Kolom

Topo Ngrame

man wearing black cap with eyes closed under cloudy sky

Seperti ulat yang bertapa sebagai kepompong untuk dapat menjadi kupu yang indah, maka bertapa itu fitrah, sehingga semua Nabi dan Wali pernah bertapa. Rasulullah Muhammad saw. bertapanya di padang pasir, menjauhi kejahiliahan umat.

Beliau sangat memprihatinkan umat, namun merasa tak mampu untuk berbuat sesuatu. Umat yang musyriknya  penyembah berhala dengan menempatkan ratusan patung-patung berhala di sekitar Ka’bah, “mo limo” dan santet serta sihir merajalela, ada kebiasaan biadab untuk mengubur hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir, suka berperang antar suku, dendam-dendam kesumat haus darah.

Umat yang sedang menuju kepada kehancuran, seperti umatnya Nabi Nuh a.s. dahulu dan Nabi Shuaib a.s.

Rasulullah Muhammad SAW menjelajahi lembah-lembah padang pasir,  mendaki lereng bukit-bukit batu yang terjal, melihat dengan kagum  badai-badai raksasa yang menumpahkan pasir dengan gemuruh di lembah-lembah, badai-badai berputar yang mengangkat bukit pasir menjadi tiang pasir raksasa menjulang ke langit dan jatuh kembali menjadi bukit baru di tempat lain, malam hari merasa kecil di jagad raya yang penuh dengan bintang-bintang yang gemerlapan.

Semua pengalaman bertapa lahir maupun batin membuat Muhammad SAW merasakan bahwa ada yang Maha Kuasa, yaitu Tuhan Yang  Maha Dahsyat.

Namun paling krasan Rasulullah Muhammad saw. bertafakur di Gua Hira. Itulah prolog Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi Agung.

Bertapa itu fitrah, namun bagaimana manusia modern yang supersibuk dapat bertapa? Jawabnya: TOPO NGRAME, yaitu bertapa dengan tidak meninggalkan kesibukan sehari-hari. Manusia membuat dirinya setiap saat sada, bahwa ia mempunyai jiwa dan raga.

Ada hadits Rasululullah yang insya Allah manusia boleh mengartikan: “JIWA setiap saat dibiarkan berada di alamnya Tuhan seperti mau mati besok, namun berkecimpungnya RAGA di keduniaan seperti mau hidup selama-lamanya.”

Maka manusia mencari dengan sekuat tenaga agar supaya Tuhan berkenan untuk kalbu dapat “manunggal” dengan Tuhan, namun dalam menggeluti keduniaan tidak usah tergesa-gesa, sebab waktunya leluasa, asal semua tugas selesai, insya Allah bersama Tuhan manusia mencari untuk dapat berprestasi yang sebaik-baiknya, kreatif dan penuh inisiatif dalam menangani apapun.

Itulah Nabi Besar saw. yang uswatun hasanah, teladan sempurna. Maka Tuhan menunggu-nunggu bagaimana  manusianya, sebab Tuhan akan bereaksi yang sesuai dan sepadan. Bukankah “Tuhan tidak mengubah nasib sebelum manusianya berubah” (QS 13:11).

Tuhan dalam Al-Qur’an mempunyai metodik untuk mengulang-ulang. “Jika anda begini akan masuk Sorga. Jika anda begitu akan masuk Neraka.” Diulang-ulang sehingga amat sering terjumpa.

Tetapi dasar manusianya bandel, sehingga umat Islam khususnya zaman sekarang, meskipun mempunyai Qur’an yang dahsyat dapat disindir oleh Iblis dengan keadaannya yang serba jahiliah, serba neraka, serba bencana.

Umat Islam beribadah lengkap, yaitu salat, puasa, bayar zakat, naik haji, berbuat baik. Namun sepertinya “sudah Kehendak Tuhan” bahwa umat Islam mengalami keadaan yang “underdog”.

Ternyata juga Tuhan suka bersabda “JIKA AKU KEHENDAKI”, yaitu “Tuhan melimpahkan rejeki bagi mereka yang beribadah menurut yang Ia kehendaki dan membatasinya bagi yang Ia kehendaki” (QS 29:62). “Tuhan menolong siapa yang Ia kehendaki” (QS 30:5). “Tuhan menuntun di jalan yang benar yang Ia kehendaki” (QS 2:213). “Tidak, Tuhan menyucikan siapa yang Ia kehendaki” (QS 4:49). Dan seterusnya, sepertinya Tuhan sewenang-wenang dalam menangani manusia, yaitu manusia tinggal menerimanya sebagai “takdir”.

Tetapi yang benar ialah bahwa Tuhan Maha Psikolog, yang Maha Tahu dan Maha Adil. Manusianya sendirilah yang telah membuat Tuhan memberinya nasib sebagaimana yang ia sedang alami sekarang menurut keadaan jiwanya. Namun Tuhan telah berjanji dengan sumpah, bahwa “Aflaha (sukses lahir batin di dunia dan di akhirat) mereka yang menumbuhkan NAFS-nya (jiwanya)” (QS 91:9).

Al-Qur’an ialah satu-satunya Kitab Suci yang mengatakan untuk apa tujuan Tuhan menciptakan manusia, yaitu “Tidaklah Tuhan menciptakan jin dan manusia selain untuk mengabdi kepada-Nya” (QS 51:56), masih diperjelas lagi, yaitu “Kami akan tempatkan di muka bumi Khalifah” (QS 2:30).

Maka tak ada pilihan selain manusia mengabdi kepada Tuhan sebagai Khalifatullah, yaitu wakil Tuhan dalam melaksanakan Kehendak Tuhan atas seluruh ciptaan Tuhan, yaitu manusia yang rahmatan lil alamin, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Besar SAW yang  uswatun hasanah.

Maka dari itu dalam hakekatnya manusia fitrah adalah seperti Nabinya sedahsyat semesta alam.  FATHI ISLAM atau kemenangan Islam, yaitu kejayaan Islam kembali, sudah masterplannya Tuhan.  Insya Allah bakal terealisasi oleh umat Islam jika sudah siap untuk memanifestasikan dirinya sebagai world-power, seperti Nabinya dahulu, yang Allah bershalawat kepadanya dan memberikannya salam (shallallaahu ‘alaihi wasallam).[]

Penulis: Mardiyono Jaya S. Marja

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »