Dalam konsepsi Islam, malaikat terbaik sekali pun, tidak lebih tinggi derajatnya daripada manusia yang terbaik. Manusia yang terbaik tetap lebih unggul daripada malaikat yang terbaik. Ditetapkannya fungsi para malaikat sebagai perantara dalam tatanan jasmani dan ruhani, tidak menunjukkan atau membuktikan keunggulan mereka di atas manusia.
Menurut petunjuk Quran Syarif, para malaikat ditetapkan seperti pelayan. Ambil contoh seorang utusan raja, yang diminta mengantarkan surat kepada seorang gubernur jenderal. Adakah sang pengantar surat, meski ia bertindak atas nama sang raja, bisa ditetapkan lebih tinggi derajatnya dan lebih unggul daripada sang gubernur jenderal?
Sungguh, posisi malaikat itu semata sebagai utusan atau perantara semacam itu. Ia hanya berperan menjalankan tugas menyampaikan kehendak Allah Ta’ala kepada manusia, dalam urusan lahiriah maupun ruhaniah.
Berulang kali Allah Ta’ala menyatakan dengan amat jelas di dalam Quran Syarif, bahwa apa pun yang ada di bumi dan di langit, diciptakan semata sebagai sarana bagi manusia, dan untuk kemanfaatan manusia.
Derajat manusia lebih tinggi dan lebih luhur dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya, karena semua makhluk itu, diciptakan untuk melayani manusia.
“Dan Dia (Allah) membuat matahari dan bulan untuk melayani engkau, beredar (dalam orbitnya); dan Dia membuat malam dan siang untuk melayani engkau. Dan Dia memberikan kepada engkau segala apa yang engkau mohon kepada-Nya. Dan jika engkau menghitung nikmat Allah, engkau tak akan dapat menghitungnya.” (Ibrahim, 14:33-34).
“Dia (Allah) yang menciptakan untuk engkau (manusia), semua yang ada di bumi.” (Al-Baqarah, 2:29/ Lihat juga Q.S. Luqman, 31:20, dan Al-Jatsiyah, 45:13, pent.).
Singkatnya, dalam Al-Quran, terdapat firman Allah yang menyatakan bahwa matahari dan bulan selalu berputar pada orbitnya, dan dibuat tunduk untuk manusia. Dengan kata lain, kedua benda langit ini terus berubah keadaan dan sifatnya. Keadaan matahari di musim semi, tidak pernah sama dengan keadaannya di musim gugur.
Dengan cara ini matahari dan bulan terus berotasi (berputar). Rotasi mereka terkadang mendatangkan musim semi, dan terkadang mendatangkan musim gugur. Pada waktu tertentu mereka menunjukkan sifat (ciri) tertentu, dan pada waktu yang lain mereka menunjukkan sifat yang berlawanan.
Demikian pula, Allah menyatakan dalam Al-Quran bahwa Ia telah menjadikan malam dan siang untuk melayani dan memenuhi kepentingan manusia. Dia telah memberikan segala apa yang diminta oleh manusia. Artinya, Allah telah memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh fitrah manusia. Karena itu, jika seseorang hendak menghitung karunia Allah, maka sungguh ia tak akan bisa menghitungnya.
(Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Tauzih-i Maram, hlm. 21-22).