Artikel

Begini Makna “Ibnu Maryam Membunuh Babi” Dalam Hadits Nabi

close up of hand feeding on tree trunk

Salah satu tugas Al-Masih Al-Mau’ud (Al-Masih Yang Djanjikan) dalam nubuat yang disampaikan oleh Nabi Suci Muhammad saw adalah “membunuh babi.” Antara lain kita bisa baca dalam hadits riwayat Imam Bukhari berikut ini:

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Ibnu Syihab dari Ibnu Al Musayyab bahwa dia mendengar Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah saw.: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sungguh tiada lama lagi akan segera turun Ibnu Maryam yang akan menjadi hakim yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, membebaskan jizyah dan harta benda melimpa ruah sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya.” (HR Bukhari No. 2070)

Nubuat ini tentu sama sekali tak dimaksudkan bahwa Masih Mau’ud akan membantai hewan babi di seluruh muka bumi ini. Sebab, setiap nubuatan sifatnya mutasyabihat atau metaforis,.

Babi (Ar. khinzîr) dalam bahasa Inggris disebut swine. Istilah ini berasal dari kata “swin”, sebuah terminologi yang diambil dari bahasa Anglo Saxon, yang bermakna “binatang menyusui berkuku kuda yang makan segala macam.” Dalam arti simbolik, perkataan swine digunakan untuk menyebut seseorang yang tidak punya rasa malu, rakus atau hina. Penggunaan makna yang serupa juga berlaku dengan kata pig atau hog.

Selaras dengan makna ini, berarti Masih Mau’ud datang di waktu bangsa-bangsa yang sifatnya persis seperti babi, antara lain rakus, serakah, dan tidak punya urat malu, merajalela di muka bumi. Mereka tak mengenal hukum halal dan haram, karena eksistensi Tuhan terasing dari hidup dan kehidupan sehari-hari mereka. Bukan Allah yang sejati yang menjadi sesembahan mereka, melainkan perkara keduniaan. Sehingga mereka digambarkan oleh Quran Suci sebagai orang-orang yang berkata: “Tak akan ada hidup lain daripada hidup kita di dunia ini, dan kita tak akan dibangkitkan” (QS Al-An’am 6:29).

Merekalah yang menguasai dunia ketika Islam terpuruk. Meski jumlah mereka besar, tetapi seperti kata Nabi Suci, hanya “ibarat buih di lautan.” Mereka secara formal beragama Islam, dan disebut muslim. Mereka membaca Quran Suci, tetapi tak melebihi tenggorokannya. Masjid mereka makmur, tetapi sunyi dari petunjuk. Para ulama di antara mereka, kata Nabi Suci, adalah makhluk paling buruk yang hidup di bawah kolong langit ini, sebab yang keluar dari mulut mereka hanyalah fitnah. Ini semua disebabkan karena mereka meninggalkan Quran Suci (QS 25:30), sehingga iman menggantung di bintang Tsuraya (HR Bukhari).

Pada masa itulah profetik eskatologik tentang turunnya Isa bin Maryam atau Almasih yang berulangkali disampaikan oleh Nabi Suci digenapi, yakni dengan datangnya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908). Beliau antara lain mengemban tugas untuk “membunuh babi,” yakni menyadarkan manusia dari berbagai bangsa dan agama, yang terjebak dalam jurang materialisme dan hedonisme, karena telah menjadi budak dunia (daabbatul ardl).

Sebagaimana Isa Almasih dari Bani Israel telah memperingatkan umatnya, bahwa “manusia hidup tidak hanya dengan roti saja, melainkan pula dengan tiap-tiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat 4:4), maka Isa Almasih matsil yang muncul dari kalangan umat Islam juga memperingatkan umat manusia bahwa pintu wahyu Ilahi tetap terbuka.

Hal ini sebagai manifestasi Sifat Ilahi Kalam (Berfirman) atau Mutakallim (Yang Maha-berfirman). Dahulu Allah berfirman, sekarang berfirman dan besok pun akan tetap berfirman. Berkat firman Ilahi inilah iman menjadi hidup. Firman Ilahi akan dikaruniakan kepada seseorang jika benar-benar taat kepada Allah dan UtusanNya (4:69) atau beragama dengan tulus (98:4-5).

Untuk mencapai maksud ini beliau menulis buku-buku yang isinya menekankan tetap terbukanya pintu wahyu Ilahi dan keagungan Quran Suci; untuk mengemban misi suci beliau, atas perintah Ilahi beliau, mendirikan suatu Gerakan yang mewajibkan para anggotanya mengucapkan beat yang intinya “saya hendak menjunjung agama melebihi dunia”. Beat yang dilaksanakan sejak tanggal 23 Maret 1889 di Ludhiana ini merupakan realisasi ajaran Quran Suci dan Sunnah Nabi.dengan cara inilah profetik “membunuh babi” digenapi.[]

Sumber artikel : Naskah “Ensiklopedia Ahmadiyah” karya K.H. S. Ali Yasir

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »