Jumat (13/1) sore pekan lalu, terjadi demonstrasi menentang Gerakan Ahamadiyah Indonesia (GAI) yang menggelar pengajian dan silaturahim nasional pengikut Ahmadiyah di Indonesia. Lokasi kejadian yakni di SMA/SMK Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) 1 bilangan Baciro, Gondokusuman Yogyakarta. Pengajian nasional yang diikuti 587 anggota GAI dari seluruh Jawa dan Lampung ini terpaksa dibubarkan untuk mengantisipasi situasi yang tidak diharapkan.
Ini adalah massa gabungan sejumlah organisasi seperti Majelis Mujahidin Indonesia, Gerakan Pemuda Kabah, Gerakan Anti Maksiat dan sejumlah organisasi lain. Massa kemudian melakukan orasi sekitar 100 meter dari pagar gedung lokasi pertemuan menuntut pembubaran kegiatan Gerakan Ahmadiyah.
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti yang datang untuk menenangkan massa ini, kemudian menemui pimpinan Gerakan Ahmadiyah yang masih melangsungkan acara di dalam gedung. Walikota meminta pihak Gerakan Ahmadiyah mengakhiri kegiatan karena situasi yang tidak kondusif di luar area pertemuan.
Haryadi Suyuti mengatakan kepada massa bahwa kegiatan telah selesai. Walikota menilai kegiatan pengajian tahunan tersebut tidak kondusif, masyarakat sudah tidak menerima kedatangan mereka, dan tentunya mereka juga bisa memahami itu.
Juru bicara Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Mulyono mengatakan, aksi pembubaran pertemuan ini adalah yang pertama kali mereka alami sejak tahun 1928. Mulyono menyatakan, karena alasan keamanan, maka Gerakan Ahmadiyah bersedia mengakhiri acara dan akan pulang ke daerah asal masing-masing.
Petangnya, Kakanwil Drs. H. Maskul Haji,M.Pd.I langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Menteri Agama RI di Jakarta. Dalam laporannya yang dikirim via fax langsung ke kediaman Menag Suryadharma Ali itu, Kakanwil menegaskan bahwa sesungguhnya respon masyarakat Yogyakarta terhadap Gerakan Ahmadiyah Indonesia di Yogyakarta baik-baik saja semenjak berdirinya. “Begitu pun dukungan atas didirikannya lembaga pendidikan PIRI sebagai implementasi program pendidikan GAI mendapatkan cukup dukungan dari masyarakat Yogyakarta semenjak 1947,” tegas Kakanwil. Hal itu, lanjut Kakanwil, terbukti dengan adanya respons dari masyarakat Yogyakarta yang menyekolahkan anaknya ke PIRI, meski bukan anggota jamaah GAI. “Alhamdulillah demonstrasi yang terjadi tidak menimbulkan kerusakan,” pungkas Kakanwil. [bap] (teks berita dan foto disarikan dari http://www.voanews.com)
Sumber: http://yogyakarta.kemenag.go.id
Comment here