Kolom

Hati-Hati Menjaga Hati

brown heart cutout decor

Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Dalam badan manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh badannya. Dan jika itu rusak, maka rusaklah pula seluruh badannya. Itulah hati.” (HR Bukhari)

Sabda Nabi Suci ini mengandung hikmah dan ilmu yang amat dalam. Dari segi fisik, hati adalah segumpal daging yang mengatur peredaran darah manusia. Tetapi dari segi psikis, hati adalah pusat kesadaran manusia, yang mengatur segala gerak-gerik dan menghayati segala perbuatan manusia, baik yang baik maupun  yang jahat.

Suatu kesatuan lahiriyah dan batiniyah yang ghaib (a mystical psycho-physical unity), yang hanya Allah sendiri yang maha mengetahuinya.

Hati berguncan keras apabila ada sesuatu yang mendebarkan atau menakutkan. Orang yang dendam, hatinya merasa sakit. Pendek kata, terjalin hubungan ghaib (a mystical relation) antara hati lahiriah dan hati batiniah.

Maka dari itu, agar badan tetap sehat lahir dan batin, harus diusahakan agar hati lahiriah dan hati batiniahnya juga sehat.

Untuk menjaga kesehatan hati lahiriah, para dokter dapat memberikan nasehat. Tetapi untuk menjaga kesehatan hati batiniah, orang harus mohon petunjuk kepada Tuhan.

Quran Suci menggunakan tiga istilah yang semuanya bermakna hati, yakni Qalbun, Shadrun, dan Fu’adun.  Qalbun bermakna asli “bolak-balik” (jawa: molak-malik), shadrun bermakna “dada”, dan Fu’ad bermakna “mata hati”.

Tetapi yang paling banyak digunakan adalah kata Qalbun, dan ini sesuai benar dengan hati lahiriyah, yang selalu berbalik-balik bagaikan pompa.

Quran menerangkan bahwa hati adalah tenaga untuk mengerti, memahami, mempelajari dan memperhatikan. Hati diterangkan pula sebagai “tempat intelegensia” (QS 22:46), tempat kehendak, kemauan dan sikap, yang baik maupun yang jahat. Dari dalam hati timbul pikiran-pikiran yang baik dan yang jahat.

Jadi hati adalah anggota yang terdalam, yang tak tampak, yang tersembunyi di balik yang tampak, yang menjadi dasar kepribadian manusia, dan sebagai alat untuk mengerti dan mengetahui.

Itulah sebabnya mengapa Quran Suci seringkali menyebut hati orang kafir buta. “Maka sesungguhnya bukan matanya yang buta, melainkan hatinya yang berada di dalam dada” (QS 22:46).

Hati orang kafir dikatakan buta, karena sekalipun sudah jelah bahwa pimpinan Allah itu benar, tetapi mereka tak mau menggunakan pimpinan itu, bahkan memusuhinya.

Hati orang munafik dikatakan “sakit” (QS 2:10, 5:52, 8:40, 91:25, 33:12, 47:20), karena mereka tak mengikuti pimpinan Allah dengan sepenuh hati. Mereka hanya berkata di mulut, tetapi perbuatan mereka bertentangan dengan ucapan mereka.

Hati kaum Yahudi dikatakan “keras bagai batu” (QS 2:74), karena mereka tak mau menumbuhkan iman dalam hati.

Hati orang jahat dikatakan “penuh karat” (QS 83:14) karena kejahatan menimbulkan kotoran yang menjelaga dalam hati.

Berkebalikan dari itu, masih menurut Qur’an, manusia akan selamat dunia akhirat apabila manusia mempunyai hati yang sehat, atau diistilahkan sebagai hati yang salim (QS 26:89), hati yang suka bertaubat (QS 50:53), hati yang tuma’ninah (QS 16:106, 13:28), hati yang taqwa (22:32), hati yang iman (58:22), dan hati yang suci (QS 33:53).

Hati yang salim ialah hati yang damai: damai dengan Allah dan damai dengan sesama makhluk. Orang semacam ini akan mencapai keadaan jiwa atau kehidupan batin yang disebut salam.

Hati yang suka bertaubat adalah hati yang peka terhadap kejahatan. Dan setiap kali berbuat kesalahan, ia terus istighfar.

Hati yang thuma’ninah adalah hati yang tentram karena selalu berdzikir kepada Allah. Hati yang takwa ialah hati yang takut kepada Allah dan selalu menjaga diri dari perbuatan jahat.

Hati yang iman ialah yang sungguh-sungguh dan sepenuh hati menjalankan perintah Allah. Hati yang suci ialah hati yang bersih tanpa noda.[]

 

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here