Artikel

Muhammad: Anak Yatim Yang Mengubah Nasib Bangsanya!

Tak ada bukti yang lebih kuat yang dapat menggambarkan keluhuran akhlak Nabi Muhammad, daripada riwayat yang ditunjukkan oleh orang-orang yang paling dekat kepadanya, yang mengetahui keadaannya sehari-hari, yang paling mencintainya, dan yang beriman untuk pertama kalinya kepada beliau sebagai Nabi dan Utusan Allah.

Mereka adalah Khadijah, istri tercinta Sang Nabi, Abu Bakar, sahabat setianya, Ali bin Abi Thalib, kemenakan sekaligus menantunya, dan Zaid bin Haritsah, budak yang ia merdekakan.

Muhammad adalah manusia agung, sekaligus contoh yang sempurna bagi manusia seumumnya. Seluruh ragam sisi kehidupannya mempertontonkan akhlak mulia yang tepat sekali jika dijadikan sebagai contoh yang patut diteladani. Hampir seluruh fase kehidupanya dicatat dengan tinta emas dalam sejarah manusia.

Muhammad mengawali hidupnya sebagai anak yatim, dan mengakhirinya sebagai orang yang berhasil mengubah nasib bangsanya.

Sejak kanak-kanak, Muhammad dikenal sebagai orang yang santun, sopan dan jujur. Menginjak usia dewasa, ia mempertontonkan keluhuran budi pekerti, kesederhanaan, dan kesalehan. Bahkan, di usianya yang masih sangat muda, Muhammad diberi julukan oleh orang-orang, sebagai Al-Amin, manusia yang terpercaya.

Sebagai pedagang, Muhammad menampilkan diri sebagai pedagang yang paling teliti dan jujur, tak suka berdusta atas nama keuntungan.

Ia menikahi lebih dari satu perempuan, ada yang lebih tua usianya, ada pula yang lebih muda darinya. Dan semua istrinya mengagumi ketulusan dan kesucian cintanya kepada mereka.

Sebagai seorang ayah, Muhammad dikenal sebagai seorang penyayang. Sebagai kawan, ia dikenal sebagai sahabat yang setia.

Muhammad mendapat amanat untuk memperbaiki bangsanya yang rusak. Untuk ini, ia harus menderita, dianiaya dan diperlakukan sewenang-wenang. Tetapi ia tetap memikul tugas itu dengan penuh kesabaran, dan tetap terus menampilkan keluhuran akhlaknya.

Muhammad adalah seorang negarawan, guru dan pemimpin. Ia memimpin pasukan perang, dan ikut bertempur di medan laga. Ia memutuskan segala perkara dengan cara musyawarah.

Muhammad adalah kepala negara dan pemimpin agama sekaligus, seperti layaknya seorang Paus yang sekaligus menjabat Kaisar. Tetapi ia adalah Paus yang tak memiliki hak mutlak kepausan, dan Kaisar yang tak berbala tentara. Sebab, ia tak memiliki tentara, tak memiliki bodyguard, tak beristana, dan tak digaji atas dasar jabatannya.

Muhammad adalah orang yang memerintah dengan hukum Tuhan. Ia memiliki kekuasaan besar, tetapi tak memiliki aparatur dalam menyelenggarakan kekuasaannya.

Meski sebagai penguasa, ia masih tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti bersih-bersih rumah, mencuci baju, dan mengumpulkan kayu bakar. Ia tetap tidur di atas tembikar, dan hanya makan buah kurma, roti dan air tawar.

Di siang hari ia bekerja keras, dan malamnya ia gunakan untuk berlama-lama dalam shalat dan membaca Quran, hingga bengkak-bengkak kakinya karenanya.

Tak ada seorang pun di dunia ini yang seperti Muhammad, yang mengalami perubahan besar dalam hidupnya: dari seorang anak yatim menjadi kepala negara, tetapi tak merubah sedikit pun gaya hidupnya.

 

Disarikan dari buku Muhammad and Mohammadanisme, karya Bosworth Smith

Sumber : Warta Keluarga GAI No. 28, April 1973

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here