Artikel

Riwayat Bani Israil dalam Al-Qur’an dan Bibel

close up of the flag of israel

Secara linguistik, kata “Israil” (Arab) berasal dari bahasa Ibrani (Israel) yang terdiri dari dua kata, yakni yasara dan ail. Kata ini, dalam Kamus Alkitab yang disusun oleh Herbert Haag, mengandung arti “Allah Bersinar.” Tetapi dalam Kamus Alkitab Cruden and Gesenins, kata ini diartikan “Pangeran Tuhan, Pahlawan Tuhan atau Prajurit Tuhan.” Tetapi etimologi rakyat (keratabasa) mengartikan kata itu sebagai “tukang berkelahi melawan Allah.”

Israel adalah nama pemberian Allah kepada Yakub (QS 3:93; lihat juga Kej 35:10), yang dipergunakan setelah ia “berkelahi dengan seorang gaib” di dekat sungai Yabok, anak sungai Yordan (Kej 32:23-33). Karena itulah, kata Israel digunakan secara bergantian untuk menyebut Yakub (Kej 37:12; 43:6-11, bdk QS 3:93). Dan masih menurut etimologi rakyat, kata “Yakub” berarti “ia berdusta,” atau dengan kata lain: “penipu” (Kej 27:36). Tapi mengandung pula arti lainnya, yakni “Tuhan melindungi.”

Di kemudian hari, sebutan Israel tidak hanya digunakan untuk Nabi Yakub saja, melainkan juga dipergunakan kepada setidaknya 6 objek golongan, yakni:

  1. Anak cucu atau keturunan Yakub, yang terdiri dari 12 suku (QS 5:12; 7:160). Dalam Qur’an disebut “Bani Israil” (QS 2:40, bdk Ul 6:3-4), dan dalam Bibel juga disebut sebagai “Orang Ibrani” (Kel 2:6) atau “Orang Yahudi” (Est 4:14; lih QS 2:113; 135, dll.). Di tempat lain dalam Bibel disebut juga Yesyurun (Ul 33:26; Yes 44:2) artinya yang tulus, yang benar, suatu nama kehormatan untuk Israel (Ul 33:26-28).
  2. Sebuah kerajaan yang secara berturut-turut diperintah oleh Thalût (Saul), Daud dan Sulaiman (QS 2:246-251; bdk 1 Raj 2:4), atau yang biasa dikenal sebagai “Kerajaan Israel Bersatu.” Pada zaman kerajaan inilah Israel sebagai sebuah bangsa berada di atas bangsa-bangsa lain di dunia (QS 2:47; 123), karena karunia kenabian dan kerajaan dikaruniakan secara bersamaan kepada mereka (QS 5:20). Kerajaan ini kemudian terpecah setidaknya menjadi dua kerajaan besar pasca wafatnya Sulaiman, yakni Kerajaan Utara dan Kerajaan Selatan.
  3. Kerajaan Utara (Kerajaan Israel Samaria) yang didirikan oleh Yerobeam, salah satu anak turun Sulaiman. Dengan dukungan 10 suku Israel pada tahun 930 SM ia mendirikan Kerajaan Israel dengan ibu kotanya Samaria. Karena kedurhakaannya kepada Tuhan, kerajaan ini dimusnahkan oleh bangsa Asyur pada tahun 722 SM.
  4. Kerajaan Selatan (Kerajaan Yehuda), yang diperintah oleh keturunan Sulaiman lainnya, yakni Rehabeam (936-919 SM). Setelah Kerajaan Utara ditaklukkan oleh Bangsa Asyur pada tahun 722 SM, nama Israel digunakan oleh kerajaan ini. Hingga pada tahun 597 SM, kerajaan ini dibinasakan oleh Nebukadnuzar dari Babilonia. Anak turun Sulaiman, baik yang memerintah Kerajaan Utara maupun Kerajaan Selatan, dalam Quran Suci 34:14 dilukiskan sebagai “binatang yang makan tongkatnya.”
  5. Umat Allah, yang dalam Perjanjian Lama digunakan untuk orang-orang Yahudi yang taat kepada Allah (Yes 49:6-7). Tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan “Umat Allah” ini diterapkan kepada orang-orang Kristen atau Nasrani (Gal 6:16). Karena itulah kedua golongan ini, yakni Yahudi dan Kristen, masing-masing menganggap diri mereka sebagai Pewaris Sorga dengan mengecualikan yang lain (QS 2:111), bahkan antara keduanya saling menyalahkan (QS 2:113).
  6. Negara Zionis yang diproklamasikan oleh David bin Gurion pada tanggal 14 Mei 1948. Negara ini secara spontan mendapat pengakuan dari Amerika Serikat dan Uni Soviet pada saat diproklamirkan, dan segera disusul oleh negara-negara Kristen Barat. Agaknya, ini menjadi penggenapan atas nubuat Quran tentang merajalelanya Yakjuj dan Makjuj (QS 21:95-96), atau yang dalam Hadits disebut fitnahnya Dajjal, Yakjuj wa Makjuj. Seperti halnya nubuat dalam Injil tentang “dilepasnya Iblis untuk menyesatkan Juj dan Majuj (Why 20:7-10).

Sejarah bangsa Israel

Israel atau Yakub mempunyai empat orang istri. Pertama bernama Lea, yang melahirkan Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Ishakar dan Zebilon. Kedua bernama Zilpa, adalah budak perempuan Lea, yang melahirkan Gad dan Asyer. Istri ketiga bernama Rahel, memperanakkan Yusuf dan Benyamin. Terakhir bernama Bilha, budak perempan Rahel, yang melahirkan Dan dan Naftali. Kedua belas anak Yakub dari empat istri ini menurunkan banyak anak, hingga akhirnya menjadi bangsa yang besar, yakni bangsa Israel.

Di usianya yang sudah uzur, Yakub hijrah dari Kanaan menuju Mesir, menyusul Yusuf yang telah menjadi pembesar kerajaan Firaun itu, bersama kesebelas putranya yang lain. Di kerajaan itu, mereka mendapat perlindungan dari para penguasa, dan hidup sebagai bangsa yang terhormat.

Akan tetapi setelah Yusuf wafat, keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat. Bangsa Israel yang berkembang pesat itu sedikit demi sedikit mengalami degradasi hingga akhirnya diperbudak oleh bangsa Mesir. Meski telah mengikuti agama asli bangsa Mesir yang politeistik, mereka tetap ditindas sehebat-hebatnya oleh Firaun (QS 2:49; 80-81;7:167).

Akhirnya, Bangsa Israel dapat meninggalkan Mesir dan melintasi Laut Merah dengan selamat di bawah pimpinan Musa (QS 2:50; 82; 10:90). Mereka mengembara di Semenanjung Sinai. Tatkala Musa naik ke bukit Tursina selama 40 hari, mereka membuat patung anak sapi untuk disembah (QS 2:51; 84; 4:153). Peringatan Harun, saudara Musa, tak mereka gubris (QS 20:94).

Setelah Musa turun dari bukit, mereka bertobat (QS 7:148-149), sehingga mereka tak jadi dihukum atas kedurhakaannya itu (QS 2:54, 86; 7:152-153). Mereka menyatakan kepada Musa, bahwa mereka tak akan beriman kepada Allah, sampai mereka dapat melihat Dia (QS 2:55, 87; 4:153). Suatu permohonan yang tak akan terpenuhi, sebab hal itu di luar batas kemampuan manusia (QS 6:103). Maka dari itu mereka dikatakan sebagai bangsa yang “mati” (QS 2:56), yakni mati fikiran atau akalnya (QS 6:122).

Namun demikian Alalh “menghidupkan” mereka kembali (QS 2:156), menaungi mereka dengan “awan” dan mengaruniai mereka makanan “manna wa salwa” (QS 2:57; 89-90; 7:160). Kemudian Allah menempatkan mereka di suatu kota (QS 2:58), yakni Kota Syittin dan Jerikho, yang dekat dengan padang pengembaraan mereka (Bil 33:49-50). Karena itu semua, Allah memerintahkan mereka untuk bersyukur, banyak-banyak beristighfar dan berbuat kebaikan (QS 2:58). Akan tetapi mereka justru berbuat lalim, berbuat maksiat, dan berzina dengan perempuan Moab. Maka Allah menimpakan wabah yang menelan korban 24.000 jiwa mati (QS 2:59; 95; 7:161-162; lih. Bil 25:1-9).

Meski demikian, Tuhan Yang Maha-pemurah terus melimpahkan kasih sayang-Nya kepada bangsa Israel. Tatkala mereka berada di padang belantara mohon air dan makanan, Allah pun mengabulkannya. Bukan hanya satu macam makanan, tetapi bermacam-macam buah-buahan dan sayur mayur (QS 2:61).

Empat puluh tahun lamanya Bani Israil mengembara di Semenanjung Sinai, sebagai akibat ingkar janji mereka kepada Musa, dan tak mau berjuang masuk ke Tanah Suci yang dijanjikan (QS 5:21-26). Baru setelah Musa wafat, di bawah pimpinan Nabi Yoshua, mereka dapat masuk ke Tanah Suci yang dijanjikan. Kemenangan itu mereka peroleh setelah mengalahkan bangsa Kanani, sebangsa dengan suku Amori dan Fenesia.

Di Tanah Suci yang dijanjikan inilah mereka mendirikan Kerajaan Israel, dan mengangkat Thalut (Saul) sebagai raja yang pertama di kerajaan mereka (QS 2:246-249). Raja kedua adalah Daud, yang berhasil mengalahkan Jalut (Goliath), Jendral bangsa Filistin (QS 2:250-251). Daud bahkan bukan hanya menjadi raja, tetapi juga sebagai Nabi Utusan Allah. Pengganti Daud adalah Nabi Sulaiman. Di masa kepemimpinan kedua Nabi inilah kerajaan Israel menjadi penguasa dunia dan unggul dari bangsa-bangsa lain (QS 2:47).

Tetapi dalam keadaan jaya itulah, justru karakter asli mereka muncul kembali. Mereka kembali mendurhaka kepada Tuhan, sehingga Tuhan pun murka kembali kepada mereka (QS 2:60, 96, 97). Mereka dilaknat Tuhan, antara lain melalui lidah Daud dan Isa ibnu Maryam (QS 5:78).

Laknat Allah kepada mereka mewujud dalam bentuk timbulnya permusuhan dan kebencian di antara mereka sendiri, dan saling berperang satu sama lain (QS 5:64). Dan secara khusus, Allah mengirimkan kepada mereka bangsa lain yang menimpakan kesengsaraan dan penderitaan yang sangat pahit (QS 7:167-168).

Dalam riwayat, kesengsaraan mereka itu tercatat antara lain:

  • Ditimpakan kepada mereka azab pada zaman Firaun di Mesir, sebelum kelahiran Musa pada abad ke 14 SM
  • Penaklukan Nebukadnezar yang diikuti pembuangan mereka ke Babilonia (17:5) pada tahun 597 dan 586 SM;
  • Pembinasaan Jendral Titus dari Romawi (17:7) pada tahun 70 M yang diteruskan dengan percerai-beraian mereka ke seluruh dunia;
  • Penaklukan Kaisar Hadrianus pada tahun 135 M yang diikuti pelarangan mereka bertinggal di Yerusalem.
  • Dalam Perang Dunia II saja jutaan orang Yahudi menjadi korban penganiayaan dan pembunuhan kaum Nazi Jerman;

Di manapun Bani Israil berada, mereka selalu menjadi sasaran penganiayaan bangsa lain karena adanya gerakan anti Semitisme yang identik dengan anti-Israelisme atau anti-Sionisme yang berhubungan erat dengan lukisan Quran Suci, bahwa mereka sebagai kera (2:65; 7:165-166) dan babi (5:60), karena kekurangangajaran mereka (2:88) dan mereka teramat mencintai duniawi (2:96), sehingga mereka membenci Malaikat Jibril (2:97), bahkan berani menuduh Allah “terbelenggu” tangan-Nya alias kikir dan bakhil (5:64).

Agama Yang Dianut Bani Israil

Sesuai dengan peragaan Nabi Ibrahim dan kedua anaknya, Ismail dan Ishak, agama asli bangsa Israel adalah Islam. Sebagaimana Ibrahim memerintahkan kepada kedua anaknya itu agar “tunduk kepada Tuhan,” Demikian pula Yakub (Israel), cucu Ibrahim, juga memerintahkan seperti itu kepada ke 12 putranya, sebagaimana ditegaskan dalam QS 2:131-132, dan mereka pun menerimanya (2:133).

Jadi Islam adalah agama generasi pertama bani Israel (QS 2:134). Akan tetapi, sebagian generasi Bani Israil yang belakangan justru mendirikan agama baru, yakni Yahudi. Dan sebagain yang lain menjadi Kristen. Mereka menyeru manusia, “Jadilah kamu Yahudi atau Kristen, kamu akan berada pada jalan yang benar” (QS 2:135). Seruan ini terutama sekali ditujukan kepada umat Islam, dan sebagai justifikasinya adalah analogi dari perintah Malaikat kepada Hajar, yang lari dari penindasan Sarah, agar kembali ke “Kemah Ibrahim” (Kej 16:6-9).

Tetapi justifikasi itu keliru, sebab “Ibrahim bukanlah orang Yahudi dan bukan pula orang Kristen, melainkan dia itu orang lurus, seorang Muslim (beragama Islam)” (QS 3:67). Sebab lain, kata “Yahudi” sendiri, sebagai nama agama, menurut Dr. Abba Eban, ahli sejarah dan filsafat yang juga pernah menjadi Menteri Dalam Negeri Israel, muncul dalam perantauan di Negeri Babil,” antara tahun 586 hingga 506 SM. Sementara itu, nama “Kristen” atau “Nasrani,” yang aslinya hanya sebagai sekte agama Yahudi, muncul sekitar tahun 43 Masehi di Antiokhia (Kis 11:25-26; 24:5).

Maka dari itu terhadap ajakan semacam itu umat Islam dianjurkan menjawab: “Tidak, kami mengikut agama Ibrahim yang lurus, dan ia bukanlah golongan orang musyrik” (QS 2:135). Sebagaimana dalam setiap shalat, seorang Muslim mengucapkan ikrar Ibrahimik: “Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku dengan lurus kepada Dzat Yang menciptakan langit dan bumi, dan aku bukanlah termasuk golongan orang yang musyrik” (QS 6:80).

Lalu ditambah pernyataan lain: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, hidupku dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan sarwa sekalian alam, yang tak mempunyai sekutu. Ini diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk permulaan orang yang tunduk (Muslim)” (QS 6:162-163).

Jadi untuk mendapatkan jalan yang benar bukan justru menjadi Yahudi atau Kristen, tetapi menjadi pengikut Ibrahim, dengan kata lain menjadi Muslim atau orang Islam.

Bangsa Israel, dengan agama Yahudi-nya, yang bersumber kepada Taurat Musa (QS 5:44) pasca pembuangan di Babil pada tahun 54 kembali ke Tanah yang dijanjikan, Kanaan, di bawah pimpinan Nabi Uzair (9:30), yang diteruskan oleh Nabi Nehemia. Mereka memperbaharui kehidupan sosial keagamaan menurut hukum Taurat (QS 5:44) dan membangun kembali Bait Allah di Yerusalem (QS 17:6).

Dua abad kemudian datanglah Iskandar Agung dari Yunani menguasai Tanah Suci yang dijanjikan, sesudah itu berturut-turut Mesir, Suria dan akhirnya Romawi. Pendudukan asing itu menyebabkan lahirnya banyak aliran, gerakan dan partai yang bertujuan membebaskan bangsa dan negara dari penjajahan dan memimpin bangsa Israel menjadi kekuatan besar dan diakui oleh bangsa-bangsa lain.

Juru Selamat Bani Israil

Keadaan kalut yang menimpa Bani Israil selama berabad-abad itu menjadikan harapan keagamaan dan nasional bercampur baur, teristimewa kedatangan “tokoh yang diberkati” yang akan menyelamatkan bangsa Israel dari kesesatan, yakni “Sang Juru Selamat” yang diurapi atau diberkati, yang lantaran dia umat manusia mendapat berkat (Kej 12:3-7; bdk QS 2:124).

Sang Juru Selamat yang dinubuatkan ini ada dua pribadi, yaitu “seorang hamba Allah yang menderita” (Yes 53:1-10) dan “seorang hamba, yang besar kekuasaannya lebih besar dari kekuasaan Daud” (Yes 9:6), sebab kekuasaan dan kemuliaannya kekal, tidak akan lenyap atau musnah, sehingga orang dari segala bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya (Dan 7:14). Lambang kerajaannya adalah “batu gunung” (Dan 2:44-45), meski dibuang oleh tukang-tukang bangunan menjadi batu penjuru dunia (Mzm 118:22).

Kedua Juru Selamat yang dijanjikan itu sejatinya telah dipenuhi Ilahi, akan tetapi keduanya ditolak dan dimusuhi oleh Bani Israel. Bahkan mereka berusaha keras untuk membunuh keduanya (QS 2:61, 91; 3:23).

Juru Selamat mereka yang pertama, yang disebut sebagai “hamba Allah yang menderita,” adalah Isa Almasih bin Maryam (QS 3:45) yang mereka tolak dan bunuh (QS 4:157).

Isa Almasih menubuatkan datangnya Juru Selamat kedua, yang disebut Sang Penghibur, yang datang setelah Almasih pergi (Yoh 16:6-7), bernama Ahmad (QS 61:6). Karena sesudah beliau tak ada Nabi lagi di kalangan Bani Israil (QS 5:19), maka beliau mengatakan kepada bangsanya: “Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15).

Inilah inti Injil dan mengapa Kitab Suci yang dibawa oleh Isa Almasih disebut Injil, artinya Kabar Baik atau Kabar Gembira. Menjelang terjadinya penyaliban yang gagal, beliau berkata kepada bangsanya: “bahwa Kerajaan Allah akan diambil daripadamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (Mat 21:43; bdk QS 4:51-54).

Maka dari itu suatu kesalahan besar jika Kitab Suci yang beliau bawa disebut “Injil tentang Yesus Kristus” (Mrk 1:1), yang berarti fokusnya adalah Yesus Kristus, bukan “Kerajaan Sorga” (Mat 4:17) atau “Kerajaan Allah” (Mrk 1:15) yang pada zaman Yesus belum datang, baru telah dekat (Mat 4:17; Mrk 1:15). Beliau sendiri masih membuatkannya seperti nabi-nabi lainnya, baik nabi-nabi sebelum beliau seperti Musa, Daud, Yesaya, dan lain-lain maupun yang sezaman beliau, yaitu Yahya (Mat 3:2).

Sedang Juru Selamat kedua yang dimaksud Isa Al-Masih, yang besar kekuasaannya di atas takhta Daud, adalah Nabi Suci Muhammad saw yang diutus kepada segala bangsa (QS 7:108; 34:28) termasuk kepada bangsa Israel. Tetapi kedatangan beliau mereka tolak (QS 2:102) dan mereka benci (QS 2:104). Bahkan mereka berusaha membunuh beliau, hanya karena beliau bukan dari kalangan Bani Israel (QS 2:89-91). Maka dari itu sampai sekarang mereka masih mengharap-harapkan kedatangan Sang Juru Selamat itu.[]

Penulis: S. Ali Yasir ~ Sumber Artikel : Draft Buku Ensiklopedi Ahmadiyah

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »