Edisi KemerdekaanKhutbah

Mensyukuri Kemerdekaan Indonesia

a woman holding the flag of indonesia

Hal pertama yang rasa-rasanya perlu untuk kami sampaikan pada kesempatan Jum’at yang mulia ini adalah suatu ajakan kepada kita semua, untuk menetapi iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan cara senantiasa tunduk patuh kepada perintahNya dan laranganNya.

Sebab, sebagaimana bisa kita baca dalam QS Al-A’raf ayat 96, Allah Ta’ala berfirman, bahwa apabila penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, maka Allah pasti akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi untuk negeri itu.

Tetapi apabila penduduk suatu negeri itu berlaku sebaliknya, yakni mendustakan Allah, dengan kata lain tidak beriman dan bertaqwa kepada-Nya, niscaya akan Allah turunkan adzab dan siksa kepada mereka.

Bukankah kita tidak ingin mendapat adzab dari Allah? Bukankah kita juga tidak ingin menjadi bagian dari penduduk suatu negeri yang diadzab oleh Allah?

Karena itu, sekali lagi, marilah kita berketetapan dalam iman dan taqwa kepada Allah, agar supaya kita, dan negeri Indonesia yang kita cintai ini, mendapat berkat dan rahmat dari Allah SWT.

Hal kedua yang ingin saya sampaikan selaku khatib pada kesempatan yang mulia ini, adalah perlunya kita untuk senantiasa bersyukur atas berbagai nikmat karunia dari Allah SWT.

Bersyukurlah kita, sebab Allah swt hingga detik ini masih mencurahkan kepada kita karunia umur panjang dan kesehatan, juga karunia nikmat Islam dan nikmat iman.

Terlebih, sebagai warga bangsa Indonesia, kita perlu bersyukur yang tiada terhingga atas karunia kemerdekaan yang telah kita nikmati sepanjang 78 tahun sejak diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta di 17 Agustus 1945 lalu.

Dengan adanya karunia kemerdekaan, kita memperoleh kesempatan yang luas dan kebebasan penuh untuk beribadah dengan tenang, dalam situasi yang aman dan damai.

Sebabnya, menyelenggarakan peribadatan kepada Allah swt, tidak cukup dengan modal keimanan saja, tetapi harus didukung dengan kondisi keamanan lingkungan, agar ibadah itu bisa kita laksanakan dengan khusyuk dan berkualitas.

Tidak semua orang mampu beribadah dengan tenang, bekerja dengan nyaman, beraktivitas dengan damai, antara lain karena situasi dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk menjalankan tugas utamanya hidup di dunia ini.

Kita semua tahu bahwa salah satu misi utama diciptakannya kita ke dunia oleh Allah swt adalah untuk beribadah atau melakukan pengabdian kepada-Nya.

Sebagaimana bisa kita baca dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56: Wa maa kholaqtul jinna wal insa illaa liya’buduun. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Ibadah yang dimaksud dalam ayat ini, tidak semata-mata dalam arti ibadah ritual semata, seperti shalat, puasa, haji, dll. Melainkan juga ibadah dalam arti yg luas.

Kerja mencari nafkah, bersekolah atau menempuh pendidikan, berdagang atau berniaga, membina rumah tangga sakinah, dan semua aktivitas kita sehari-hari, adalah ibadah atau bentuk pengabdian kepada Allah.

Dan alhamdulillah, kita bangsa Indonesia, dan umat Islam khususnya, dapat merasakan bagaimana upaya untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah itu, ditopang dan didukung dengan baik oleh situasi dan kondisi negara yang aman damai sentosa.

Karena itu, sekali lagi, semua ini patut dan harus kita syukuri serta terus kita pertahankan.

Kita patut meneladani sikap para pendiri negeri ini, yang telah memaklumatkan bahwa kemerdekaan yang kita raih ini, bukan semata-mata hasil ikhtiar perjuangan, melainkan juga karunia dari Allah SWT.

Dalam alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai traktat yang ikut meneguhkan Proklamasi Kemerdekaan itu, kita bisa baca demikian, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Melalui maklumat tersebut, para pendiri negeri ini sadar sepenuhnya, bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini, tak mungkin bias diraih tanpa adanya uluran tangan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT

Para pendiri negeri ini sadar, bahwa bangsa Indonesia tak mungkin terbebas dari penjajahan, yang berlangsung lebih dari tiga abad, tanpa kuasa pertolongan Allah SWT,

Sikap para pendiri negeri ini, selaras dengan teladan dari Nabi Sulaiman a.s. manakala ia mendapatkan karunia nikmat berupa “singgasana kemuliaan,” yang riwayatnya bisa kita baca dalam Al-Qur’an Surat An-Naml.

Manakala karunia nikmat kemuliaan itu beliau terima, Nabi Sulaiman a.s. berucap, Haadza min fadli robbiii. Liyabluwanii a-asykuru am akfur. Wa man syakara fa innamaa yasykuru linafsih. Wa man kafara fa inna robbii ghaniyyun kariim.

“Segala nikmat yg kuterima adalah semata karunia Allah, Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur. Barang Siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang siapa kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Sekali lagi, kemerdekaan Indonesia patut dan harus kita syukuri serta terus kita pertahankan. Sebab andai saja nikmat ini dicabut oleh Allah, kita tak dapat lagi beribadah dengan khusyuk dan tenang, karena terus menerus dibayang-bayangi oleh rasa tak aman, rasa tak tentram, dan rasa terancam.

Sebagai tanda syukur itu, marilah kita isi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif, hal-hal yang konstruktif, sesuai dengan status dan peran kita masing-masing.

Yang petani mari terus bekerja untuk menjadi pahlawan pangan di era modern. Yang pedagang teruslah berkarya untuk kesejahteraan sebanyak mungkin orang. Yang guru mari terus didik para generasi bangsa untuk menjadi penerus tongkat estafet peradaban luhur.

Para pelajar dan generasi muda, mari terus tingkatkan kualitas diri dengan belajar sungguh-sungguh untuk terus merawat kemerdekaan. Demikian halnya juga dengan TNI/POLRI, harus terus mengabdi dan melayani masyarakat dengan sepenuh hati, dengan tetap memberikan jaminan keamanan bagi warga negara ini, agar tetap bisa beribadah dengan tenang dan khusyuk.

Kita tak boleh menjadi orang yang tak tahu berterima kasih dan orang yang melupakan sejarah bagaimana kemerdekaan bangsa ini diperjuangkan. Bahkan, jangan sampai kita justru menjadi orang yang malah merusak tatanan Negara yang damai sentosa ini dengan sikap dan perbuatan kita yang negative dan destruktif.

Kita harus menguatkan tekad untuk tidak menjadi orang yang nantinya akan menyesal, karena ceroboh dalam mempertahankan kemerdekaan dan keamanan negara ini.

Fa insya allah, jika kita terus bersyukur dengan cara mengisi kemerdekaan Indonesia ini dengan kemanfaatan dan kemaslahatan, allah akan memberikan karunia tambahan nikmat kepada kita, bangsa indonesia.

Sebagaimana janjinya: La in syakartum la aziidan nakum. Wa la in kafartum inna adzaabi lasyadiid. “Barangsiapa bersyukur, Allah akan menambah nikmatNya kepada mereka. Dan barangsiapa kufur, sungguh, adzab allah itu sangatlah pedih.”

Mudah-mudahan, kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia ini bisa kita pertahankan, keamanan dan ketentraman di negeri ini bias terus kita rasakan, sehingga berbuah kepada semakin kuatnya keimanan dan ketakwaan kita pada Allah swt, dan semakin khusyuk dan berkualitasnya ibadah atau pengabdian kita kepadaNya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.[]

Penulis : Asgor Ali
Ditranskrip dari Khutbah Jumat, 18 Agustus 2023, di Masjid Margi Utami, Pare Kediri

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here