Orang-orang (penentang Masih Mau’ud, pent.) tidak memikirkan balasan perbuatan buruk mereka. Mereka meninggalkan amalan baik yang ajarannya mereka dapatkan dari Nabi Muhammad saw. yang mulia. Sebagai gantinya mereka memasukkan shalawat dan doa harian dari rekayasa mereka sendiri, dan menganggap cukup dengan menghafal beberapa syair.
Mereka sangat terpesona dengan syair-syair Bulleh Shah (Bulleh Shah adalah seorang penyair sufi dan filsuf Islam, wafat tahun 1757 di Kasur, Punjab, Pakistan, pent.). Tetapi sangat sedikit dari kalangan mereka yang menghadiri majelis tilawah Quran Syarif atau ceramah agama. Mereka hadir dan berkumpul dalam jumlah besar di majelis-majelis pembacaan syair. Mereka tidak begitu tertarik dan tidak menaruh perhatian pada kebaikan-kebaikan. Tetapi mereka sangat memperhatikan pada perkara nafsu dan syahwat.
Orang-orang itu tidak tahu bedanya kenikmatan ruh dengan kenikmatan nafsu. Di pesta tarian dan nyanyian, biasanya terlihat beberapa orang dengan sengaja melepaskan sorban mereka dan kemudian mulai bergoyang.
Di hadapan orang yang tidak tahu, mereka bercerita dengan sangat bangga bahwa guru ruhani tertentu duduk di majelis dengan kegembiraan yang luar biasa. Para guru ruhani muslim dan penerus mereka telah memunculkan bid’ah semacam itu dan masalah yang dibuat-buat, yang tidak ada dalam Islam dan sunnah Nabi Muhammad saw.
Sesungguhnya, orang-orang yang tidak merasakan kenikmatan dari shalat, mereka benar-benar tidak mendapatkan kenikmatan ruhani. Mereka tidak bisa memahami kenyamanan dan ketenangan ruh, dan tidak tahu apa arti kesenangan.
Setelah melihat mereka aku merasa heran, mereka disebut muslim tapi tetap melangsungkan bid’ah semacam itu. Seandainya dalam perkara mereka itu ada alasan untuk kesenangan dan kenikmatan ruh, tentu Nabi Muhammad saw. manusia yang paling kenal dengan Allah dan manusia yang paling sempurna di dunia, juga memberikan ajaran semacam itu atau menunjukkan dengan perbuatan beliau.
Aku heran, di satu sisi orang-orang itu membaca ayat Quran Syarif, intinya Islam agama yang sempurna (5:3). Di lain sisi, dengan kreasi baru mereka dan bid’ah, mereka ingin mematahkan kesempurnaan agama Islam dan membuktikan kekurangannya. Di satu sisi orang-orang yang bersifat zalim ini memfitnah aku bahwa seolah-olah aku menyatakan kenabian permanen (mustaqil nubuwwat), nabi yang memiliki syariat, yang kenabiannya terpisah dari Nabi Muhammad saw. Tetapi di lain sisi, mereka tidak memperhatikan sedikit pun pada perbuatan mereka sendiri. Mereka memasukkan kreasi baru dan bid’ah dalam agama Islam.
Apabila dalam hati manusia ada sedikit saja rasa keadilan dan takut kepada Allah, tentu dia akan mengatakan dengan adil bahwa apakah kami menambah atau mengurangi pada ajaran suci dan sunnah Rasulullah saw.? Kami memberikan ajaran persis sesuai dengan Quran Syarif. Kami juga mempercayai bahwa Nabi Muhammad saw. yang mulia adalah imam dan hakim sejati kami.
Apakah aku menjelaskan pada seseorang zikir (gaya) gergaji, dan zikir dengan mengulang-ulang lafal “Allah” bersamaan dengan setiap tarikan nafas? Selain itu, apakah aku mengajarkan bermacam-macam zikir dan doa harian pada seseorang? Apabila tidak, dan sama sekali tidak, lalu mengapa mereka mengaitkan kami dengan pernyataan kenabian?
Ingatlah dan pahamilah dengan baik, seseorang tidak mungkin bisa disebut muslim sejati dan pengikut sejati Nabi Muhammad saw. selama tidak meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai penutup para nabi (khatamun nabiyyin), dan selama tidak terpisah dari bid’ah.
(Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 3a, hlm. 58-59).
Comment here