Artikel

Gerakan Ahmadiyah Sebagai Gerakan Tasawuf Modern

modern residential buildings reflecting in canal

Lima ayat yang terkandung di dalam wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Suci Muhammad saw. mengandung nilai sufistik. Ayat-ayat itu bisa kita baca dalam permulaan surat Al-‘Alaq, surat ke 96 dalam susunan musha Al-Qur’an, berbunyi demikian:

“Bacalah dengan nama Tuhan dikau Yang menciptakan, Yang menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhan dikau adalah Yang paling Murah-hati, Yang mengajar manusia dengan pena, dan Yang mengajarkan kepadanya apa yang ia tak tahu.” (QS Al-‘Alaq 96:1-5)

Perintah “membaca dengan nama Tuhan dikau (bismi rabbika),” di dalam ayat pertama surat ini implementasinya adalah membaca “bismillaahir-rahmaanir-rahiim” (aku mohon pertolongan Allah Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih). Karena, hanya melalui pertolongan Allah sajalah manusia dapat mencapai apa yang menjadi tujuan utama para pelaku tasawuf atau sufisme, yakni kesempurnaan jiwanya.

Di ayat pertama ini, Allah SWT menyatakan diri sebagai Rabb, yakni manifestasi diri-Nya sebagai pemelihara makhluk-makhluk-Nya hingga menuju kesempurnaan. Dengan demikian, wahyu yang diterima oleh Rasulullah saw. ini, maupun wahyu-wahyu berikutnya, baik yang mewujud sebagai Quran Suci maupun Sunnahnya, adalah sarana bagi beliau untuk menyempurnakan diri menjadi uswatun hasanah bagi segenap umat manusia.

Maka oleh karena itu, beliau berani menjamin bahwa siapa pun saja tak akan tersesat di dalam kehidupan dunia ini selama ia berpegang teguh kepada dua perkara yang beliau wariskan, yakni Kitabullah (Qur’an) dan Sunnahnya.

Ayat kedua Surat Al-‘Alaq menginformasikan kepada kita bahwa manusia seluruhnya diciptakan dari alaq (artinya: segumpal darah). Di tempat lain di dalam Qur’an Suci, disebutkan bahwa proses terjadinya manusia juga melalui suatu tahapan yang disebut ‘alaqah (QS 23:14).

Akan tetapi, menurut Kitab Tajul ‘Arus (Lengkapnya: Taj al-‘Arus al-Hawi li Tahdzib al-Nufuz karya Ibnu ‘Athaillah) dan Lane Lexicon (Kamus Bahasa Arab yang disusun oleh Edward Lane), kata ‘alaq dapat juga diartikan secara lebih sufistik sebagai “kelekatan” dan “kecintaan.”

Merujuk pada arti itu, Dr. Mourice Bucaille, seorang dokter ahli bedah berkebangsaan Perancis, dalam bukunya bertajuk “La Bible le Coran et la Science” (1976), menerjemahkan ayat kedua dari Surat Al-‘Alaq ini dengan “Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.”

Senada dengan Bucaille, Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya bertajuk The Holy Qur’an, juga mengambil arti kedua ini, dan menafsirkan ayat tersebut sebagai “Yang menciptakan manusia dari kecintaan.” (lihat tafsir No. 2770). Ia juga merujuk pada sebuah riwayat Hadits yang menyatakan bahwa Allah berfirman kepada Rasulullah saw.: “Aku suka agar Aku dikenal, maka dari itu Aku menciptakan manusia.”

Ayat ketiga Surat ini berisi perintah membaca, dan diikuti dengan informasi bahwa Tuhan adalah “Yang Paling Murah Hati.” Ini bisa berarti bahwa berkat membaca “bismillaahirrahmaanirrahiim,” derajat manusia akan terangkat dari tingkat alaqah (segumpal darah, yang mengandung arti bahwa betapa tak berartinya asal-mula manusia), menuju tingkat yang mulia, bahkan kemuliaannya bisa melebihi malaikat.

Peningkatan derajat semacam ini selaras dengan maksud dan tujuan tasawuf atau sufisme. Sebagaimana dinyatakan oleh Junaid Al-Baghadi, seorang tokoh sufi terkenal dari Irak, bahwa tasawuf adalah upaya berpindahnya manusia dari tahapan budi pekerti yang tercela menuju budi pekerti yang terpuji.

Ayat keempat yang berbunyi “Yang mengajar manusia dengan pena,” mengandung arti bahwa pena (qalam) bukan saja menjadi alat ampuh untuk mempropagandakan ilmu tentang keesaan Allah, melainkan pula digunakan untuk menyebarluaskan ajaran Islam dan menjaga keaslian Wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw.

Betapa pentingnya peran pena (qalam), dan betapa perlunya manusia mencurahkan perhatian atasnya, sehingga dalam wahyu kedua pun Allah menggunakannya sebagai objek untuk bersumpah (QS Al-Qalam 68:1). Berkat pena, ilmu dan pengalaman suatu generasi dapat ditransfer kepada generasi berikutnya, atau dari seseorang yang memiliki atau dikaruniai ilmu kepada orang lain yang belum mengetahuinya.

Ayat kelima Surat Al-‘Alaq berbunyi, “Yang mengajarkan kepada manusia apa yang ia tak tahu.” Ayat ini seolah menjadi pelengkap penyempurna dari ayat sebelumnya. Kita sekan diberi tahu bahwa ada dua cara yang digunakan Allah dalam mengajar manusia. Pertama melalui  pena (tulisan), yang harus dibaca oleh manusia, guna mengetahui hal-hal yang telah terjadi.

Kedua, pengajaran secara langsung tanpa pena (tulisan), yang banyak  dialami oleh para Nabi Utusan Allah dan orang-orang suci, seperti halnya para waliyullah dan para mujaddid dari abad ke abad. Metode kedua ini boleh jadi mewujud dalam rupa ilham, kasyaf (vision) dan ru’ya (lengkapnya ru’yash-shalihah). Bahkan melalui cara-cara ini,  seseorang tidak hanya mengetahui hal-hal yang telah terjadi saja, melainkan pula dapat mengetahui hal-hal yang sedang dan akan terjadi.

Tasawuf modern

Titus Burckhardt dalam bukunya “An Introduction to Sufi Doctrine” (1976) menyatakan bahwa “peranan sufisme dalam dunia Islam benar-benar seperti hati dalam diri manusia.” Apa yang dinyatakan oleh Titus ini tampak dengan nyata dalam kehidupan Nabi Suci dan para sahabatnya yang mulia, terutama Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin  Abi Thalib.

Sebab, meskipun sebagai kepala negara mereka telah menaklukkan Imperium Romawi dan Kekaisaran Persia, tetapi kehidupan mereka tetap sufistik. Mereka hidup dalam kesederhanaan dan kebersahajaan. Bahkan mereka wafat tanpa meninggalkan warisan berupa istana yang megah ataupun harta yang melimpah.

Memang sejarah mencatat pula bahwa pasca abad ke-4 Hijriah dunia Islam mengalami kemunduran, yang salah satunya disebabkan pula oleh pengaruh sufisme dalam dunia Islam. Perihal kemunduran umat Islam ini telah dinubuatkan oleh Quran Suci, kita bisa baca secara tersirat misalnya dalam ayat-ayat permulaan Surat At-Takwir.

Perihal kemunduran itu juga diberitakan dalam berbagai Hadits Nabi. Misalnya dalam Hadits riwayat Baihaqi dari Ali bin Abi Thalib, yang menyatakan bahwa pada akhir zaman nanti “Islam akan tinggal namanya dan Quran Suci tinggal tulisannya,” dikarenakan umat Islam terpecah dalam dua pola kehidupan. Sebagian terbuai oleh kenikmatan duniawi yang serba glamour, sebaliknya sebagian lagi terjerumus ke dalam kehidupan mistik yang dipengaruhi oleh filsafat Yunani, Kristiani, Persia dan Vedanta.

Dalam era globalisasi yang kompetitif ini, kemajuan sains dan teknologi yang serba materialistik, rasionalistik, verbalistik dan sekularistik digugat, karena tak mampu menjangkau realitas-immaterial yang bersifat subjektif, intuitif dan eksperimentalistik. Tuntutan realitas-immaterial itu hanya bisa dicapai melalui jalur sufisme atau tasawuf modern, yang bersifat Qur’ani, sebagaimana dipraktekkan oleh Rasulullah Muhammad saw. dan para sahabatnya, sebagaimana dinyatakan secara singkat di atas.

Dan untuk mencukupi kebutuhan akan tuntutan itulah, di akhir zaman ini Allah Yang Rahman dan Rahim membangkitkan H.M. Ghulam Ahmad sebagai Mujaddid dalam bidang syariat dan tharikat. Tharikat beliau pada hakikatnya adalah tharikat Rasulullah Muhammad saw. yang menjadi sumber bagi kemajuan manusia, baik di lapangan duniawi maupun ukhrawi. Maka oleh karena itu, Gerakan pembaharuan (tajdid) beliau dinamakan “Ahmadiyah,” yang berarti “pengikut Ahmad (nama nabi muhammad dalam aspek jamaliyahnya).

Untuk menunaikan kewajiban agama bergabung dengan beliau caranya sebagai berikut. Pertama mengucapkan bai’at sbb:

Bismillahir-rahmanir-rahim.

Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar-rasulullah.

Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah; dan saya bersaksi bahwa Muhammad itu Utusan Allah.

Pada hari ini saya menyatakan diri sebagai pengikut Gerakan Mujaddid Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Masih yang dijanjikan dan Mahdi.

Dengan segala keikhlasan hati saya bertobat atas dosa saya sampai hari ini, dan saya berjanji akan menjauhkan diri dengan sekuat-kuatnya dari segala perbuatan dosa.

Saya berjanji dengan sekuat-kuatnya hendak menjunjung agama melebihi dunia. Dengan sekuat-kuatnya saya hendak menetapi  shalat, zakat, puasa dan naik haji ke Mekkah. Dengan sekuat-kuatnya saya hendak tabligh agama Islam dan meluaskan Gerakan Ahmadiyah seperti yang diperintahkan oleh Gerakan Ahmadiyah Indonesia.

Ya Allah, ya Rabbi! Saya mohon ampun atas kesalahan saya, dan mohon perlindungan dari dosa. Ya Tuhan, saya mengakui kesalahan saya, maka ampunilah kesalahan saya, karena tidak ada yang dapat mengampuni kesalahan selain Engkau.”

Lalu sesudah berbai’at, pengikut gerakan tajdid akhir zaman ini diharuskan mengikrarkan janji suci, yang dikenal sebagai ”Janji Sepuluh” sbb:

  1. Selama hidup tak akan berbuat dosa syirik (yaitu menyembah Tuhan selain Allah).
  2. Akan mengingkari segala macam kejahatan, seperti misalnya: berdusta, berzina, memandang orang lain dengan nafsu birahi, khianat, sewenang-wenang, mengacau dan berbuat bencana, lagi pula tak akan tunduk kepada meluapnya hawa nafsu.
  3. Akan tekun menjalankan  shalat lima waktu sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasul-Nya; dan dengan sekuat-kuatnya akan menjalankan shalat tahajjud, dan memohonkan rahmat atas  Nabi Suci  (sholawat), memohon perlindungan daripada dosa (istighfar),  mengucapkan syukur atas nikmat Ilahi (tasyakur), memuji dan memahasucikan Allah (tahmid dan tasbih).
  4. Tak akan menyakiti sesama manusia, teristimewa kaum Muslimin, baik dengan tangan, lisan ataupun  dengan cara-cara lain.
  5. Akan tetap  setia  kepada Allah,  baik di waktu  senang maupun susah, di waktu  kecukupan maupun kesempitan, di waktu sehat maupun sakit; dan akan  menghadapi  segala kesukaran  dan kehinaan  di jalan  Allah  dengan gembira; di saat-saat  derita  tak akan mundur selangkah  pun  bahkan semakin menguatkan  tali pengikat dengan Allah.
  6. Akan menjauhkan diri dari  kelakuan buruk atau menurut ajakan nafsu  daging; dan akan mentaati sepenuhnya segala perintah  Qur’an Suci; dan akan menjunjung tinggi sabda Allah dan Rasul-Nya sebagai pedoman hidup.
  7. Akan menjauhkan diri dari kesombongan, dan sebaliknya akan hidup dengan andap asor, rendah hati dan lemah lembut.
  8. Akan menjunjung tinggi kehormatan agama Islam melebihi apa saja, bahkan melebihi jiwa, harta, tahta , anak dan saudara.
  9. Akan mencintai sesama manusia demi cinta saya kepada Allah; dan dengan sekuat-kuatnya hendak menggunakan nikmat pemberian Allah untuk kebahagiaan umat manusia.
  10. Akan mentaati  perjanjian ini sampai mati, dan dengan segala  keikhlasan akan meneguhkan tali persaudaraan ini lebih daripada ikatan keluarga dan ikatan-ikatan lainnya.

Penulis : K.H. S. Ali Yasir | Ketua Umum PB GAI Periode 1995 – 1999

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comments (1)

  1. Assalamu’alaikum wrwb.
    Saya mencoba mengritik paragraph di bawah ini.

    ===6. Akan menjauhkan diri dari kelakuan buruk atau menurut ajakan nafsu daging; dan akan mentaati sepenuhnya segala perintah Qur’an Suci; dan akan menjunjung tinggi sabda Allah dan Rasul-Nya sebagai pedoman hidup.==

    Apakah Ahmadiyah Lahore mentaati perintah2 ALLAH dan as sunnah Rasul dibawah ini?

    1. Mubaligh2,doi2 dan usztad2 haram menerima uang dari pengikut2 dan sponsor2 dalam menyampaikan risalah2 ALLAH kepada masarakat.

    Katakanlah: “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan [mengharapkan kepatuhan] orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya. QS 25:(57)

    Hai kaum ku : Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.QS 36: (21)

    Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. QS. 26:109)

    Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan [Al Qur’an]”. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat.QS 6: (90).

    2. Rasul tidak dibolehkan oelh ALLAH menerima uang dari siapa saja dlm menyampaikan risalah2 ALLAH, maka Rasul mencari nafkah dengan berwirasawsta,berniaga sampai beliau menjadi seorang pedagang berprestasi dan jujur amanah dijuluki oleh masarakat Al AMIN.

    Sesungguhnya pedagang2 yang jujur dan benar akan berada di bawah naunganArsy ALLAH pada hari kiamat.HR Dailami.

    Bahwa 90% dari pengasilan beliau (Muhammad saw) datang dari hasil perdagangan,10% yang datang dari hasil perternakan.HR Dailami.

    ALLAH lebih senang muslim yang kuat iman dan ekonominya dari pada muslim yang lemah. HR Muslim.

    3. ALLAH melarang menjadikan orang2 ALIM sebagai seorang yang suci dari kesalahan2 sebagai manusia.Yang Suci dan tidak bisa bersalah dan berdosa itu hanya ALLAH dan Malaikat saja.

    Apakah pengikut2 Ahmadyah beranggap bahwa HMGA itu adalah orang suci,artinya semua fatwa2nya harus dikuti tanpa reserve?

    Ini larangan ALLAH tertulis dlm Al Quran.

    Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah [6], dan ..QS 9:31,

    Orang2 Kristen telah mentuhankan orang2 Alimnya, oleh karena itu ALLAH mengingatkan Rasul dan pengikut2nya agar jangan mengikuti umat terdahulu yaitu mentuhankan orang2 alimnya.
    Orang2 alim ini telah menyimpang dari ajaran Bible.

    3. ALLAH memerintahkan kepada Rasul untuk beriman kepada wahyu2 ALLAH di Bible(taurat,zabur dan Injil). QS 3:1-7.

    Apakah pengikut2 Ahmadiyah benar2 beriman dan mengamalkan wahyu2 ALLAH di Bible yg tidak bertentangan dgn Al Quran?

    4. ALLAH dan Rasul tidak ada menjelaskan bahwa kitab2 ALLAH sebelumnyanya itu sudah PALSU atau dipalsukan oleh manusia. Apakah pengikut2 Ahmadiyah masih tetap percaya bahwa wahyu2 ALLAH di Bible itu semua sudah palsu sebagaimana ulama2 Salaf dan ulama2 Fundamentalis berpendapat bahwa Bible itu sudah palsu.

    Sedangkan ALLAH dan Rasul2 mengatakan dlm al Quran dan bible bahwa kitab2 ALLAH dijamin kesuciannya dari tangan2 manusia dan jin2 sampai hari kiamat.

    Malah ALLAH menjelaskan dlm Bible ( Rev.22:18.Matthew. 24:35,Matthew 5:18 Psalm 102:26 ,Psalm 119:89 ) dan Al quran bahwa ALLAH akan menjamin semua wahyu2Nya dari pemalsuan dari tangan2 manusia dan jin.QS 80:(16). Qs.6:115.(QS.15:41). QS 39;(62).

    5. Menurut ulama2 salafi dan syiah Fundamentalis wajib mendirikan sistem pemerintahan Syariat Islam. Dan sistem seculer-demokrasi adalah haram karena ciptaan manusia Barat (kafir).

    Apakah pengikut2 Ahmadiyah percaya bahwa ALLAH dan rasul memerintahkan manusia untuk mendirikan sistem Syariat Islam.Apakah ada perintah itu dlm al Quran secara explicit?

    Kami berkeyakinan bahwa sistem pemerintaan seperti Saudi dan Iran adalah sbukanlah sistem Syariat Islam tapi sistem komunis berbaju Islam. Sistem komunis itu adalah RACIST,diskriminasi, tidak adil, zolim, tidak ada kemerdekaan beragama,berkaykinan ,berexpressi dan berbicara.

    Kami berkeyakinan bahwa sistem Syariat Islam yang tertulis dlm al Quran adalah sistem Secular-demokrasi.

    Dalilnya;
    SECULAR.
    Bismilahirrahmanirrahiim.
    Hai orang-orang yang beriman, (1) taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan(2) ulil amri di antara kamu. QS 4:59.
    Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya.Dan kalau mereka menyerahkannya kepada ( 1) Rasul dan( 2 ) Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). QS.4:83
    Artinya ada 2 institute; satu adalah Ulil Amri,pemerintahan yang syah yang wajib ditaati.Kedua adalah taati ALLAH dan Rasul sebagai wakil dari agama Islam,yang mempunyai autoriti tentang agama Islam.Disamping itu tentu ada pula gol.Kristen dan Yahudi dll ,semua golongan2 itu wajib mentaati peraturan Ulil amri atau pemerintahan.
    Jadi pemerintah dan Gereja,Mesdjid,temple dll adalah terpisah.

    DEMOKRASI DALAM ISLAM.
    “..dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan2 ( duniawi seperti sistem
    pemerintahan,tentara, polisi dll ) itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. QS 3:[159].
    Dan [bagi] orang-orang yang menerima [mematuhi] seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan2 mereka ( urusan tentara,polisi,warisan dll) [diputuskan] dengan musyawarat antara mereka (yahudi,nasrani,mukmin ); dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (38)QS 42:(38).

    Dalam menentukan peraturan2 yang berkenaan dengan masalah duniawi–hablul minnas, haruslah bermusyawarah dengan golongan2 lainnya dan kalau tidak tercapai dalam musyawara,maka solusi lainnya adalah voting suara atau pemilihan umum dalam menentukan siapa yang menjadi pemimpin umat atau President sebuah bangsa yang pluralistik.

    Demikian kritikan2 saya kepada saudara2 saya di Ahmadiyah,
    kalau ada waktu mohon di respond,bagaimana pendapat ahmadiyah dgn ayat2 yang saya sampaikan sebagai pedoman dlm membantah pendapat Ahmadiyah.

    With Love
    http://muslimbertaqwa.blogspot.com/p/secular-islam.html
    alatif.

Comment here

Translate »