Al-Qur’an adalah kitab suci yang mengandung nubuat atau ramalan mengenai hal-hal atau perkara-perkara yang akan datang, yang akhirnya terpenuhi atau tergenapi tepat pada waktunya.
Berikut adalah beberapa contoh misal nubuat yang ada di dalam Al-Qur’an:
- Tewasnya Abi Lahab (111:1-5) yang terpenuhi dalam Perang Badar Kubro.
- Kebinasaan kaum Quraisy (54:41-48) yang terpenuhi dalam berbagai peperangan yang dahsyat setelah Rasulullah saw. hijrah ke Madinah.
- Takluknya Kota Makkah (48:27) yang terjadi setelah Perdamaian Hudaibiyah ditandatangani.
- Kebinasaan Romawi dan Persi yang disusul munculnya Islam sebagai penguasa dunia (30:1-7) yang tergenapi dalam permulaan abad ke-7 Masehi.
- Diutusnya khalifah di kalangan umat Islam (24:55) yang tergenapi dengan bangkitnya raja-raja dan para Mujaddid dari abad ke abad.
- Kejayaan Islam atas semua agama (9:33; 48:28; 61:9).
- Merajalelanya Dajjal, Yakjuj dan Makjuj (21:95-96) yang terpenuhi pada zaman akhir, yakni akhir milenium kedua sampai awal milenium ketiga.
- Kemunduran Islam untuk sementara waktu dan kebang-kitannya kembali setelah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (81:1-29), yang telah terpenuhi tiga abad terakhir sekarang ini tentang kemundurannya, dan sekarang mulai masa kebangkitannya kembali.
Di samping itu, kisah-kisah para Nabi dan umat terdahulu di dalam Quran Suci juga mengandung ramalan sepanjang zaman. Kisah-kisah yang pada umumnya tanpa keterangan tempat, waktu dan jabatan itu diturunkan karena asbâbun-nuzûl tertentu.
Asbabun-nuzul esensinya adalah proses hidup manusia sepanjang zaman. Oleh karena itu perlu pemahaman dan penafsiran Al-Qur’an secara futuristik, tidak hanya secara linguistik yang terkait pada nahu, sharf, balaghah, dan sebagainya. Sebab, Islam itu melintas ruang dan waktu, tak dibatasi oleh ruang Arab dan waktu yang telah lalu.
Al-Qur’an sebagai Kitab yang mengandung nubuat atau ramalan tentang hal-hal yang akan datang juga merupakan pemenuhan nubuat Isa Almasih dalam injilnya, yakni dalam ayat:
Masih banyak hal yang harus kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran, sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang akan didengarkanNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yohanes 16: 12-13)
Yang dimaksud Roh Kebenaran dalam ayat profetis itu adalah Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. disebut sebagai Ar-Ruh artinya roh atau hidup (42:52; 17:85) dan Al-Haqq artinya kebenaran (17:8; 35:31).
Mengingat kebanyakan orang hanya bisa membaca tanda-tanda alam tetapi tak bisa membaca tanda-tanda zaman, maka marilah kita kenali zaman kita sekarang menurut perspektif Al-Qur’an Allah telah menyatakan sebagai berikut:
“Ia (Allah) mengatur perkara dari langit ke bumi, lalu itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya seribu tahun menurut hitungan kamu.” (32:5)
Yang dimaksud al-amr atau perkara adalah perkara Islam. Ia mengatur perkara dari langit ke bumi, maksudnya Allah menurunkan Islam dari langit ke bumi. Untuk apa? Agar dimenangkan atas semua agama, liyudzkhirahû ‘alad-dîni kullih (9:33; 48:28; 61:9). Setelah itu kembali kepada-Nya, tsumma ya’ruju ilaihi, berarti mundurnya Islam.
Jelasnya, kemundurannya hanya fî yaumin, dalam satu hari saja bagi Tuhan, inda rabbika (22:48), tetapi ukuran-nya seribu tahun, miqdârahû alfa sanatin mimmâ ta’uddûn. Setelah seribu tahun dari masa kejayaannya umat Islam tidak lagi bagai khaira ummatin, sebaik-baik umat, yang dijadikan cermin bagi manusia, ukhrijat linnâs dalam hal amar ma’ruf nahi munkar dan iman kepada Allah (3:110), karena meninggalkan Al-Qur’an, ittakhadzû hâdzal Qur’âna mahjûra (25:30).
Akibatnya, lam yabqâ minal-islâma illasmuhû, tidak tetap tinggal Islam kecuali hanya namanya, dan lam yabqâ minal-qur’ân illasmuhu, tidak tetap tinggal Al-Qur’an kecuali hanya tulisannya, kata Rasulullah saw., atau seperti kata ‘allamah Syeh Muhammad Abduh, “Al-Islâmu mahjû-bun bil-muslimin”, Islam ditutup oleh ummat Islam sendiri, masyâallâh.
Kapan ramalan mencemaskan itu terpenuhi? Pertanyaan ini terjawab jika kita tahu berapa lama masa kejayaan Islam. Al-Qur’an tidak menjelaskan, tetapi suatu Hadits Riwayat Imam Tirmidzi menjelaskan bahwa khairunnâsi qarnî, tsummalladzîna ya lûnakum tsummalladzîna ya lûnakum tsumma yatsyul-kadzib, sebaik-baik umat adalah abadku, lalu abad mereka sesudah itu, lalu abad sesudahnya lagi, kemudian sesudah itu datanglah abad orang-orang yang suka menyiarkan kebohongan.
Atas dasar Hadits ini kaum Muslimin mengalami kejayaan atau khairul-qurûn selama tiga abad saja, sesudah itu mengalami kemunduran secara berangsur-angsur hanya selama seribu tahun saja. Karena ada penegasan Ilahi mimmâ ta’uddûn, menurut hitungan kamu.
Mari kita lihat fakta sejarah. Kita mulai dari tahun 600 Masehi, berarti khairul-qurûn pertama sampai pada 700 M, khairul-qurûn kedua sampai pada tahun 800 M, dan khairul-qurûn ketiga sampai tahun 900 M. Sejarah mencatat saat itu seluruh dunia – yang telah dikenal oleh umat manusia – telah dikuasai oleh Bani Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, benua Afrika dikuasai oleh Bani Fathimiyah yang berpusat di Kairo, dan Benua Eropa dikuasai oleh Bani Umayah yang berpusat di Cordoba.
Setelah itu berangsur-angsur mundur, dan titik terendah kemundurannya adalah tahun 1900 M. Sekitar tahun itulah Islam tinggal namanya dan Al-Qur’an tinggal tulisannya. Sekedar contoh, jika pada zaman permulaan seorang Muslim bisa mengalahkan empat orang, bahkan sepuluh orang, tetapi pada zaman akhir sebaliknya, sehingga Indonesia yang mayoritas Muslim telah dikuasai oleh Belanda yang kafir (Kristen) selama tiga abad. Demikian pula negara-negara Islam lainnya di dunia, hampir seluruhnya di bawah dominasi atau setidak-tidaknya proteksi Barat yang Kristen.
Sesuai dengan hukum alam pula, bahwa perkembangan segala sesuatu kalau tidak mencapai titik kulminasi terjadi titik balik, maka pasca tahun 1900 M pun terjadi titik balik pula dalam sejarah perkembangan umat Islam. Mulai pertengahan abad ke-20 M, satu per satu negara Islam merdeka dari cengkeraman kaum imperialis-kolonialis Kristen.
Kemerdekaan Indonesia sendiri diproklamasikan oleh kedua putra bangsa yang Muslim, Soekarno-Hatta, pada tanggal 17 Agustus 1945, yang diikuti oleh negara-negara Islam lainnya, seperti Malaysia, Pakistan, dan sebagainya.
Berakhirnya abad ke-20, memasuki millenium ketiga ini fenomena kebangkitan Islam kembali semakin nampak cemerlang, terutama dalam satu-dua dekade terakhir ini. Sebaliknya, Kristen rival Islam, setelah mengalami The Great Century of World Evangelization, Abad Agung Penginjilan Dunia (1815-1914), terus mengalami kemunduran.
Di Eropa, Gereja-gereja menjadi kosong dan banyak di antaranya telah berubah fungsi menjadi Masjid. Inilah penggenapan nubuat Rasulullah saw. tentang patahnya Salib dan terbitnya matahari dari barat pada zaman akhir.[]
Oleh: Simon Ali Yasir
Comment here