Nabi Suci menerima wahyu pertama pada bulan Ramadhan. Kala itu Nabi Suci sedang menyendiri dan bertafakur di gua Hira. Lalu munculah Malaikat Jibril di hadapan beliau dan memerintahkan beliau agar sudi membaca.
“Saya tak bisa membaca”, adalah jawaban Nabi Suci. Lalu malaikat Jibril mendekat dan memeluk dada beliau dan memintanya kembali supaya membaca. Tiga kali malaikat Jibril meminta beliau agar membaca, sebanyak itu pula Nabi Suci menjawab bahwa beliau tidak bisa membaca.
Kemudian malaikat Jibril membacakan ayat:
“Bacalah dengan nama Tuhan dikau yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan dikau adalah Yang paling Murah-hati. Yang mengajarkan (menulis kepada manusia) dengan pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa yang ia tak tahu.” (QS 96:1-5)
Kejadian atau peristiwa yang sangat agung ini jauh sebelumnya telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya:
“Maka bagimu penglihatan dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai”; dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.”(Yes 29:11-12)
Segera setelah menerima Risalah Ilahi yang pertama itu Nabi Suci bergegas pulang dengan sekujur tubuh yang menggigil dan tangan serta kaki yang gemetar. Beliau meminta kepada istrinya Siti Khadijah untuk menyelimuti beliau.
Setelah keadaannya sedikit reda beliau menceritakan pengalamannya itu kepada istrinya dan mengatakan: ”Seorang lemah seperti aku ini, betapa aku dapat melaksanakan tugas yang hendak diletakkan Tuhan di atas pundakku.”
Mendengar pengaduan beliau, sang istri tercinta menghiburnya dengan ucapan menggembirakan:
“Demi Allah, Dia tidak menurunkan firman-Nya supaya engkau gagal dan terbukti tidak layak, kemudian meninggalkan engkau. Betapa mungkin Tuhan berbuat demikian, sedang engkau baik dan ramah terhadap sanak-saudara, menolong si miskin dan terlantar dan meringankan beban meeka? Engkau menghidupkan kembali nilai-nilai baik yang telah lenyap dari negeri kita. Engkau perlakukan tamu-tamu dengan hormat dan membantu orang-orang yang berada dalam kesusahan. Dapatkah engkau dimasukkan oleh Tuhan ke dalam suatu cobaan?” (HR Bukhari)
Setelah berkata demikian Khadijah membawa Nabi Suci saw kepada keponakannya bernama Waraqah bin Naufal, seorang beragama Kristen. Ketika Waraqah mendengar cerita itu, ia berkata: “Malaikat yang turun kepada Musa, aku yakin, telah turun pula kepada engkau” (HR Bukhari)
Demikianlah awal sejarah berdirinya Kerajaan Surga dimuka bumi ini.
Nabi Suci mulai mengumandangkan keesaan Ilahi. Ayat-ayat yang pertama-tama diturunkan kepada Nabi Suci saw itu merupakan bagian dari Qur’an Suci, seperti ayat-ayat lainnya yang diwahyukan kemudian.
Ayat-ayat itu mengandung arti yang sangat hebat. Ayat-ayat itu memerintahkan Nabi Suci saw bangkit dan siap sedia mengumumkan nama Tuhan Yang Maha esa. Pencipta Tunggal Yang telah menciptakan manusia dan menanamkan benih cinta-Nya sendiri dan cinta kepada sesama manusia di dalam fitrahnya.
Nabi Suci saw diperintahkan mengumumkan Amanat Tuhan itu dan kepada beliau dijanjikan bantuan serta perlindungan-Nya mengumumkan Amanat Itu. Ayat-ayat itu mengabarkan datangnya suatu zaman ketika dunia akan diajari segala macam ilmu lewat pena dan akan diajari hal-hal yang belum dikenal sebelumnya.
Ayat-ayat itu merupakan ikhtisar Qur’an Suci. Apapun yang akan diajarkan kepada Nabi Suci saw, dalam wahyu-wahyu kemudian, tersimpul di dalam ayat-ayat ini. Di dalamnya telah diletakkan dasar kemajuan luhur yang sampai saat itu tidak dikenal dalam pertumbuhan rohani manusia.
Segera setelah mengumumkan Amanat itu, Zaid yang berusia 30 tahun, bekas budak Nabi Suci yang telah di merdekakan, beserta Ali yang berusia 11 tahun, langsung menyatakan keimanannya.
Abu Bakar, sahabat karibnya dari masa kecil pada saat itu sedang berada di luar kota. Ketika beliau pulang, mulai mendengar pengalaman baru Nabi Suci saw itu. Kepada beliau diceritakan orang-orang bahwa sahabatnya telah gila dan mulai berkata bahwa Malaikat membawa amanat dari Tuhan kepadanya. Namun Abu Bakar percaya sepenuhnya kepada Muhammad sahabat karibnya itu dan langsung menyatakan keimanannya
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan kemudian tahun berganti tahun. Selang selama 22 tahun 2 bulan 22 hari Qur’an Suci yang diturunkan secara berangsur-angsur mencapai kesempurnaannya dengan jumlah surat 114, 6.237 ayat dan bila 113 bismillah ditambahkan akan berjumlah 6.350 ayat.
Dan demi untuk memudahkan pembacaan Qur’an Suci dibagi menjadi 7 manzil, 30 juz dan memuat 86.430 kata, 349.470 huruf dengan jumlah huruf hidup sebanyak 124.331 dan sisanya adalah huruf konsonan; juga memuat 52.243 Fathah (huruf vokal a), 39.582 Kasrah (huruf vokal i), dan 8.804 dzammah (huruf vokal u).
Yang demikian itu adalah Qur’an Suci yang mampu membuat bangsa super biadab menjadi bangsa yang paling beradab yang mengubah bangsa yang bodoh dan terbelakang menjadi bangsa yang mempelopori dan menjadi cahaya ilmu pengetahuan, mengubah bangsa yang bejad moralnya menjadi bangsa yang berakhlak tinggi yang mempu mempersatukan bangsa yang hobi berperang antar sukunya sendiri hanya dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Dan menurut Yesus Kristus, hal itu adalah “suatu perbuatan ajaib di mata kita.”
Yang demikian itu adalah Qur’an Suci. Yang bila Yesus dikatakan dalam Injil bisa menghidupkan orang mati maka Qur’an Suci mampu membuat orang mati itu tidak hanya hidup melainkan mampu berbicara.
Bila dikatakan dengan iman kepada Injil seseorang bisa memindahkan gunung (Mat 17:20), maka Qur’an Suci dengan ajarannya yang sempurna mampu melenyapkan gunung dan membelah bumi (QS 13:31). Bila umat Kristiani membangga-banggakan Yesus dengan sebutan “Firman (Kalimah) Allah Yang Hidup,” maka Qur’an Suci menyebut Nabi Suci sebagai ad-dhikir artinya kitab/wejangan yang baik (QS 65:11,12). Dan juga disebutkan oleh Aisyah sebagai (Kitab) Al-Qur’an yang berjalan (Al-Qur’an Yang Hidup).
Yang demikian itu adalah Qur’an Suci, yang bila Bibel mengajarkan bahwa seseorang boleh memiliki budak dan mewariskan budak tersebut kepada anak kita (Im 25:44-46) maka Qur’an Suci mengajarkan kita supaya kita memerdekakan budak (QS 5:59; 58:3; 90:13).
Bila Injil mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mengasihi musuh-musuh kita (Mat 5:44) maka Qur’an Suci mengajarkan bahwa kita tidak diperbolehkan memiliki musuh pribadi akan tetapi orang yang menjadi musuh bagi Tuhan, para Rasul-Nya, Malaikat-Nya dan pula kitab-Nya (QS 2:97-98) orang itulah musuh kita.
Qur’an Suci tidak tidak mengatakan kepadamu seperti yang dikatakan injil, bahwa janganlah melawan orang zalim (Mat 5:39) tetapi Qur’an Suci mengajarkan bahwa: “Dan pembalasan suatu kejahatan adalah siksaan yang setimpal dengan (kejahatan) itu, tetapi barangsiapa memberi maaf dan memperbaiki diri, maka ganjarannya ada pada Allah. Sesungguhnya Ia tak suka kepada orang-orang yang zalim.” (QS 42:41)
Yakni balasan terhadap kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, akan tetapi barangsiapa memberi maaf dan mengampuni kesalahan, dan dengan pemberian maaf menimbulkan suatu perbaikan, maka Qur’an Suci menyuruh kita untuk memaafkan.
Jadi menurut Qur’an Suci tindakan balasan pada setiap kesempatan adalah bukan suatu sikap yang terpuji; begitu pula pemberian maaf pada setiap kesempatan bukan pula suatu perbuatan yang terpuji. Hendaknya kita bijaksana dalam menyikapi suatu kejahatan dengan apa yang paling baik (QS 41:34).
Apakah dimaafkan atau dengan hukuman yang setimpal Qur’an Suci tidak mengatakan seperti yang dikatakan Injil, bahwa janganlah kita mengerjakan amal-amal baik kita untuk dilihat orang (Mat 6:1), melainkan Qur’an Suci mengatakan kepada kita hendaklah mengingat akibat dalam melaksanakan amal baik kita. Bila secara sembunyi itu lebih baik buat kita maka lakukanlah secara sembunyi.
Namun kerjakan amal baik itu secara terang-terangan bila kita menganggap bahwa di dalam melakukan secara terang-terangan terkandung kebaikan bagi umum, agar kita memperoleh dua macam pahala dan agar orang-orang yang lemah – yang tidak berani melakukan amal baik – iapun mengikuti jejak kita untuk melakukan pekerjaan baik itu (QS 14:31)
Qur’an Suci tidak mengatakan seperti yang dikatakan Injil bahwa “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.(mat 5:28); melainkan Qur’an Suci melarang kepada kita untuk mendekati zina (QS 17:32) dan melarang memandang kepada wanita yang bukan muhrim – baik dengan pandangan menginginkannya maupun tidak – karena hal itu akan menyebabkan seseorang tergelincir.
Dan bila kita berhadapan dengan wanita yang bukan muhrim hendaklah kita meredupkan mata kita; dan hendaklah jangan sedikit pun mengetahui parasnya, kita hanya diperkenankan memandang mereka seperti pandangan seseorang yang rabun matanya.
Qur’an Suci tidak mengajarkan seperti yang diajarkan oleh Injil supaya kita berdo’a supaya kita diberi roti (terjemahan dari King James Version: “give us this day our daily bread” (Mat 6:11), melainkan Qur’an Suci mengajarkan kepada kita supaya kita berdo’a untuk senantiasa dipimpin dan dibimbing ke jalan yang lurus.
Ringkasnya Qur’an Suci yang diturunkan di bulan Ramadhan ini adalah suatu Kitab Suci yang jauh lebih unggul dari apa yang dimiliki oleh Umat terdahulu.
- Oleh karena itu Mujaddid abad 14 menasehatkan kepada kita bahwa:
- 1. “Nasehat saya yang amat penting lagi ialah, agar saudara jangan meninggalkan Qur’an Suci sebagai Kitab yang ditinggalkan, karena di dalam Qur’an Suci terletak kehidupan Saudara. Barang siapa menghormati Qur’an Suci, ia akan dihormati di langit. Barang siapa menjunjung Qur’an Suci di atas lain-lainnya, ia akan diberi keistimewaan di langit. Diseluruh muka bumi tak ada Kitab yang amat penting bagi manusia selain Qur’an Suci”(Nasehat hal 7)
- 2. Oleh sebab itu, berjuanglah sekeras-kerasnya agar tak sepatah kata Qur’an Suci pun akan memberi kesaksian menentang saudara dan menyebabkan saudara cemas karenanya. Karena keburukan itu, sekalipun hanya sebutir gandum, pasti akan diberi hukuman
- 3. Oleh Karena itu ingat! Jangan sampai saudara mengambil langkah yang bertentangan dengan apa yang termuat dalam Qur’an Suci. Saya berkata dengan sungguh-sungguh, bahwa barang siapa menyingkiri perintah yang termuat dalam Qur’an Suci, sekalipun hanya sepertujuhratus, ia menutup pintu keselamatan bagi dirinya.
- 4. Dalam waktu seminggu, Qur’an Suci dapat membuat saudara menjadi orang suci, asalkan saudara tak menyimpnag dari Qur’an Suci, baik lahir maupun batin. Qur’an Suci dapat membuat saudara seperti Nabi, asalkan saudara tak menyimpang dari Qur’an Suci.
- Catatan Kaki :
- 1. Injil yang dimaksud disini adalah Kitab Suci agama Kristen mulai dari Injil karangan Matius sampai kitab Wahyu.
- 2. hendaklah diingat arti hidup disini dalam artian rohani. Nabi Suci Muhammad saw. jauh lebih hebat dari pada Yesus, sebab beliau itu bisa membuat kaum yang mati rohaninya menjadi hidup dan berbicara untuk menyampaikan (bertabligh) ajaran Ilahi yang telah mereka teima dari Nabi Suci saw panutannya, baik berupa ayat-ayat Qur’an Suci maupun hadits nabi. Sehingga ajaran wahu Ilahi yang pernah disampaikan tetap terpelihara an bisa di wariskan dari generasi ke generasi sampai sekarang dan Isnyaa Allah sampai hari Qiyamat. Sedang murid-murid Yesus hanya hidup ruhaninya saja dan tidak bisa berbicara untuk bertabligh, akibatnya ajaran-ajaran Nabi ‘Isa a.s dari generasi ke generasi mengalami erosi dantertutup oleh ajaran-ajaran palsu kekafiran dan kemusyrikan lewat Paulus
- 3. arti gunung disini adalah para pejabat, orang kaya dan orang hebat yang merasa dirinya lebih tinggi dan agung dari masyarakat umumnya, adapun arti gunung dilenyapkan adalah bahwa dalam ajaran Qur’an Suci semua manusia itu sama tidak ada yang membedakan melainkan ketakwaannya (49:13) dan arti bumi dibelah adalah bahwa Qur’an Suci dengan kekuatan Rohaninya akan mampu menaklukan hati seseorang dan Qur’an Suci akan tersebar di seluruh pelosok bumi
- 4. Nabi Suci jauh lebih hebat dari Sang “Firman (Kalimah) Allah Yang Hidup” karena Kitab (Al-Qur’an) itu terdiri dari banyak Firman (Kalimah)
Comment here