Artikel

Al-Qur’an adalah Samudra Kebenaran dan Kebaikan

person holding a holy quran book

Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang menghimpun segala kebenaran dan kebaikan, baik yang terdahulu maupun yang akan datang, membenarkan apa yang ada sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu (tashdiqalladzî baina yadaiki wa tafshîla kulli syai’, 12:111).

Yang dimaksud dengan “segala kebenaran dan kebaikan terdahulu” adalah apa yang telah disampaikan oleh para Nabi dari berbagai bangsa di dunia. “(Muhammad saw. adalah) utusan dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran yang suci, yang di dalamnya (berisi) kitab-kitab yang benar.” (98:2-3)

Sementara, tentang kebenaran dan kebaikan yang akan datang, terutama sekali berkaitan dengan penemuan para pakar, yang akhirnya dikenal sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti diisyaratkan dalam ayat, “Tidak, malahan itu adalah ayat-ayat yang terang dalam hati orang-orang yang diberi ilmu. Dan tak ada seorang pun menolak ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang lalim.” (29:49)

Jika demikian dapat dilukiskan bahwa Al-Qur’an itu ibarat samudra kebenaran dan kebaikan, sedang kitab-kitab suci lainnya ibarat sungai-sungai, ada yang besar dan kecil, akhirnya bermuara ke laut Allâhu Akbar.

Hidayah Al-Qur’an sungguh amat luas, karena ia menjelaskan segala sesuatu (tafshila kulli syai’). Tetapi keluasan hidayah itu dapat disimpulkan dalam tiga bidang, seperti diisyaratkan dalam Surat Al-Fatihah, yaitu akidah, syariat, dan akhlak.

Akidah Islam bertumpu pada enam perkara yang semuanya ghaib, kecuali Al-Qur’an. Allah adalah ghaib, malaikat adalah ghaib, para rasul adalah ghaib karena telah wafat semuanya, dan kitab suci seluruhnya telah ghaib, kecuali Al-Qur’an.

Al-Qur’an tidaklah ghaib, karena telah terhimpun dalam satu mushaf yang dapat kita buka dan baca huruf dan kalimatnya. Oleh karena itu Al-Qur’an menjadi kunci untuk membuka dan mengetahui yang ghaib-ghaib itu.

Akidah merupakan fondasi untuk mencapai hidup sorgawi sejak di dunia ini sampai di akhirat nanti, karena melahirkan akhlâqul-karimah. Rasulullah saw. bersabda bahwa iman yang pokoknya terdiri dari enam pilar itu bercabang enam puluh atau tujuh puluh lebih, yang semuanya adalah opsi-opsi akhlaqul-karimah – yang tertinggi adalah lâilâha illallâh, dan yang terendah adalah menyingkirkan duri atau rintangan di jalan.

Berikutnya tentang syariat. Syariat Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia dalam berbagai keadaan di manapun ia berada. Syariat Islam yang sempurna itu dapat disimpulkan dalam dua pola saja, yaitu:

  1. Segala sesuatu dilarang kecuali yang diperintahkan. Ini yang menyangkut hablum-minallâh, masalah teologi dan ritual yang dimensinya vertikal.
  2. Segala sesuatu diperbolehkan kecuali yang dilarang. Ini yang menyangkut hablum-minannâs, masalah sosial dan humanis, yang berdimensi horisontal. Al-ibâhatu ashlun fil-asyta’i, halal adalah akar dari segala sesuatu.

Adapun tentang akhlak, Rasulullah saw. pernah menyatakan bahwa “innamâ bu’istu li-utammima makârimal-akhlâq”, aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak (Bukhari). Akhlak Nabi sendiri dijelaskan oleh Siti ‘Aisyah adalah Al-Qur’an (Bukhari). Dalam arti, apa yang tertulis dalam Al-Qur’an, sudah dipraktekkan oleh Rasulullah saw.[]

Oleh: Simon Ali Yasir

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »