Artikel

Pendidikan Umat Melalui Shalat Jum’at

YatiminOleh : Yatimin A.S. | Sebagai orang beriman, sudah seharusnya kita selalu berprasangka baik kepada Allah. Kita harus yakin bahwa apa pun yang diperintahkan Allah itu pasti penting dan bermanfaat. Sebaliknya, apa pun yang dilarang Allah itu pasti berbahaya dan merugikan kehidupan kita.

Salah satu hal yang diperintahkan Allah kepada kita, selaku orang yang beriman, adalah Shalat Jum’at. Ini berarti, Shalat Jum’at memang penting dan mengandung manfaat besar bagi kita. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila diserukan panggilan shalat pada hari Jumat, maka bergegaslah kamu untuk mengingat Allah, dan tinggalkanlah (urusan) perdagangan. Itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengerti. Tetapi jika shalat telah selesai, bertebaranlah kamu di bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS 62:9-10).

Melalui wahyu tersebut, dapat kita pahami bahwa tatkala sudah tiba waktu Shalat Jum’at, atau terdengar seruan adzan untuk Shalat Jum’at, sikap terbaik bagi kita pada waktu itu adalah segera meninggalkan pekerjaan atau aktivitas apa pun, dan bergegas menuju ke masjid atau tempat Shalat Jum’at diselenggarakan. Di sana kita melaksanakan Shalat Jum’at dan mengingat Allah. Sebaliknya, usai Shalat Jum’at kita hendaknya menyebar kembali di muka bumi, bekerja sesuai dengan profesi kita masing-masing atau menghadapi serta menangani urusan apa saja untuk mencari karunia Allah Ta’ala.

Namun perlu diingat, dalam bekerja atau beraktivitas apapun kita dianjurkan untuk tetap banyak ingat kepada Allah. Artinya, kita hendaknya selalu ingat sifat-sifat Allah, kehendak Allah, ketentuan-ketentuan Allah, perintah dan larangan Allah, dan apa yang disukai Allah serta apa yang dibenci olehNya.

Kita sepatutnya ingat bahwa Allah Maha-Tahu terhadap apapun yang kita lakukan, sekalipun orang lain tidak ada yang mengetahuinya. Kita sebaiknya ingat bahwa Allah akan membalas semua perbuatan kita sekecil apa pun. Tidak ada perbuatan kita yang luput dari perhatian Allah dan tanpa terbalas. Jadi ingat kepada Allah (dzikrullah) tidak hanya terbatas sewaktu kita berada di masjid, tetapi di mana pun kita berada selayaknya kita senantiasa ingat kepada Allah. Karena ingat kepada Allah adalah kunci untuk menggapai keselamatan, kesuksesan, keberuntungan, dan ketentraman hati.

Mungkin orang yang dangkal pemahaman dan penghayatan agamanya menganggap bahwa Shalat Jum’at yang dilaksanakan pada siang hari, setelah matahari tergelincir itu, akan mengurangi produktivitas kerja dan penghasilan. Terlebih bagi orang yang sedang asyik bekerja, dan pekerjaan yang digelutinya menjanjikan keuntungan materi yang besar; dia akan merasa enggan meninggalkan pekerjaannya untuk bergegas ke masjid menjalankan Shalat Jum’at.

Sungguh salah anggapan ini. Menurut pernyataan Allah, meninggalkan pekerjaan sementara untuk menjalankan Shalat Jum’at itu lebih baik daripada meninggalkan Shalat Jum’at untuk terus bekerja. Shalat Jum’at sama sekali tidak akan mengurangi produktivitas kerja dan penghasilan.

Sebagai ilustrasi, saya sampaikan kisah seorang penebang pohon. Di tempat yang sama, pada hari yang berbeda, dia bekerja selama enam jam, mulai pukul 08.00 hingga pukul 14.00. Untuk menebang pohon, dia menggunakan peralatan kapak. Pada hari pertama, dia bekerja nonstop (tanpa henti). Dia tidak mau istirahat meski hanya lima belas menit sekali pun. Karena, dia beranggapan istirahat itu hanya memboroskan waktu dan mengurangi produktivitas kerja. Sedangkan dia ingin memperoleh hasil kerja sebanyak-banyaknya.

Pada hari kedua, dia bekerja dengan sikap yang berbeda. Selama bekerja dia beberapa kali mengambil waktu selang selama sepuluh hingga lima belas menit untuk istirahat, sambil mengasah kapak, makan-minum, lalu shalat. Setelah dihitung-hitung, ternyata hasil kerja pada hari kedua lebih banyak daripada hasil kerja hari pertama.

Hal ini menunjukkan bahwa mengurangi durasi waktu kerja untuk shalat, istirahat dan membenahi alat kerja tidak mengurangi produktivitas dan hasil kerja. Oleh karena itu, janganlah merasa rugi bila kita menggunakan sebagian waktu untuk shalat. Apalagi Allah telah mengatur waktu shalat sedemikian rupa.

Waktu shalat jatuh pada saat menjelang tidur, usai bangun tidur, dan pada saat orang yang bekerja atau beraktivitas mencapai titik lelah. Penggunaan waktu untuk shalat, termasuk Shalat Jum’at, benar-benar menguntungkan untuk peningkatan mutu dan hasil kerja. Selain sebagai ibadah dan bukti ketaatan kita kepada Allah, shalat dapat juga berfungsi sebagai wahana relaksasi dan introspeksi. Shalat dapat menyegarkan jasmani dan ruhani, menetralisir pikiran dan perasaan negatif, dan menenteramkan hati. Doa atau bacaan dalam shalat dapat menimbulkan harapan baru dan mengingatkan komitmen moral.

Mudah-mudahan dengan menyadari betapa pentingnya shalat, kita akan bersemangat untuk melaksanakannya. Bila shalat kita anggap penting, niscaya kita akan menemukan jalan untuk melaksanakannya. Sebaliknya, bila shalat kita anggap tidak penting, maka kita akan menemukan alasan untuk menunda atau bahkan meninggalkannya.

Pentingnya Shalat Jum’at

Shalat berjamaah mengandung hikmah dan manfaat yang besar bagi kita, umat Islam. Berikut ini beberapa hikmah dan manfaat shalat berjamaah:

  1. Shalat jamaah membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah.
  2. Dalam shalat jamaah ada imam dan ada makmum, masing-masing harus mengikuti ketentuan tertentu. Hal ini mengingatkan kita untuk mengetahui bagaimana peran dan sikap yang semestinya bila menjadi pemimpin (imam), atau bila menjadi orang yang dipimpin (makmum).
  3. Ketika kita menjadi imam, perlu memperhatikan dan mempertimbangkan keadaan makmum. Jika makmumnya banyak orang tua dan orang yang terikat waktu kerja, sebaiknya kita tidak membaca surat atau ayat dalam shalat yang terlalu panjang. Begitu pula ketika kita menjadi makmum, kita harus mengikuti imam, tidak boleh mendahului imam. Tetapi bila imam salah, kita tidak boleh mengikuti imam, bahkan sebaliknya kita harus mengingatkannya. Pendek kata, ketika berjamaah kita tidak boleh bersikap atau berbuat semau kita. Berarti shalat jamaah berfungsi membiasakan kita untuk dapat menahan diri, tidak selalu menuruti ego kita.
  4. Dalam shalat jamaah tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, penguasa, pejabat tinggi, dsb. Orang miskin bisa berdampingan dengan orang kaya, rakyat jelata bisa berbaur dengan penguasa. Jadi shalat jamaah berguna untuk menumbuhkan perasaan sama dan sederajat, menghilangkan kesenjangan status sosial yang bisa menjadi penghalang untuk terciptanya keakraban bersama.
  5. Dalam hadis riwayat Muslim dinyatakan, “Shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian (munfarid).” Hal ini menunjukkan bahwa shalat jamaah mengandung pengaruh yang dahsyat untuk kebaikan kehidupan kita.
  6. Dengan berjamaah ada saling kenal-mengenal (ta’aruf), dan bisa terjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang.
  7. Kesempatan berjamaah dapat menjadi sarana untuk dakwah dan syiar Islam, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
  8. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah swt.

Begitu pentingnya shalat berjamaah, sehingga Allah menetapkan beberapa macam shalat jamaah, yaitu:

  1. Shalat jamaah harian, setiap lima waktu, yang dilaksanakan dalam sehari semalam.
  2. Shalat jamaah mingguan, yang dilaksanakan sekali dalam seminggu, yaitu Shalat Jum’at.
  3. Shalat jamaah tahunan, yang dilaksanakan sekali atau dua kali dalam setahun. Misalnya: Shalat ‘Idul Fitri, shalat ‘Idul Adha, dan wukuf di Arafah (bagi orang yang menunaikan ibadah haji).
  4. Shalat jamaah insidental, yang dilaksanakan pada kondisi tertentu. Misalnya: Shalat minta hujan (istisqa’), shalat gerhana matahari, dan shalat gerhana bulan.

Shalat Jum’at adalah kewajiban bagi setiap orang Islam, yang dikerjakan dengan berjamaah (HR Abu Daud). Idealnya jumlah orang dalam shalat jamaah Jum’at adalah lebih banyak daripada jumlah orang dalam shalat jamaah Maghrib, ‘Isya, Subuh, Zuhur dan ‘Asar. Namun bila kondisinya memang tidak memungkinkan, berapapun jumlahnya, mereka dapat mendirikan Shalat Jum’at, yang penting ada imam/khatib dan makmum.

Dalam rangkaian Shalat Jum’at, selain shalat dua rakaat, ada juga khotbah Jumat yang merupakan tarbiyah atau pendidikan masyarakat. Agar khotbah Jumat benar-benar berdaya guna bagi umat dan berfungsi sebagai pendidikan masyarakat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Khotbah Jumat, selain memenuhi rukun khotbah, sebaiknya disampaikan dengan bahasa yang bisa difahami oleh jamaah yang mendengarkannya. Misalnya, kalau jamaahnya lebih mengerti bahasa Indonesia, maka khotbah Jumat itu selayaknya disampaikan dalam bahasa Indonesia. Nabi Suci Muhammad saw. dulu biasa berkhotbah Jumat dengan bahasa Arab, karena jamaah yang dihadapi lebih faham dengan bahasa Arab.
  2. Topik khotbah Jumat sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan masyarakat. Sehingga masyarakat merasa selalu terbimbing dan memperoleh solusi bagi problema kehidupannya.
  3. Khotbah Jumat jangan dianggap hanya sebagai pelengkap dalam rangkaian Shalat Jum’at, tetapi betul-betul berperan penting sebagai bimbingan, arahan, dan peringatan bagi masyarakat. Sehingga peri kehidupan masyarakat sesuai dengan kehendak serta tuntunan Ilahi. Hal ini sepantasnya menjadi perhatian serius bagi para khatib dan takmir masjid.

Setelah ada khotbah Jum’at yang betul-betul memenuhi standar sebagai pendidikan umat, tidak ada salahnya jika kita mendorong ibu-ibu dan anak-anak untuk bersama-sama kita melaksanakan Shalat Jum’at. Dalam kehidupan keluarga, kadang-kadang orang tua tidak dapat atau tidak sempat memberikan pendidikan dan bimbingan agama secara intensif kepada anak-anaknya. Padahal kewajiban orang tua kepada anak-anaknya yang terpenting adalah memberikan pendidikan yang terbaik. Dengan mengajak isteri dan anak-anak untuk Shalat Jum’at bersama-sama, setidaknya mereka pun bisa menyerap secara langsung pendidikan umat lewat khotbah Jumat, yang mungkin kita sendiri tidak dapat atau tidak sempat memberikannya.

Seandainya orang tua diibaratkan seperti tukang taman, untuk menghasilkan taman yang indah, dia perlu merawat taman itu dengan sebaik-baiknya. Dia mengairi, menyiangi, menjauhkan berbagai hama, dan memangkas ranting-ranting yang liar. Sehingga akhirnya terwujudlah taman yang indah. Begitu pula bagi orang tua, untuk mendapatkan anak yang saleh, berguna dan menyejukkan pandangan mata, dia perlu merawat dan mendidik dengan baik. Dia perlu memberikan ilmu, suri tauladan yang baik, memberi nasehat dan peringatan, menjauhkan pengaruh-pengaruh buruk dan menghentikan perilaku yang menyimpang. Sehingga akhirnya terwujudlah anak saleh, yang taat pada Allah serta berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dapat menjadi kebanggaan orang tua.

Ketika anak itu durhaka kepada orang tua, maka orang tuanya akan merasa sedih. Apalagi bila anak itu juga mengabaikan dan tidak taat kepada Allah, betapa hancur dan kecewanya hati orang tua. Untuk mencegah agar hal itu tidak terjadi, alangkah baiknya jika anak diperkenalkan dengan pendidikan agama Islam sejak dini. Kita perlu mendisiplinkan anak-anak kita dengan amalan shalat dan ikut Shalat Jum’at di masjid. Karena di sana mereka dapat mendengarkan secara langsung dan mengambil manfaat berbagai petunjuk Allah dan Rasul-Nya yang terkandung dalam khotbah Jumat. Semoga kita bisa meraih berkah dari Shalat Jum’at. Amin.***

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »