakukan perbuatan dosa harus berusaha kita cegah. Semua itu ditempuh dalam rangka meraih gelar darojatul muttaqin atau derajat orang-orang yang bertakwa. Maka ketika darojatul muttaqin telah tersematkan dalam jiwa dan raga kita, kita harus selalu menjaganya dan berusaha untuk selalu menguatkannya dalam keadaan apapun dan di manapun.

Derajat takwa itu memang seharusnya dan semestinya terus dan terus kita jaga dan kita kuatkan, mengapa demikian? Karena siapapun yang yang terpeleset dan tergelincir dari maqom tersebut dengan hilangnya keterpautan hati untuk selalu taat kepada Alloh SWT, maka ia akan tersungkur dan jatuh dalam jurang yang paling nista. Na’udzubillah, tsumma na’udzubillah.

Hadirin jama’ah sholat idul fitri yang berbahagia

‘Idul fitri adalah kembali pada fitrah atau tujuan utama diciptakan manusia di atas bumi. Idul fitri ini memiliki makna yang dalam yaitu kembalinya rasa kemanusiaan kita untuk selalu menghamba, mengabdi kepada Alloh SWT sebagai manusia yang bertakwa. Ketakwaan itu harus selalu dijaga secara disiplin dan berkesinambungan atau istiqomah, karena Alloh SWT berfirman, fattaqullaaha tsummastaqaamu. “Bertakwalah kalian semua kepada Alloh SWT, kemudian istiqomahlah dalam bertakwa.”

Takwa adalah keterpautan dan kergantungan hati secara bersungguh-sungguh pada tali keselamatan Alloh SWT supaya tidak terpeleset, terjatuh, tersungkur dan terjerembab dalam perbuatan nista yang dibenci Alloh SWT. Ketakwaan itu membutuhkan kesungguhan dan niat yang kuat untuk selalu dan berusaha menapaki jalan keselamatan. Sehingga dari ketakwaan tersebut bisa memancarkan dan melahirkan diri yang selamat, lingkungan yang damai, masyarakat yang harmonis, dan bangsa yang adem ayem, dalam naungan ridlo Alloh SWT.

Di era kemajuan teknologi dan informasi ini kita harus pandai, jeli, dan waspada dalam menyikapinya. Karena di era ini apa saja bisa terjadi baik perilaku positif maupun perilaku negative. Saling merekayasa dan saling memfitnah menjadi fenomena yang sangat lumrah. Setiap kita dengan mudah terbawa angin dan ombak kehidupan yang maha dahsyat, tenggelam dalam jurang lingkaran syetan yang tidak berketepian.

Maka siapa saja yang sembrono, latah, tergesa-gesa, mudah hanyut-larut dalam gemerlap serta hiruk-pikuknya dunia yang merayu dan membujuk, serta tidak mempunyai kontrol yang kuat; berupa pikiran yang anteng dan selalu waspada serta dibarengi dengan pemahaman ajaran agama yang cukup, pasti dengan mudahnya akan hancur lebur, tersandung, tersungkur, dan terjungkal oleh besarnya arus fitnah yang melanda setiap lini kehidupan manusia.

Perpecahan dan perselisihan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama menjadi hal yang sangat niscaya.

Wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’an walaa tafarraquu. “Dan berpegang teguhlah kalian semua pada tali (agama) Alloh SWT, dan janganlah berpecah belah.” (QS Ali Imran Ayat 103)

Berpegang teguh pada tali (agama) Alloh berarti kita harus berusaha menguatkan upaya-upaya serta usaha-usaha yang dapat mengantarkan dan menetapkan hati serta amaliyah kita agar selalu berada pada rel-rel aturan Alloh SWT. Usaha itu harus diupayakan dengan belajar dengan cara yang benar dan dengan orang atau guru yang benar, agar didapatkan pemahaman dan petunjuk yang benar.

Karena ketika cara belajarnya belum benar dan belajar kepada orang yang tidak benar hanya akan menghasilkan pemahaman yang tidak benar dan amaliyah yang tidak benar pula. Hal inilah yang sangat harus dihindari.

Sehingga dengan modal pemahaman yang benar terhadap ajaran Agama Alloh, akan memudahkan kita untuk saling memahami, saling menguatkan antar satu dengan yang lain. Perpecahan dan kecurigaan yang berlebihan yang bisa melemahkan antar sesama umat Islam bisa diminimalisir.

Hadirin jama’ah sholat idul fitri yang berbahagia

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat menjadikan segala aktifitas menjadi sangat mudah. Terutama dalam hal mendapatkan informasi maupun menyebarkannya dari manapun dan ke manapun. Dalam waktu yang singkat semua informasi bisa diperoleh dan dibagikan.

Kemajuan teknologi ini mempermudah kita dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, seperti mempermudah kita dalam upaya memperkuat dan menjalin silaturahim dengan sesama, saudara-saudara yang jauh dan lama tidak pernah ketemu, dengan mudahnya kita berjumpa dan saling tegur sapa walaupun raga tidak bertemu secara langsung, sungguh hal ini merupakan ni’mat Alloh SWT yang sangat luar biasa, yang seharusnya kita jaga dengan baik dan kita syukuri.

Kemajuan teknologi yang dahsyat ini harus kita sikapi dengan baik agar tetap sehat dan bermanfaat untuk kehidupan kita. Jangan sampai malah membuat kita dengan mudahnya menggunjing dan memfitnah orang lain. Maka landasan iman yang kuat serta pemahaman ajaran agama yang benar, dapat menjaga ni’mat teknologi tersebut untuk kemaslahatan bukan kemudlorotan.

Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini merupakan efek kurangnya pemahaman yang benar terhadap ajaran agama. Banyak yang merasa paham agama, tetapi tidak melalui proses tolabul ilmi yang benar. Banyak yang mencukupkan diri untuk mendapatkan pengetahuan agamanya hanya dengan googling dan browsing di internet saja. Akhirnya tidak ada budaya konfirmasi pengetahuan yang telah didapat kepada orang yang lebih tahu, lebih ahli atau seorang guru, dan pengetahuan itu diterima dan dipercaya begitu saja. Maka yang terjadi adalah salah dalam memahami pengetahuan yang diperoleh.

Pemahaman yang salah dalam memahami agama diantaranya adalah pemahaman yang saklek, kaku, hitam-putih, dan benar-salah. Hanya ada dua dimensi dalam kerangka cara berfikirnya. Yaitu “kalau menurut saya benar berarti yang lain salah”. Pemahaman seperti ini sangat berbahaya karena menafikan kebenaran yang dicapai oleh orang lain dengan cara yang berbeda. Karena pada dasarnya sumber ajaran agama Islam yang pokok yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah itu multi tafsir dan multi makna. Maka ia tidak bisa dimonopoli oleh satu pemahaman dari satu kerangka berfikir saja. Ia bisa dipahami dengan berbagai disiplin pengetahuan dan berbagai pendekatan bidang keilmuan.

Maka ketika pemaksaan kebenaran oleh sekelompok orang terhadap jama’ah yang lain akan menyebabkan musibah yang sangat menakutkan. Ikatan persaudaraan baik tingkat keluarga, masyarakat maupun persaudaran dalam maupun antar agama menjadi cerai berai.

Perselisihan dan kontroversi informasi yang tersebar lebih disebabkan karena tidak ada budaya koreksi maupun tabayyun terlebih dahulu terhadap  kebenaran informasi yang tersebar. Sebagian besar kita langsung menerima apa adanya dan percaya begitu saja, tidak berfikir panjang tentang mashlahat dan madlorotnya dengan enteng langsung men-share atau menyebarkannya kepada orang lain.

Bahkan turut memprovokasi orang lain dan ikut-ikutan melakukan kampanye hitam agar turut membenci dan melaknat seseorang yang dikabarkan dalam informasi tersebut. Bahkan dengan menukil ayat maupun hadis atau menggunakan ornament-ornamen atau symbol-simbol agama untuk membuat orang lain supaya percaya. Padahal kalau kita kroscek dengan benar, kita tabayyunkan pada yang bersangkutan informasi tersebut belum tentu benar.

Oleh karena itu marilah kita sebagai umat islam yang beriman dan mempunyai tujuan utama yaitu menggapai darojatul muttaqin harus mengikuti petunjuk yang telah disampaikan Alloh SWT lewat rosul-Nya dalam hal menerima sebuah informasi.  Alloh SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, ketika datang kepadamu orang yang fasiq dengan membawa sebuah berita, maka periksalah dengan teliti, supaya kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum karena tidak mengetahui kebenaran akan berita tersebut, sehingga kalian akan menyesali terhadap perbuatan yang telah kalian lakukan.” (QS Al-Hujurat Ayat 6)

Hadirin jama’ah sholat idul fitri yang berbahagia

Kita sebagai orang yang beriman tak sepantasnya menerima segala informasi begitu saja tanpa disaring, diteliti, dan memastikan akan kebenaran informasi yang kita terima. Alloh SWT sendiri dalam ayat di atas menghendaki kepada kita semua orang-orang yang beriman agar tidak berbuat dzolim yang akibatnya akan menyebabkan timbulnya sebuah musibah yang menimpa kepada orang lain.

Marilah kita berusaha untuk sedapat mungkin menjauhi perbuatan adudomba, pecah belah, menggunjing, melaknat, dan ikut-ikutan kampanye hitam yang tidak bertanggungjawab, supaya kita tidak terjerumus dan selamat dari perbuatan dzolim.

Rosululloh bersabda, ittaqudz-dzulma fainnadz-dzulma dzulumaatun yawmal qiyaamah. “Takutlah kalian semua pada perbuatan dzolim, sesungguhnya perbuatan dzolim itu akan menjadi kegelapan di hari kiamat nanti.”

Fasilitas teknologi yang super canggih ini, seharusnya menjadi sarana yang bermanfaat untuk saling memperkuat tali ukhuwwah, menjadi media dakwah yang menyejukkan yang mengabarkan ajaran islam yang rohmatan lil ‘alamin. Jangan sampai teknologi informasi yang maha canggih ini malah menjadi media yang hanya membanggakan, dan membenarkan golongan sendiri, dan menistakan pula memojokkan serta selalu mencari kesalahan dan kelemahan golongan lain yang tidak sepaham.

Alloh SWT berfirman, “Janganlah suatu kaum menghina pada kaum yang lain, barangkali kaum yang lain itu lebih baik daripada kaum yang menghina tersebut.” (QS Al-Hujurat Ayat 11)

Jangan sampai pepatah “jarimu, harimaumu, atau mulutmu harimaumu” terjadi dan menimpa pada diri kita. Karena begitu mudahnya kita menerima informasi, tapi kita kurang waspada dan teliti dalam menilai kebenaran suatu berita tersebut, langsung saja kita membagikan dan menyebarkan kepada orang lain. Yang sebenarnya ternyata informasi yang kita tebar-sebar-siarkan itu hanyalah ranjau-ranjau yang sengaja dipasang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, sehingga kita terjerat, terseret, dan terjebak dalam silang sengkarut fitnah yang tidak berujung tersebut.

Efeknya hubungan saudara menjadi putus, pertemanan menjadi permusuhan, musuh yang seharusnya kita kita lawan justru dalam ketidaksadaran kita bersekutu untuk menghancurkan kita sendiri.  Alloh SWT berfirman, “kerusakan yang timbul di atas daratan dan lautan ini disebabkan oleh tangan-tangan manusia.” (QS Ar-Rum Ayat 41)

Dalam kitab ta’limul muta’allim dikatakan, “terpelesetnya lidah bisa menyebabkan kita terbunuh, sedangkan terpelesetnya kaki masih ada harapan sembuh.”

Hadirin jama’ah sholat idul fitri yang berbahagia

Kembali pada fitrah manusia diciptakan di atas bumi ini, yaitu menjadi orang yang selalu menjaga keimanannya kepada Alloh SWT adalah suatu keharusan. Agar menjadi seorang mukmin yang selalu teliti, berhati-hati terhadap segala informasi yang tidak bertanggungjawab.

Harapan dan doa agar selalu istiqomah dalam menyampaikan informasi-informasi ilahiyah yang dibawa oleh baginda rosululloh nabi Muhammad SAW kepada seluruh ummat semoga selalu terpanjatkan kepada Alloh SWT dan menjadi ruh dalam setiap langkah kehidupan kita. Berusaha menghindarkan diri dari keterjerumusan dalam ketidak(sadar)an menyebarkan fitnah, adu domba, dan menjadi agen penyebaran berita hoaxs, menjadi amaliyah kita dalam setiap saat.

Semoga keimanan dan derajat takwa yang telah kita usahakan untuk menadapatkannya lewat tirakat puasa romadlon satu bulan penuh ini, tidak rusak dan tergelincir dari rel-rel Alloh SWT. Sehingga anugerah Alloh SWT yang berupa bumi Indonesia yang kaya raya ini, selamat dari segala kehancuran, dan menjadi bukti ridlo Alloh SWT atas rakyat Indonesia. Amin, amin ya robbal ‘alamin.[]

Khotbah Idul Fitri 1443 H Oleh Mohamad Sholihin, S.Th.I., M.Pd. (Guru MA Nurul Huda Plosorejo, Gondang, Sragen)

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »