Sentuhan Rohani

Keselarasan Ucapan dengan Perbuatan

Apabila kamu ingin memengaruhi hati orang lain, wujudkan kekuatan amaliah. Karena tanpa amal, kekuatan verbal manusia tidak bisa memberikan manfaat. Ada jutaan orang yang berbicara dengan lisan. Banyak orang yang disebut maulwi dan ulama, mereka naik di atas mimbar menyatakan diri sebagai pembantu rasul dan pewaris nabi, berkhotbah dan mengatakan agar kamu menyelamatkan diri dari kesombongan dan perbuatan buruk. Tetapi dari perbuatan yang mereka sendiri lakukan, kamu bisa memperkirakan sampai seberapa hal itu berpengaruh pada hatimu.

Seandainya orang-orang seperti itu mempunyai kekuatan amaliah, dan mereka sebelum mengatakan sudah mengamalkan, mungkin tidak perlu ada peringatan Allah sebagai berikut:

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan.” (Ash Shaff, 61:2-3).

Ayat ini menjelaskan bahwa di dunia ini ada dan akan ada orang yang mengatakan tetapi dia sendiri tidak melakukan.

Dengarkan perkataanku, dan ingatlah baik-baik, jika manusia berbicara tidak dengan ketulusan hati dan tidak disertai kekuatan amaliah, maka ia tidak berpengaruh.

Dari segi ketulusan (kejujuran) dan kekuatan amaliah itulah, terbukti kebenaran nabi kita Muhammad saw. Karena keberhasilan dan pengaruh dalam hati yang beliau capai tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia. Semua itu terjadi, karena ada keselarasan penuh dalam perkataan dan perbuatan beliau. Hal ini aku sampaikan agar kamu mengamalkan perkara itu. Karena kamu ada hubungan atau ikatan denganku, dengan demikian kamu telah menjadi bagian dariku.

Manfaatkan akal dan kalam Ilahi, agar terwujud ma’rifat sejati dan cahaya iman dalam hatimu. Jadilah kamu perantara yang membawa orang lain dari kegelapan menuju cahaya (penerangan).

Karena kritikan dewasa ini (biasanya) berdasarkan ilmu alam, ilmu fisik, ilmu kedokteran, dan ilmu falak; maka kita wajib mendapatkan pengetahuan dari esensi dan kaifiat ilmu-ilmu itu, agar sebelum menjawab kritikan itu kebenaran terbuka pada kita. Aku tahu para waulwi yang menentang pengajaran ilmu-ilmu baru itu salah. Mereka melakukan seperti itu sebenarnya untuk menyembunyikan kesalahan dan kelemahan mereka. Dalam pikiran mereka tertanam anggapan bahwa penelitian sains (ilmu pengetahuan) baru berarti syak wasangka terhadap Islam dan menyesatkan. Mereka menyatakan bahwa seolah-olah sains benar-benar bertentangan dengan Islam. Karena mereka sendiri tidak punya kekuatan untuk menunjukkan kelemahan filsafat, maka untuk menyembunyikan kelemahan mereka, mereka menentukan pengembangan ilmu-ilmu baru itu tidak boleh. Ruh mereka gemetar terhadap filsafat dan hormat terhadap penelitian baru. Tetapi mereka tidak menemukan filsafat sejati yang terlahir dari ilham Ilahi, yang banyak dibeberkan dalam Quran Karim. Filsafat sejati itu hanya diberikan kepada orang-orang yang dengan penuh kerendahan hati menyungkurkan diri di hadapan Allah Ta’ala. Mereka yang mengeluarkan pikiran sombong dari otaknya, yang mengakui kelemahannya dan menyatakan akan mengabdi kepada Allah dengan tulus dan rendah hati.

Jadi, untuk melayani agama dan menjunjung tinggi firman Allah dewasa ini, kita wajib mencari dan mendapatkan ilmu-ilmu baru. Hendaklah kita berjuang, bersusah payah untuk mendapatkan mereka. Tetapi orang yang hanya fokus pada satu arah, yakni pada ilmu-ilmu baru itu, dia begitu tertarik dan asyik dengan itu, sehingga tidak ada kesempatan untuk duduk berdekatan dengan orang yang suci hatinya dan orang yang banyak ingat kepada Allah. Dalam hatinya sendiri tidak ada cahaya Ilahi. Orang seperti itu biasanya tersandung, menderita kerugian, dan menjauh dari Islam.

(Disarikan dari Manzur Ilahi/Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 2, hlm. 62-63).

Yuk Bagikan Artikel Ini!
Translate »