Artikel

Dunia Islam Sepintas Lalu

Kemenangan besar yang dicapai oleh umat Islam di zaman permulaan, bukanlah disebabkan karena Islam mempunyai tentara yang terlatih dan persenjataan yang kuat, melainkan disebabkan karena tingginya moralitas dan besarnya semangat berkorban di jalan Allah.

Moralitas yang tinggi dan semangat berkorban ini diperoleh, karena mereka dengan patuh dan sungguh-sungguh menjalankan perintah Allah yang termuat dalam Quran Suci.

Untuk menanamkan moral yang tinggi dan semangat berkorban di jalan Allah, Quran Suci bukan saja berisi ajaran pokok tentang iman dan perbuatan-perbuatan utama, melainkan berisi pula sejarah para Nabi dan umat sebelum mereka, agar ini menjadi contoh bagi umat Islam. Lebih-lebih, sejarah umat zaman dahulu yang mendiami daerah di sekitar tanah Arab, yang bekas-bekasnya masih dapat dilihat dengan terang, seperti misalnya di pegunungan Ahqaf dan di daerah Hijr.

Selain sejarah umat zaman dahulu yang kini hanya tinggal bekas-bekasnya, Quran Suci banyak menceritakan kebengalan dan pendurhakaan umat Yahudi, yang umat ini merupakan saksi hidup di zaman Nabi Suci di Madinah.

Diceritakan dalam Quran Suci bahwa umat Yahudi adalah umat yang banyak dikaruniai kenikmatan oleh Allah. Banyak di antara mereka yang dijadikan nabi, dan banyak pula yang dijadikan raja. Tetapi umat Yahudi dikutuk oleh Allah karena pendurhakaan dan kedegilan mereka.

Di zaman Nabi Musa, mereka diberi pimpinan berupa Kitab Torat, tetapi mereka tak patuh menjalankan pimpinan yang termuat di dalamnya, bahkan mereka menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Mereka tak mempunyai semangat berkorban di jalan Allah, bahkan mereka menolak perintah Allah untuk memasuki kota suci Kana’an, karena di sana masih diduduki oleh kaum penjajah.

Padahal, Allah telah menjanjikan kemenangan kepada mereka, asal mereka mau berjuang di jalan Allah. Akibatnya, mereka mengembara di padang pasir sampai 40 tahun lamamnya, dan Nabi Musa meninggal tanpa kemenangan di pihak kaum Yahudi.

Sejarah umat Yahudi di zaman Nabi Musa adalah laksana bumi dan langit jika dibandingkan dengan sejarat umat Islam di zaman permulaan. Tatkala umat Yahudi disuruh berperang untuk melawan kaum penjajah dna penindas, mereka membantah, “Pergilah engkau (Musa) dan Tuhan dikau, dan berperanglah. Kami duduk saja di sini” (QS 5:24).

Akan tetapi tatkala umat Islam disuruh menghadapi musuh yang jumlahnya lebih besar dan persenjataannya lebih lengkap, mereka menjawab, “Kami bukanlah seperti umat Yahudi yang membantah perintah Nabi Musa untuk berperang, melainkan kami akan berperang bersama engkau, sampai kami memperoleh kemenangan, atau kami mati semua.”

Nabi Suci Muhammad saw. meninggal dunia dengan kemenangan yang gilang gemilang. Bangsa Arab yang biadab dan menyembah berhala, disulap oleh Nabi Suci menjadi bangsa yang berakhlak tinggi dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa, hanya dalam jangka waktu yang relatif amat pendek.

Bangsa Arab yang berpecah belah, disulap menjadi bangsa yang bersatu padu. Bangsa Arab yang terkenal sebagai bangsa ummi (bodoh), disulap menjadi bangsa yang cinta akan ilmu pengetahuan, bahkan penyuluh ilmu pengetahuan di dunia Barat yang pada waktu itu diliputi oleh kegelapan.

Bangsa Arab yang gemar akan jugi dan minuman kera, yang pada dewasa ini dunia beradab merasa sukar memberantasnya, walaupun diancam dengan hukuman, tetapi begitu Nabi Suci mengumandangkan diharamkannya judi dan minuman keras, seketika itu juga bangsa Arab menuangkan semua persediaan minuman keras, sehingga lorong-lorong di kota Madinah banjir minuman keras, berikut pula dipecahkan guci dan piala yang digunakan untuk tempat dan minum-minuman keras.

Nabi Suci benar-benar pembangun manusia yang tak ada bandingannya dalam sejarah dunia. Para ahli sejarah, baik dari golongan Islam maupun bukan, serempak mengagumi sukses yang dicapai oleh Nabi Suci. Dalam Encyclopaedia Britannica, beliau disebut sebagai “seorang Nabi dan pemimpin agama yang paling sukses”.

Sir William Muir menulis antara lain sebagai berikut, “Harapan Bangsa Arab sebelum datangnya Muhammad, … tak nampak sama sekali. Seluruh kepercayaan Arab didasarkan atas penyembahan berhala yang sudah berurat berakar. Tiba-tiba Muhammad bangkit dengan membawa kepercayaan baru. Seketika itu bangkitlah bangsa Arab setelah dijiwai oleh kekuatan kepercayaan baru.”

Dalam buku The Ins and Outs of Mesopotamia, ada tertulis, “Jarang sekali terdapat bangsa yang berpecah belah seperti Bangsa Arab, sampai tiba-tiba terjadi sesuatu yang ajaib. Seorang yang mengaku menerima pimpinan Tuhan, bangkit dan melaksanakan sesuatu yang mustahil, yaitu mempersatukan bangsa yang berpecah belah.”

Nabi Suci bukanlah untuk bangsa Arab saja. Beliau adalah Utusan Allah untuk seluruh dunia. Sebelum wafat, beliau telah mengirim surat kepada raja-raja agar mereka dan rakyatnya memeluk Islam. Bahkan beliau telah mengirim utusan ke negeri Cina, dan berhasil menyiarkan Islam di sana.

Maka dari itu, dalam jangka waktu kurang dari satu abad sepeninggal Nabi Suci, Islam telah meluas ke Barat sampai Maghribi, ke Utasa sampai daerah Kaukasus, ke Timur sampai Negeri Cina, dan ke Selatan sampai Teluk Persia. Sungguh suatu kemajuan yang cepat dan mengagumkan.

Akan tetapi zaman keemasan ini hanya berlangsung tiga abad lamanya. Setelah itu timbul bermacam-macam aliran di kalangan umat Islam, timbul faham-faham bid’ah dan khurafat, timbul bermacam-macam mazhab, sehingga umat Islam terpecah menjadi beberapa golongan.

Ada golongan yang bersifat politis, seperti golongan syi’ah dan khawarij. Ada pula karena perbedaan faham, seperti golongan mu’tazilah dan ahlus sunnah wal jama’ah. Dan ada pula yang bercampur mistik, seperti golongan ahli tariq, dan sebagainya. Masing-masing golongan terpecah lagi menjadi berpuluh-puluh golongan.

Kemunduran umat Islam semakin bertambah parah setelah diumumkan ditutupnya pintu ijtihad. Mulai saat itu umat Islam hanya seperti jasad yang tak mempunyai roh. Mereka hanya mengikut secara membabi buta apa yang difatwakan oleh pemimpin mereka. Inilah yang disebut taqlid a’ma. Maka hancurlah kekuatan rohani umat Islam.

Kemerosotan dunia Islam ini telah diramalkan oleh Nabi Suci, “Sesungguhnya akan datang kepada manusia suatu zaman yang Islam hanya tinggal namanya, dan Quran hanya tinggal tulisannya. Masjid mereka memang ramai, tetapi sunyi dari petunjuk. Ulama mereka lebih buruk daripada apa yang ada di kolong langit. Fitnah akan timbul dari mereka, dan kepada mereka fitnah itu kembali.” (H.R. Muslim).

Keadaan umat Islam yang parah ini mudah sekali ditaklukkan oleh kekuatan luar. Serbuan pertama datang dari sebelah Timur. Balatentara Jengis Khan menyerbu ke Barat, dan akhirnya berhasil menghancurkan Baghdad. Perpustakaan Islam terbesar di dunia kala itu dibakar habis.

Adapun serbuan yang kedua datang dari Barat, yaitu serbuan kaum Dajjal dan Yakjuj wa Makjuj. Kaum inilah yang menimpakan fitnah yang paling berat terhadap umat Islam. Karena bukan saja negerinya yang dijajah, akan tetapi agamanya pun dijajah pula. Beribu-ribu umat Islam meninggalkan agamanya dan masuk agama Dajjal.

Inilah yang diperingatkan oleh Nabi Suci supaya umat Islam awas, jangan sampai terkena fitnahnya Dajjal. Bahkan pada tiap-tiap shalat, umat Islam disuruh membaca doa agar dilindungi dari fitnahnya Dajjal.

Fitnah Dajjal adalah fitnah yang paling berat, yang disebut fitnah akhir zaman. Seandainya Islam bukan agama Allah, niscaya sudah lenyap dari muka bumi. Tetapi Allah telah berjanji dalam Qur’an Suci, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Peringatan (Quran), dan sesungguhnya Kami adalah Yang menjaga itu.” (QS 15:9)..

Allah menjaga Quran dengan selalu mengutus Mujaddid pada tiap-tiap permulaan abad Hijriyah. Para Mujaddid datang untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan di dalam Islam.

Akan tetapi kerusakan umat Islam memuncak pada akhir abad 13 Hijriyah. Bid’ah dan khurafat merajalela. Iman yang hidup kepada Allah yang Hidup tak nampak lagi dalam batin umat Islam.

Umat Islam pada umumnya menjadi bukan kaum Yakjuj wa Makjuj. Quran Suci yang seharusnya menjadi pedoman hidup umat Islam, ini hanya diperlakukan sebagai benda pujaan. Ayat demi ayat dibaca dengan fasih dan lagu yang merdu, tapi tak dimengerti artinya. Tepat seperti apa yang diramalkan oleh Nabi Suci bahwa Quran hanya tinggal tulisannya.

Shalat yang seharusnya dijadikan sarana untuk mendekat kepada Allah dan meninggikan akhlak, kini hanya dijalankan sebagai upacara lahir belaka. Artinya, mereka hanya puas dengan menjalankan syarat rukun lahiriah, tanpa memperhatikan jiwa shalat yang sebenarnya.

Kesucian lahir dan batin, yang di zaman Islam permulaan merupakan ciri khas umat Islam, kini jarang ditemukan di kalangan umat Islam. Yang dikerjakan setiap hari hanyalah memuaskan hawa nafsu. Kecintaan mereka kepada barang-barang duniawi, jauh di atas kecintaan mereka kepada Allah dan RasulNya. Akibatnya timbul kekikiran, ketamakan, penipuan, makan suap, makan riba, dsb.

Hukum Islam diputar balik agar barang haram nampak seperti barang halal, misalnya prostitusi (pelacuran) nampak seperti barang halal dengan jalan perkawinan sementara (halalah). Barang riba nampak seperti barang halal dengan memutarbaliknya sebagai barang dagangan.

Pendek kata, akhlak umat Islam bejat dan batin mereka sunyi dari iman yang hidup kepada Allah Yang Hidup. Ini semua adalah bagian kecil dari kerusakan internal umat Islam. Di luar ini, dunia Islam menghadapi ancaman dari luar, berupa fitnah yang ditimbulkan oleh Dajjal, Yakjuj wa Makjuj.

Untuk menghadapi bahaya internal dan eksternal inilah, Allah Yang Maha Kuasa mengutus Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Mujaddid abad 14 Hijriyah, dan sebagai Masih Mau’ud dan Mahdi. Beliau ditunjuk sebagai Mujaddid untuk memperbaiki internal umat Islam. Beliau ditunjuk sebagai Masih Mau’ud untuk mematahkan kayu palang dan membunuh babi, dalam arti membasmi segala sifat kekotoran dan kerakusan.

Untuk melaksanakan tugas ini, beliau menulis Kitab Barahini Ahmadiyah dan berpuluh-puluh kitab lainnya. Di samping itu, beliau menulis pula beratus-ratus surat selebaran. Pena beliau yang tajam dan pengakuan beliau yang terus terang, mendatangkan reaksi yang luar biasa, baik yang positif maupun negatif.

Yang positif berupa pernyataan simpati yang cukup luas dan dorongan moril yang cukup kuat. Adapun yang negatif berupa perlawanan yang hebat, bahkan meningkat sampai ancaman pembunuhan.

Namun bagi beliau yang yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah berada di belakang beliau, tak mundur selangkah pun dalam menghadapi perlawanan yang berat bagaimanapun.

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad berhasil meniupkan udara segar dan jiwa yang baru dalam dunia Islam. Tetapi ini hanya dinikmati oleh orang yang cinta akan kebenaran. Adapun orang-orang yang angkuh dan sombong, mereka tetap buta, karena silau memandang pancaran sinar matahari yang berkilai-kilauan.

Salah satu hasil gemilang yang telah beliau capai ialah didirikannya pusat-pusat penyiaran Islam di benua Eropa, Amerika, Afrika, Asia dan Australia. Selain itu, beliau mencetak kader-kader yang gemblengan, seperti misalnya Maulvi Nuruddin, Maulana Muhammad Ali, Khawaja Kamaluddin, Maulvi Sadruddin, Basharat Ahmad, Ya’qub Khan, Aftabuddin Ahmad, dan beratus lainnya.

Maulana Muhammad Ali telah menulis berpuluh-puluh buku tentang keislaman, dan menulis Tafsir Quran dalam bahasa Inggris yang pertama kali ditulis oleh orang Islam. Khawaja Kamaluddin adalah Pendiri Woking Muslim Mission yang pertama di Inggris. Sedangkan Maulana Sadruddin adalah pendiri Berlin Muslim Mission dan pendiri Masjid Berlin yang cukup megah. Beliau juga menerjemahkan Quran ke dalam bahasa Jerman.

Mingguan The Light terbitan Gerakan Ahmadiyah Lahore, dan majalah Islamic Review terbitan Woking Muslim Mission adalah satu-satunya mingguan dan majalah Islam berbahasa Inggris yang hampir mencapai usia satu abad.

Dalam buku Tadzkirah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menulis, “Aku datang untuk menyebar biji, dan ini telah aku kerjakan. Kini biji itu akan tumbuh menjadi pohon yang rindang dan tak seorang pun dapat menghalang-halangi ini.”

Oleh : Ahmad Sadruddin | Sumber: Warta Keluarga GAI No. 25 | 1 Januari 1973

Yuk Bagikan Artikel Ini!
Translate »