Murid Kweekschool Muhammadiyah ini berjumpa dengan Bapak Mirza pada tahun 1924. Suka mengejek dan menertawakan Quran Suci bahasa Inggris. Bapak Mirza melayaninya dengan sabar dan senyuman. Akhirnya terpikat juga. Mempelajari dengan tekun Quran Suci bahasa Inggris, masuk Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia, menjadi pembela Mujaddid, menjadi Mubaligh yang ulung, pengarang dan penerjemah. Sangat luwes dan tajam melayani lawan polemik Kristen Katolik.
Saudara-saudaranya semua tahu benar bahwa Mufti sangat cinta dan patuh kepada GAI, sehingga pada waktu Mufti itu wafat, GAI dijadikan ahli warisnya atas mufakat semua saudara-saudaranya. Ahli waris yang kelima di samping keempat saudara kandungnya. Semua naskah-naskah dan buku-buku milik saudara Mufti diwariskan kepada GAI, disamping sepauh dari harga cincin emas bermata merah dan putih yang sangat indah dan sangat berharga pula. Konon inilah cincin kesayangan Mufti pemberian dari almarhum ibunya.
Buku-buku peninggalan Mufti itu sangat besar jumlahnya dan merupakan sebuah bibliotik, dan terpelihara baik-baik. Tiap-tiap buku diberi code, nomor dan etiket nama dan tempat tinggal. Semuanya buku pilihan, berbahasa Arab, Jawa Baru, Jawa Kuna, Indonesia, Belanda dan Inggris. Dan kamus-kamus bahasa Jawa, Indonesia, Belanda, Inggris dan Arab. Di dalam kumpulan buku-buku itu terdaftar tafsir-tafsir Quran yang masyhur dan hadits-hadits yang terkenal.
Saudara Mufti memang suka membaca dan cinta kepada buku-buku dan pandai mengeduk ilmu dari buku-bukunya. Bibliotik “Mufti Sharif” itu sekarang sebagian ada di Yogyakarta dan yang sebagian lagi ada di Solo. Mudah-mudahan buku-buku yang sangat berharga dan sekarang susah didapat itu dipelihara baik-baik.
Sumber: Buku Kenang-Kenangan GAI Usia 50 Tahun (Golden Jubilee)
Comment here