Dalam perjalanan hidupnya, manusia acapkali berhadapan dengan berbagai masalah, baik ringan maupun berat, mulai dari masalah ekonomi, masalah keluarga, musibah, dan lain sebagainya. Masalah-masalah itu bisa menimbulkan kesedihan, kecemasan, ketakutan dan ketidaktenangan jiwa.
Orang yang lemah iman, mencari ketenangan jiwanya melalui kemaksiatan, bermabuk-mabukan, mencandu narkoba, dan perilaku menyimpang lainnya. Tapi bagi yang kuat imannya, semua permasalahan itu justru akan semakin mendekatkannya dengan Allah.
Orang beriman sadar bahwa dirinya adalah makhluk lemah dan tak memiliki daya upaya tanpa pertolongan-Nya. Ia juga sadar bahwa Allah memberi cobaan kepada setiap orang, untuk menguji daya tahan iman yang dimilikinya.
Orang beriman juga tahu bahwa Allah hanya akan menguji setiap manusia sesuai dengan kemampuannya. Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’aha, “Allah tak membebani suatu jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya.” (QS Al-Baqarah 2:286).
Banyak cobaan yang Allah berikan kepada manusia sebagai ujian iman. Antara lain Allah berfirman,
“Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kehilangan jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang yang sabar, yaitu orang yang apabila musibah menimpa, mereka berkata: inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun, sesungguhnya semua dari Allah, dan akan kembali kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah 2:214-215)
Karena itu, segala macam persoalan hidup ini hendaknya disikapi dengan sabar dan ikhlas, karena semua yang terjadi semata-mata hanya karena kehendak Allah Ta’ala. Tidak perlu berkeluh kesah, tidak perlu menyalahkan nasib. Barangkali Allah memilihkan sesuatu yang terjadi kepada kita adalah pilihan-Nya yang terbaik untuk kita.
Sedih dan bahagia, anugerah dan musibah, pasti dialami oleh setiap orang dalam segala tingkatan. Tidak pandang kaya atau miskin, semua pasti akan merasakan menghadapi suatu cobaan dan permasalahan hidup.
Berikut adalah cara, selain ikhlas dan sabar, agar supaya kita bisa tetap teguh, dan jiwa kita tetap bisa tentram dalam menghadai segala macam persoalan.
Pertama, dzikrullah (senantiasa ingat kepada Allah). Dzikrullah adalah cara utama untuk mencapai ketenangan jiwa. Dzikir adalah kekuatan tertinggi untuk memperoleh ketentraman jiwa.
Dzikir bil lisan yang tembus merasuk dalam hati sanubari, pastilah dapat menimbulkan jiwa yang tentram. Dzikir dapat membersihkan jiwa dan menjernihkan pikiran manusia dari segala kegelapan. Dzikir juga adalah salah satu cara untuk menghapus dosa.
Kedua, shalatul lail (shalat tahajud). Di samping shalat wajib yang lima waktu, ada shalat sunah yang sangat penting, yaitu shalat tahajud. Shalat tahajud adalah shalat sunah nafilah (tambahan) yang sangat dianjurkan.
Begitu pentingnya shalat malam, sehingga Allah memerintahkannya dalam Al-Qur’an, “Pada sebagian malam, sujudlah sebagai kewajiban tambahanmu. Boleh jadi Tuhanmu menempatkanmu pada kedudukan yang mulia.” (QS Al-Isra’ 17:79)
Shalat dan dzikir adalah sarana tersambungnya hubungan manusia dengan Tuhannya. Rasa pasrah atas segala persoalah hidup diutarakan di dalam shalat dan dzikir, dimintakan pertolongan hanya kepada Allah Ta’ala.
Ketiga, tawakal kepada Allah. Dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup yang harus dilakukan adalah segera mohon ampun dan mohon pertolongan kepada Allah, sembari berikhtiar. Kemudian bertawakal, menyerahkan apapun hasilnya kepada kehendak Allah semata.
Boleh jadi pertolongan Allah itu datang setelah kita benar-benar dalam puncak kesulitan dan kemiskinan. Atau dalam posisi keruwetan masalah yang teramat berat. Karena itu semua adalah ujian iman dan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala.
Kita harus yakin bahwa dengan kekuatan iman dan taqwa, Allah pasti akan menolong kita dan memberi anugerah kepada kita.
“Barangsiaa bertaqwa kepada Allah, dia akan diberi jalan keluar dari kesulitan, dan akan diberi rizki dari tempat yang tak ia sangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Dia mencukupinya.” (Ath-Thalaq 65:2-3)
Itulah janji Allah kepada manusia, memberi pertolongan kepada siapa saja yang benar-benar berpasrah diri dan bertaqwa kepada-Nya.
Keempat, bersyukur. Allah Ta’ala memberikan kenikmatan kepada kita yang tak terhitung jumlahnya. Semua kenikmatan itu wajib kita syukuri, karena dengan bersyukur membuat hati tenang.
Bersyukur juga dapat menimbulkan rasa qana’ah, yaitu menerima apa yang menjadi pemberian Allah.
Dan dengan bersyukur, maka kenikmatani tu akan bertambah. Kalau tidak bersyukur, maka kenikmatannya akan hilang, malah akan merasa tersiksa, merasa gelisah, dan merasa selalu kekurangan.
“Sesungguhnya jikka kamu bersyukur, pasti Aku tambahkan nikmat kepadamu. Dan jika kamu ingkar akan nikmat, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim 14:7)
Rasa syukur bisa kita lakukan dengan menghitung-hitung nikmat Allah yang kita terima. Bahkan Allah memerintahkan menyebut kenikmatan yang diberikan, meskipun kita tidak mungkin bisa menghitungnya.
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu sebut-sebut.” (QS Adl-Dluha 93:11)
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak akan dapat menghitungnya.” (QS An-Nahl 16:18)
Itulah empat cara untuk memperoleh ketenangan jiwa dalam menghadapi persoalan hidup, yaitu dzikir, shalat malam, tawakal dan syukur.
Semoga Allah menambah kekuatan iman kita dan menjadikan kita golongan orang-orang yang bertaqwa. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang ahli ibadah dan ahli sedekah. Semoga Allah memberikan kita kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga Allah mematikan kita dalam keadaan husnul khatimah. Amin.
Oleh: Mutohir Alabas | Naskah Khutbah Jum’at di Masjid Subulus Salam, Kediri
Comment here