Keajaiban Quran Syarif tidak akan pernah berakhir, sebagaimana keajaiban semesta alam tidak pernah berakhir sejak dulu hingga sekarang, bahkan selalu ada hal-hal baru yang bisa kita temui darinya. Ini membuktikan adanya keselarasan antara firman Allah dengan perbuatan Allah.
Aku telah menulis sebelumnya, bahwa seringkali keajaiban Quran Syarif ditampakkan kepadaku melalui ilham, dan banyak di antaranya yang tidak ditemukan dalam berbagai tafsir lainnya. Dalam kitab tafsir lain manakah bisa ditemukan kompleksitas Quran Karim yang justru menunjukkan keajaibannya?
Contoh keajaiban Quran yang ditampakkan kepadaku itu adalah jangka waktu sejak diutusnya Adam a.s. hingga zaman diutusnya Muhammad saw. terkandung dalam jumlah nilai huruf surat Al- ‘Ashr, yakni 4.740 tahun qomariah.
Allah Ta’ala juga telah menunjukkan kepadaku pengetahuan mengenai ayat, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang Agung.” (Al-Qadr, 97:1).
Ayat ini bukan hanya berarti bahwa Al-Quran itu diturunkan pada malam yang diberkati, tetapi ia juga mengandung pengertian lain seperti yang tercantum dalam risalah (buku) Fathi Islam. Dalam kitab tafsir manakah terdapat semua pengetahuan kebenaran seperti ini?
Hendaklah diingat bahwa jika bersama satu makna ada kandungan makna yang lain dalam suatu ayat Quran Syarif, maka tidak ada kontradiksi di antara kedua kandungan itu, dan tidak menggambarkan ada cacat serta kesalahan dalam ajaran Quran. Bahkan dengan bertemunya satu cahaya dengan cahaya yang lain, akan tampak semakin cemerlang cahaya keagungan Al-Quran.
Adanya perubahan zaman yang tak berbatas, juga mendorong munculnya pemikiran-pemikiran yang tak terbatas pula. Oleh sebab itu, perlu bagi Al-Quran untuk selalu memanifestasikan dirinya dalam gaya baru, atau menampakkan pengetahuan-pengetahuan baru, inovasi dan penemuan baru.
Seandainya Kitab yang menyatakan diri sebagai Khatamul Kutub (kitab terakhir) itu tidak bisa menghadapi dan mengatasi berbagai macam keadaan pada setiap zaman, maka ia sama sekali tidak bisa ditetapkan sebagai Khatamul Kutub. Tetapi jika ternyata dalam Kitab ini secara tersembunyi tersedia semua yang dibutuhkan manusia pada setiap zaman, maka kita harus mempercayai bahwa Al-Quran tentulah mengandung pengetahuan yang tak terbatas, dan sepenuhnya mengatasi kebutuhan setiap zaman.
Ingatlah, kebiasaan Allah terhadap setiap penerima ilham (mulham) yang sempurna. Allah selalu menampakkan keajaiban-keajaiban rahasia (tersembunyi) dalam Al-Quran kepadanya. Bahkan seringkali suatu ayat Quran Syarif dihembuskan (diilhamkan) dalam hati seorang penerima ilham, dengan kandungan makna yang lain, yang berbeda dengan arti aslinya.
Maulwi Abdullah Ghaznawi, dalam sebuah suratnya, menyatakan bahwa ia pernah menerima ilham, “Kami berfirman: Wahai api, jadilah kamu dingin dan damai.” (serupa QS Al-Anbiya’, 21:69). Tetapi saat itu ia tak memahami maksudnya. Lantas ia menerima ilham lagi, “Kami berfirman: Wahai kesabaran, jadilah kamu dingin dan damai.” Barulah ia mengerti, bahwa ‘api’ dalam ilham itu, maksudnya adalah ‘kesabaran.’
(Izala-i Auham, hlm. 311-320)