ArtikelEdisi Kemerdekaan

Ahmadiyah dan Perkembangan Gerakan Keislaman di Indonesia

Ahmadiyah Lahore yang diperkenalkan oleh Mirza Wali Ahmad Baig, yang berkembang mula-mula di Yogyakarta, dapat dikatakan sebagai suatu sumber ilham dan pemikirannya menjadi panutan bagi beberapa muslim terkemuka di Indonesia, dan juga banyak mempengaruhi kalangan intelektual muda Indonesia.

Oleh: Nanang R.I. Iskandar | Majelis Amanah Organisasi GAI

Dalam Jalsah dengan tema Revitalisasi Peran GAI dalam Peta Pemikiran dan Gerakan Keislaman di Indonesia, saya mendapat tugas untuk menyajikan makalah dengan judul seperti tersebut di atas. Dari analisa judul, jelas bahwa tokoh-tokoh muda dalam Panitia Jalsah telah menyadari perlunya revitalisasi peran GAI dalam gelanggang percaturan Gerakan Keislaman di negeri Indonesia yang kita cintai ini.

Memang benar bahwa intelektual Islam yang memahami Ahmadiyah, telah mendapatkan spirit Islam atau daya juang dalam amar ma’ruf nahyi munkar yang sangat gigih dalam perjuangan untuk melawan imperialisme Belanda, baik melalui politik, maupun melalui perjuangan lain pada periode sebelum kemerdekaan Indonesia. Dalam kondisi sekarang ini, ada kesan timbul-nya keinginan agar Ahmadiyah tampil lagi dalam melanjutkan misi-misi sucinya, yakni mengenalkan Keindahan Islam, atau Keindahan Akhlak atau Keindahan Budi Pekerti, agar secara utuh tampak bahwa opini dunia yang memberi kesan bahwa Islam identik dengan terroris, cepat dapat terhapus dari masyarakat global.

Gerakan Keislaman di Indonesia, menurut Penulis cakupan pemahamannya sangat luas. Gerakan Keislaman dapat diartikan:

  1. Pergerakan Islam formal, non politik dengan basis Islam, misalnya: NU, Muhammadiyah, Persis, Syarikat Islam Indonesia, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, HMI, PII, IMM, dan seterusnya. Last but not least, juga Gerakan Ahmadiyah Indonesia. Selain itu juga dalam bidang Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan, misalnya: PIRI, Asy-Syafi’iyah, Pondok Pesantren Gontor, Krapyak, Tebu Ireng, TPA, dan seterusnya.
  2. Pergerakan Islam non formal, misalnya Pengajian Kompleks Gajah Mada, Kerukunan Keluarga Muslim Baciro, Kerukunan Keluarga Kebayoran, Pengajian Yasinan RT, Kelompok Reboan, Grup Diskusi, dan sebagainya.
  3. Pergerakan Islam formal di bidang politik, yakni organisasi yang pemimpinnya, atau ketuanya, atau penggeraknya, atau lokomotifnya adalah orang yang beragama Islam. Organisasinya adalah formal organisasi politik, misalnya pada masa awal kemerdekaan adalah Masyumi, PSII, NU, Perti dan sebagainya, dan kini adalah PPP, PBB, PAN, PKB, PBR, PKS, dan sebagainya.
  4. Pergerakan orang Islam, formal non politik, yakni pergerakan selain politik, yang dipimpin oleh orang Islam. Organisasinya formal di bidang bisnis, misalnya: Pengusaha Umroh, Busana Muslim, Makanan muslim, dan seterusnya.
  5. Pergerakan orang Islam yang bertugas sebagai pejabat penyelenggara negara, bidang sipil maupun militer, baik executive, legislative atau yudicative, misalnya anggota DPR, MA, Presiden, Gubernur, Walikota, Menteri dst-nya.
  6. Gerakan spiritual Islam, misalnya Gerakan spiritual yang awalnya berbasis pemahaman Islam, namun karena budaya setempat sangat dominan, nilai-nilai luhur Islam tidak terserap secara utuh, misalnya berbagai aliran kebatinan atau aliran kepercayaan yang sangat banyak jumlahnya di Indonesia
  7. Gerakan Islam lain-lain, misalnya mengaku organisasi atau orang Islam namun tidak secara utuh sehingga menimbulkan hal-hal yang justru tidak menciptakan damai seperti arti Islam sesungguhnya, namun brutal, malah justru meresahkan masyarakat, misalnya kelompok DR. Azahari dan kawan-kawan atau yang sejenis.

Sebelumnya, penulis menyampaikan beberapa hal dalam makalah ini :

  1. Apabila menyebut Ahmadiyah, persepsinya bahwa Ahmadiyah adalah sebagai paham dalam Islam, atau isme dalam Islam, bukan sekte dalam Islam. Pahamnya atau ismenya adalah bahwa:Bahwa tidak ada dakwah Ahmadiyah, yang ada adalah Dakwah Islam
    • Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Rasulullah. Nabi Muhammad saw adalah khataman nabiyyin, nabi terakhir dan tidak akan turun nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru. Sementara Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid abad 14, Masih yang dijanjikan dan bergelar Mahdi.
    • Sesuai dengan namanya, Ahmadiyah adalah sebagai Gerakan Islam yang bersifat jamali, atau mengedepankan Keindahan Islam, Keindahan Akhlak, atau Keindahan Budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari,
    • Ahmadiyah adalah organisasi Pergerakan Islam yang kegiatannya adalah Syiar Islam, Tabligh dan ada yang menyebutnya Dakwah
    • Ahmadiyah, baik sebagai anggota, maupun Badan Hukum, organisasinya adalah sebagai Hamba Allah, pelayan Islam, sebagai prajurit samawi, menghormati, menjaga dan membela Islam dan Lembaga-lembaga Islam lain
    • Ahmadiyah adalah salah satu komponen dalam Keluarga Besar Islam
  2. Bahwa tidak ada dakwah Ahmadiyah, yang ada adalah Dakwah Islam
  3. Bahwa tidak ada dikotomi antara Ahmadiyah dan Islam

 

LATAR BELAKANG PENULISAN MAKALAH
Berkenaan dengan tema Jalsah, Panita telah memberikan Judul dan point-point sbb :

  1. Apakah Ahmadiyah memiliki pengaruh terhadap perkembangan Gerakan Keislaman di Indonesia?
  2. Seberapa signifikankah pengaruh tersebut?
  3. Adakah fakta-fakta yang bisa diungkapkan berkaitan dengan pengaruh tersebut?
  4. Sejauh mana keterlibatan Ahmadiyah dalam Gerakan Keislaman di Indonesia?

 

METODE
Untuk merespons pertanyaan tersebut, pertama-tama tentunya saya akan memberikan metode untuk menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan dua pendekatan:

Pendekatan konseptual
Ahmadiyah mempunyai sifat jamali, mempunyai sifat Keindahan Islam. Dalam makalah ini yang dimaksud dengan Keindahan Islam adalah seseorang yang mengupayakan agar dirinya selalu berdasarkan 5 point dalam segala tindakannya dan 5 point tersebut adalah mengutamakan:

  1. Haq
  2. Jujur dalam sikap; tulus, berdasar fithrah, berdasar hati nurani insan
  3. Benar dalam berkata; tidak bohong, bukan Bp. Omdo atau seperti Kiyai Bijarkoni (Omdo: omong doang; Bijarkoni: Biso ngajar ora biso nglakoni)
  4. Adil dalam bertindak, mempunyai empati, tepat janji, dan seterusnya.
  5. Sabar dalam ibadah, sabar dalam berjihad, sabar dalam musibah, sabar dalam ….

5 point ini adalah untuk menjawab pertanyaan di atas. Dengan demikian pertanyaan selanjutnya adalah: Apakah 5 point tadi telah secara nyata berpengaruh pada diri seseorang? Yang dapat tepat menjawab pertanyaan ini adalah setiap orang yang mau mengevaluasi dirinya sendiri, atau berani berintrospeksi, dan dalam bahasa Jawa adalah Mulat Sariro Hangroso Wani. Apakah seseorang sebagai anggota, sebagai pengurus organisasi, pegawai pemerintah, pejabat, dan sebagianya, belum mengevaluasi diri? Kalau belum berintrospeksi, sekaranglah saatnya mulai menilai diri sendiri dan menganalisanya dengan pisau 5 point.

Pendekatan teknis
Apakah sudah melakukan ibadah secara utuh, bagaimana infaq, zakat dan sedekah? Apakah sudah menepati Janji? Sejauh mana hasil yang nyata untuk mayarakat? Apakah sudah menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan amanah organisasi?

Pertanyaan teknis ini dapat dikembangkan sendiri oleh yang bersangkutan.

AHMADIYAH DAN ORGANISASI AHMADIYAH

1. Ahmadiyah dan Gerakan Ahmadiyah Indonesia

Respons terhadap pertanyaan ke-1
Apakah Ahmadiyah (GAI) memiliki pengaruh terhadap perkembangan Gerakan Keislaman di Indonesia?

Dengan pendekatan konseptual
Dengan pendekatan konseptual yang 5 point, apakah 5 point tadi telah berpengaruh pada Gerakan Ahmadiyah Indonesia? Yang dapat tepat menjawab pertanyaan ini adalah setiap diri anggota Ahmadiyah sendiri terhadap status dirinya. Apakah seseorang sebagai anggota; anggota pengurus, baik cabang maupun pengurus PB, atau anggota Majelis Amanah telah melaksanakan tugas kewajibannya dengan sungguh-sungguh, ataukah sambilan? Kalau belum menganalisa diri dengan pisau 5 point, sekaranglah saatnya segera setiap Ahmadi mulai menilai diri sendiri dan menganalisa dengan pisau 5 point, mulailah do something, kerjakan sesuatu untuk kebaikan, dan selalu hanya untuk Allah semata-mata, dan kendaraan dakwahnya, oleh karena anggota, adalah Gerakan Ahmadiyah Indonesia.

Salah satu ciri keberhasilan dengan pemakaian 5 point adalah apabila seseorang mendapat kepercayaan masyarakat, misalnya menjadi Ketua RT, atau organisasi apapun.

Dengan pendekatan teknis
Apakah sudah melakukan infaq, zakat, sedekah untuk Gerakan Ahmadiyah Indonesia? Apakah sudah menepati Janji 10? Apakah sudah menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan amanah organisasi? Bagaimanakah pelaksanaan ibadah? berapa kalikah tahajud dalam seminggu, sebulan, setahun?

Pertanyaan-pertanyaan kegiatan teknis ini dapat bervariasi, dan dikembangkan sendiri oleh yang bersangkutan.

Respons terhadap pertanyaan ke-2
Seberapa signifikankah pengaruh tersebut?

Pengaruh yang signikan dan yang tidak signifikan, atau besar kecilnya dapat dikuantitatifikasikan apabila semua kegiatan teknis dapat dilakukan tercatat dengan baik, dan kemudian ditindaklanjuti untuk peningkatan perbaikan. Misalnya, infaq saya untuk GAI per bulan apakah secara rutin terlaksana? Apabila anggota rutin melaksanakan infaq, sense of belonging atau rasa mempunyai GAI timbul, dan akhirnya si anggota lebih berani bicara untuk merevitalisasi GAI, dibanding anggota yang tidak pernah bayar infaq.

Hak timbul setelah kewajiban dilaksanakan. Oleh karena si anggota memberi infaq, harapan si anggota tentu sangat besar terhadap GAI. Kita semua harus cukup tanggap dalam hal ini, dan saling ingat mengingatkan (QS 103:1-3). Apakah tetap diam saja dan ayem-ayem, sedangkan anggotanya mengharapkan banyak kepada GAI. Bila zakat tidak diserahkan ke GAI. Jelas bahwa pengaruh ke GAI ada, namun negatif. Apabila sedekah atau dana spontanitas untuk GAI sangat besar, dengan sendirinya kita pun berharap agar peranan GAI semakin besar, atau semakin berkualitas. Sudahkah demikian kenyataannya? Insya Allah makin lama makin baik dan manfaat yang diharapkan timbul juga akan makin banyak. Kita semua pasti akan kecewa kalau mengharapkan kemajuan kita dari orang lain, kepada Allah-lah satu-satunya harapan kita.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu bangsa sehingga bangsa itu mengubah keadaannya sendiri (QS 13:11)

Kesusahan dan kesenanganmu, kerugian dan keuntungan itu tidak ada hubungannya dengan anasir atau fenomenon alam seperti, bulan, bintang dan pohon; demikian pula tidak tergantung dari seseorang, baik ia seorang pertapa, pendeta, resi, wali, Nabi, rakyat atau raja. Semua itu terletak dalam tanganmu sendiri, baik mengenai nasib baikmu maupun nasib burukmu; Allah hanya menetapkan ukuran yang tak berubah-ubah. (Khawaja Kamaluddin)

Hendaklah dipahami betul bahwa Kebangkitan Islam ini adalah rencana Allah, orang lain selalu siap menggantikan si pemalas yang berpangku tangan dalam kerja besar untuk pembangunan Kerajaan Allah ini. Berbuat baik adalah lomba yang tak pernah berakhir….

 Wahai saudaraku yang tercinta! Saat ini adalah saat yang paling baik untuk memperjuangkan agama yang saudara cintai. Sadarilah akan pentingnya saat ini Janganlah saudara sia-siakan kesempatan yang baik ini. Karena jika saudara sia-siakan, saudara akan kehilangan kesempatan yang baik untuk berkorban. Apakah saudara akan sampai hati tak ikut berjuang sebagai pengikut Nabi Besar Muhammad saw? (Imam Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Mujaddid, Masih dan Mahdi)

Respons terhadap pertanyaan ke-3
Adakah fakta-fakta yang bisa diungkapkan berkaitan dengan pengaruh tersebut?

Untuk ini, saya tidak tahu secara jelas ada fakta atau tidak ada fakta, namun kalau respons ke-2 sudah dilaksanakan, yakni semua data dan fakta telah dikumpulkan, tinggal dikalkulasi secara sederhana dan kalau sudah, diolah oleh GAI. Dan dengan kerja sama yang baik dapat dibuat statistik. Signifikan atau tidaknya segera akan diketahui. Kalau kita kerja keras bersama-sama sekarang, insya Allah, secepatnya kita akan mengetahuinya. Bila tertib administrasi sudah dilaksanakan baik, pasti laporan data-datanya, dan fakta-faktanya telah dapat diolah. Kecuali kalau dari PB sudah mengadakan studi awal, atau mungkin Panitia Jalsah, atau pemrakarsa yang tertarik dan telah melaksanakannya, tanpa sepengetahuan organisasi, misalnya survey pribadi.

Respons terhadap pertanyaan ke-4
Sejauh mana keterlibatan Ahmadiyah dalam keterlibatan Gerakan Keislaman di Indonesia?

Keterlibatan Ahmadiyah (5 point), yang telah ada pada diri Para Anggota Ahmadiyah terhadap Gerakan Ahmadiyah Indonesia adalah sejauh mana tingkat kualitas iman dan amal masing-masing anggota dalam mengimplementasikan 5 point dalam Gerakan Keislaman (GAI) di Indonesia. Ukuran kualitas iman secara sederhana adalah sejauh mana tingkat 5 point yang diaplikasikannya pada tingkat rasa syukur, tingkat berkorban untuk kemajuan GAI dibanding untuk kepentingan diri sendiri, dan di tingkat-tingkat masalah lain yang bersifat kualitatif.

2. Ahmadiyah dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Dengan metode pendekatan konsepsional yang telah diutarakan di atas, Respons pertanyaan 1, 2, 3, 4, yang tepat dapat menjawab secara teknis tentunya anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

3. Gerakan Ahmadiyah Indonesia dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Seperti telah dimaklumi bahwa masing-masing organisasi tersebut di atas mempunyai Badan Hukum sendiri-sendiri. Sistem organisasi kepemimpinannya berbeda dan tidak ada hubungan administratif antara keduanya. Pernah ada permintaan dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia untuk mengisi ceramah namun permintaan ceramah tidak ditujukan kepada organisasi Gerakan Ahmadiyah Indonesia, permintaannya ditujukan secara perorangan. Pendekatan secara organisasi boleh dikatakan tidak pernah ada.

AHMADIYAH DAN PERGERAKAN ISLAM DI INDONESIA

Masa antara 1900 hingga tahun 1945
Menyadari bahwa Indonesia adalah sapi perahan Belanda, Wilhelmina melaksanakan politik Etis atau politik balas budi di Indonesia. Pada September tahun 1901, Pemerintah Belanda mengumumkannya di Parlemen Belanda. Kemudian dilaksanakanlah awal kegiatan pendidikan di Hindia Belanda (Indonesia belum lahir). Dengan mulai diberikannya pendidikan kepada penduduk, kesadaran dan keterbukaan rakyat terhadap pengetahuan timbul.

Pada tahun 1905 Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam yang basisnya adalah pedagang di Lawiyan, Surakarta. Kegiatan ini kemudian membentuk sebuah kumpulan yang disebut Marsudi Kaslametan Donya Akherat. Untuk masyarakat umum, SDI mengadakan kegiatan penyiaran Islam dengan membentuk organisasi khusus namanya Sidik, Amanah, Tabligh, Fathonah. Kegiatan ini sangat berpengaruh dan bahkan telah terbit tafsir Quran dalam bahasa Jawa karya Bagus Arofah.

Kegiatan baru yang sangat militan ini dirasakan berbahaya oleh yang mapan, yakni Belanda. Strategi Belanda adalah menugaskan Sayid Usman bin Agil bin Yahya untuk berfatwa. Fatwanya adalah melarang Quran untuk ditafsirkan, dan khutbah harus dalam bahasa Arab. Selain itu H. Samanhudi juga didakwa sebagai pembunuh dalam peristiwa Sekaten di Surakarta. R. Oemar Said Tjokroaminoto segera menjadi Tampuk Pimpinan SDI dan SATF bersama dengan H. Agoes Salim. Gerakan Keislaman semakin teratur, berencana dan pengaruhnya makin besar dan meluas keluar Jawa.

Menyadari Gerakan Keislaman berkembang, Belanda secara sepihak mencabut kontrak politik Vorstenlanden dan Pemerintah Hindia Belanda. Daerah Yogyakarta dan Surakarta yang semula tertutup bagi Zending dan Missi Kristen dicabut. HOS Tjokroaminoto, orang muda, pemimpin yang ternyata bercita-cita tinggi, mulia dan sangat militan itu, menjawab tindakan Belanda dengan politik, yakni mengubah SDI menjadi Sarekat Islam, meskipun kegiatan dagang tetap berjalan. Setelah itu SI hampir tumbuh di segenap Hindia Belanda. Belanda sakit meriang.

Politik Etis yang dijalankan Belanda justru membangunkan semangat anti imperialisme yang tidak diduga sebelumnya. Sejak SDI berubah menjadi SI pada tahun 1911, kegiatan politik, tata negara dan ekonomi makin besar porsinya dan penyiaran Islam kurang terpelihara. K.H. Ahmad Dahlan mengambil alih kegiatan SATF dengan mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912. Organisasi Muhammadiyah ini militan dan dikenal sebagai kaum muda yang dalam pergerakannya kemudian berbenturan dengan yang dianggap kaum kolot. Yang dianggap kaum kolot oleh karena berbenturan terus dengan kaum muda, kemudian membuat organisasi sendiri pada tahun 1926 di Surabaya dan menyebutnya dengan Nahdlatul Ulama. Tokoh yang sangat berpengaruh di Nahdlatul Ulama di antaranya adalah K.H. Hasyim Asy’ari. Pendiri NU di antaranya adalah K.H. Wahid Hasyim, putera dari K.H. Hasyim Asy’ari. K.H. Wahid Hasyim berputera Gus Dur.

Prof. H. Maulana Khwaja Kamaluddin, B.A. LLB., seorang muballigh dari Ahmadiyah mengadakan ceramah di Surabaya pada tahun 1921. Pemikiran-pemikiran keagamaan yang diajarkan Ahmadiyah menawarkan pilihan yang lebih luas dan membuka wawasan baru dalam memahami Islam dengan lebih rasional. Semangat memberikan pengertian mengenai Kristen dan peradaban barat dapat diterima oleh pendengar maupun pem-baca artikelnya. Ceramahnya di Surabaya telah diterjemahkan dan dibukukan oleh H.M. Bachrun dengan judul Rahasia Hidup.

Pada tahun 1924 datang Mirza Wali Ahmad Baig yang mengenalkan diri sebagai Mubaligh dari Ahmadiyah di Yogyakarta dan langsung dapat diterima oleh kaum intelektual Muhammadiyah. Wali Ahmad Baig mengatakan bahwa tujuan Ahmadiyah ada dua:

  1. Mengumpulkan orang-orang Islam di dunia di bawah satu bendera Islam, yaitu Islam sejati;
  2. Menyiarkan Agama Islam sebagai agama yang cocok dengan kejadian manusia di seluruh dunia. Untuk dua maksud itulah Ahmadiyah melakukan tabligh ke seluruh dunia.

Ketertarikan H.O.S. Tjokroaminoto terhadap Ahmadiyah sangat tinggi, dan beliau segera menerjemahkan buku Da’watoel Amal (Adjakan Bekerdja) karya Maulana Muhammad Ali, yang kemudian dicetak oleh Pertjetakan Moehammadijjah, di Gerdjen Yogyakarta. Bahkan menurut Muhammad Irshad, beliau adalah anggota Ahmadiyah pertama di Indonesia. Pada tahun 1926, Muhammadiyah mulai menjaga jarak dengan Ahmadiyah, dan kemudian pada tahun itu berdiri Muslim Broederschap yang didirikan oleh R. Ng. Djojosoegito dan Moh. Hoesni. Kemudian Jong Islamieten Bond berdiri.

Pada tahun 1927, datang ulama anti Ahmadiyah yakni Abdul Alim Siddiqi yang berceramah hebat sekali dan mencerca Ahmadiyah, sehingga banyak yang terpengaruh. Pada tahun antara 1920 hingga 1930, memang kancah kegiatan diskusi Islam telah berkembang dengan subur, namun juga mulai ada keretakan-keretakan antar pimpinan organisasi Islam.

Muhammadiyah dan Sarekat Islam yang mulai ada keruwet-an sejak 1920, kemudian meminggirkan H.O.S. Tjokroaminoto. Pada tahun 1928 berdiri Gerakan Ahmadiyah Indonesia yang didirikan oleh R. Ng. Djojosoegito, ketua Muhammadiyah cabang Purwokerto. Hal ini juga karena ada kerisauan dari yang mapan terhadap gerak atau greget semangat muda dari yang ingin maju. Belanda yang sakit meriang sejak menghadapi SI di tahun 1911, segera mencabut politik Etisnya pada tahun 1919. Belanda merasa senang dengan timbulnya pergolakan di kalangan elit-elit Islam. Di sini juga dapat diperhatikan bahwa yang mapan, merasa terganggu bila ada yang baru, yang mau maju. Muslim dengan semangat yang mau maju namun yang mapan terusik, terjadilah terus benturan-benturan.

Pada tahun 1930, Mirza Wali Ahmad Baig pindah ke Purwokerto, dan pulang ke Pakistan tahun 1937. Namun buku Holy Quran dan Religion of Islam telah berhasil diterjemahkan oleh Bp. R. Soedewo PK ke dalam bahasa Belanda dan buku-buku inilah yang menggetarkan semangat para intelektual Islam untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sehingga Indonesia berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, yang diproklamirkan oleh Soekarno, salah satu murid H.O.S. Tjokroaminoto.

 Masa antara 1945 hingga 1985
Dengan Proklamasi 17 Agustus 1945, Gerakan Perjuangan Kemerdekaan makin hebat ditentang oleh yang merasa mapan, yakni Belanda. Padahal Belanda sudah menyerah oleh Jepang pada tahun 1942, namun ingin berkuasa kembali. Hal inilah yang kemudian menimbulkan masa pergolakan dari tahun 1945 hingga 1950 dan terjadi Perang Kemerdekaan I, dan juga Perang Kemerdekaan II. Namun demikian, pada tahun 1947 dapat didirikan PIRI yang telah mengakui bahwa Pancasila sebagai Dasar Negara.

Pada tahun1950 – 1965, Pergerakan Islam formal partai Masyumi yang mewakili tokoh-tokoh modern Islam, dan tokoh-tokoh yang mewakili Islam tradisional yakni NU dominan dalam mengambil peran di Indonesia. Tokoh yang sangat dikenal dan sangat berpengaruh adalah Buya Hamka. Para intelektual Islam, baik yang di pemerintah maupun di militer berjuang untuk mengisi kemerdekaan. Pada periode ini Quran Suci Bahasa Jawa, dan Wedharing Sabda Kawasa alhamdulillah dapat terbit. Sekali lagi kemudian syukur alhamdulillah, berkat kerja keras Bapak H.M. Bachrun, Quran Suci yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 1979 dapat berhasil diterbitkan dan mulai dikenal masyarakat. Pada periode tahun 1965 – 1985, kesadaran menjalankan agama setelah PKI dibubarkan makin meningkat dengan ditandai makin banyaknya umat yang melakukan ibadah Jumat dibanding masa 1945 – 1965. Namun mungkin karena kurang mantap dalam menjalankan agama, mulai tahun 1970 – 1985 banyak Gerakan Spiritual atau aliran kebatinan yang muncul dan di samping itu, mulai ada upaya pemerintah untuk kestabilan. Berdirilah kemudian MUI, MAWI, DGI, WALUBI dan sebagainya. Hampir semua Gerakan Keislaman diteliti dan Ahmadiyah pun pernah diteliti oleh Departemen Agama di tahun 1984.

Masa antara 1985 hingga 2005
Untuk masa kini, secara teori, 5 point yang diutarakan di atas, apabila diterapkan atau diaplikasikan pada Pergerakan Islam di Indonesia, hasilnya akan banyak disparitasnya oleh karena, filosofi, policy dan teknis pelaksanaan atau praksisnya sangat heterogen. Namun apabila 5 point tersebut dapat diterapkan sebagai acuan, pendapat saya bahwa Pergerakan Islam di Indonesia, baik organisasi formal maupun organisasi non formal, semua Pergerakan Islam di Indonesia akan makin berkualitas.

Dengan perkataan lain apabila mengutamakan Dinul-Haq dengan cara persuasif dalam interaksi personal, antara yang telah memahami Ahmadiyah dan yang belum memahaminya, insya Allah respons pertanyaan ke 1, 2 ,3 dan 4 akan menuju peningkatan kualitas. Keyakinan saya adalah bahwa Allah adalah Rabbal alamin, Rabb adalah Pencipta dan Penyempurna dan Penentu segala sesuatu, sesuai dengan qadarnya (QS 87:1-3).

Pada periode ini, setelah Buya Hamka wafat, tokoh muda yang muncul adalah Nurcholis Majid, Gus Dur (Abdul Rahman Wahid), Amin Rais, Zainuddin M.Z., Kosim Nurseha, Imaduddin, Abdul Qadir Djaelani, dan seterusnya. Ekonomi Syari’ah kemudian diperkenalkan, dan dengan adanya Bank Syariah yang maju, mulai diwaspadai oleh Bank konvensional. Asuransi Syariah berdiri. ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) berdiri.

Pada tahun 1998, Bp. Habibi menjadi Presiden, kemudian diganti Gus Dur dan pada era Gus Dur inilah demokrasi mulai menggelinding deras. Nampaknya semua paham apapun terbuka dengan bebas di Indonesia. Jaringan Islam Liberal, Darut Tauhid, Hizbut Tahrir mulai berkiprah di Nusantara ini. Abdullah Gymnastiar, Arifin Ilham, Ari Ginanjar, Syafei Antonio, ahli Ekonomi Islam, Kiyai Kanjeng, seniman yang mumpuni muncul.

Yang sedih dan mengagetkan adalah juga terjadinya bom bunuh diri. Bali, Hotel Marriot, Kedutaan Besar Filipina, Kedutaan Besar Australia, Pasar Senen adalah saksi sejarah terjadinya bom, suatu tindakan brutal yang sangat meresahkan masyarakat. Ini jelas sekali bukan kegiatan yang diajarkan Nabi Muhammad saw.

Masa antara 2005 hingga 2025
Apabila kita cermati, dalam zaman akhir yakni dimulainya Era Kebangkitan Islam yang dimulai pada abad 14 H., atau sekitar tahun 1885, hingga saat kini, yakni tahun 2005 ternyata telah berjalan selama 120 tahun. Telah dimaklumi bahwa 100 tahun pertama adalah menanam benih, 100 tahun berikutnya adalah mendangir dan 100 tahun kemudian tanaman mulai beranjak dewasa dan dipelihara. Setelah 300 tahun nanti (yang jelas kita yang hadir disini sudah di alam lain), barulah tanaman Ahmadiyah akan berbuah, berkembang dan insya Allah Kerajaan Sorga yang dibangun sekitar 300 tahun akan dapat menghasilkan buah yang banyak manfaatnya.

Dengan perkataan lain, periode 2005 hingga 2025 adalah masa mendangir dan membesarkan Keindahan Islam. Menajamkan apa artinya Haq, jujur, benar, adil dan sabar dengan diasah terus menerus; teori dan praktek diujikan Yang Maha Kuasa setiap waktu sehingga kita, masyarakat sekeliling kita, dalam tingkat lokal, regional maupun global menjadi umat yang satu.

Dudu drajat dudu banda kang agawe mulyaning manungso, ananging katentremaning ati, kang kudu tansah diuji kalawan nenuwun marang Gusti Kang Murbeng Dumadi.

Sebagai insan manusia yang berbudi pekerti tinggi. Pada waktunya nanti, inya Allah, makin lama makin terlihat hasil tanaman yang telah ditaburkan benih-benihnya, dan Islam akan memberikan dengan nyata rahmatan lil ’âlamîn.

GERAKAN AHMADIYAH INDONESIA DAN PERGERAKAN ISLAM

Hubungan organisasi Gerakan Ahmadiyah Indonesia dengan Pergerakan Islam lainnya dapat ditelusuri sejauh mana silaturahmi atau hubungan formal maupun non formal dengan organisasi Islam formal, hubungan antara Gerakan Ahmadiyah Indonesia dengan pejabat, pelaku bisnis, politikus, universitas atau perguruan tinggi dan seterusnya.

Di Yogyakarta, hubungan telah terbina baik dengan Universitas Gadjah Mada maupun UIN Sunan Kalijaga dan juga hampir semua institusi lainnya yang terkait.

Untuk hal yang strategis, Pedoman Besar Gerakan Ahmadiyah Indonesia, maupun Gerakan Ahmadiyah di tingkat Cabang jelas telah mengadakan silaturahmi maupun courtesy call yang selayaknya harus dilakukan oleh suatu organisasi. Kepada Lurah setempat, Pemda, pejabat sipil dan militer setempat dan sebagainya.

Pelaksanaan di Jakarta, PB GAI telah melakukan pendekatan kepada Ketua Mahkamah Agung, hubungan dengan Jaksa Agung, pendekatan dengan DPR. Dan saya yakin, hampir setiap anggota Ahmadiyah di daerahnya masing-masing banyak yang mendapatkan amanah, baik sebagai Ketua RT, Ketua RW, anggota pengurus organisasi apa saja, oleh karena banyak anggota Ahmadiyah yang telah melaksanakan janji 10 dengan baik, dan tak diduga banyak yang memberi amanah. Bahkan juga amanah sebagai anggota DPR atau Pengurus Partai, karena kadar atau nilai Keindahan Islam telah memancarkan pada dirinya, sehingga seorang Ahmadi alhamdulillah dapat dipercaya, mempunyai kredibilitas yang sangat tinggi. Pemikirannya maju, positif, high quality tapi tetap low profile, sehingga hal ini sangat disyukuri. Namun banyak juga yang sinis dan benci terhadap anggota Ahmadiyah hingga disingkirkan atau dijauhi. Memang apabila direnungkan, 5 point alat ukur dan janji yang dilaksanakan oleh seorang Ahmadi, bagi orang yang belum mengenal, apalagi orang yang maksiat adalah menyilaukan/mblerengi.

Untuk mengevaluasi secara lengkap selama 100 tahun ini, apabila kita jujur dalam menelusuri Sejarah Pergerakan Islam dari awal abad ini hingga 1945, peranan Ahmadiyah dalam mempengaruhi semangat juang untuk melawan imperialisme sangat signifikan. Banyak tokoh-tokoh penggerak bangsa di antaranya HOS Tjokroaminoto, H. Agoes Salim, Mr. Kasman Singodimedjo, Bung Karno, Jusuf Wibisono, Roeslan Abdoel Gani dan masih banyak yang tak tertulis namanya di sini. Banyak tokoh-tokoh pejuang yang dalam kepustakaannya mempunyai Quran Suci dari Muhammad Ali dan buku Religion of Islam, namun yang dalam bahasa Belanda, oleh karena telah diterjemahkan oleh Soedewo PK. Pada periode 1945 hingga 1985, dan hingga tahun 2005 ini, Quran Suci yang telah dicetak ulang lebih 10 x ini masih mengalami banyak permintaan dari masyarakat. Bahkan Indonesia merdeka ini peranan para intelektual yang duduk dalam BPPKI adalah tokoh-tokoh intelektual pejuang-pejuang yang beragama Islam dengan bacaan utama dari buku-buku terbitan Ahmadiyah.

Untuk tingkat Internasional, meskipun jumlah anggota Ahmadiyah sedikit, namun telah menjalankan tugas-tugas strategis, yakni telah menembus ke Al-Azhar untuk mohon izin agar buku-buku terbitan Ahmadiyah yang ditulis oleh mubaligh Ahmadiyah agar diterbitkan dalam bahasa Arab. Sesungguhnya maksud ini adalah untuk memberikan nilai-nilai Keindahan Islam yang telah ditulis dan dipersiapkan oleh para mubaligh Ahmadiyah ke seluruh dunia, untuk mengenalkan Islam yang telah ditajdid agar masuk ke daerah-daerah yang menggunakan bahasa Arab, yakni Arab Saudi, Mesir dan negara Timur Tengah lainnya.

AHMADIYAH DAN GERAKAN SPIRITUAL

Dengan 5 point sebagai alat analisa, apabila diterapkan pada gerakan spiritual lain dapat menghasilkan hal yang positif dengan syarat Quran Suci dapat ditetapkan sebagai hakim dalam memutuskan permasalahan. Tujuannya adalah peningkatan akhlak, menuju keteladanan Rasulullah saw., meningkatkan rasa syukur dan siap berkorban, baik waktu, tenaga, pikiran, spiritual dan material menuju falah.

Hubungan antar organisasi Gerakan Ahmadiyah Indonesia dengan gerakan spiritual lain boleh dikatakan jarang, tidak pernah ada, namun secara perorangan, sebagai layaknya yang dianjurkan oleh Mujaddid, silaturahmi sering dilakukan oleh anggota Ahmadiyah kepada siapa saja. Apalagi anggota Ahmadiyah yang ingin mempelajari berbagai ajaran spiritual, dapat saja melaksanakannya.

AHMADIYAH DAN GERAKAN ISLAM LAIN

Gerakan ini namanya memakai atribut Islam namun dalam pelaksanaan di lapangan brutal, merusak, menzalimi muslim maupun non muslim dan tak terasa akibatnya sangat merugikan masyarakat. Pembunuhan, bom bunuh diri dan seterusnya. Hubungan dengan organisasi ini tidak ada dan tidak akan pernah ada.

Ahmadiyah justru menghidupkan orang mati, meningkatkan derajat kemanusiaan, mengajak berjuang, berjihad dengan memberikan pengertian Quran Suci dengan jelas kepada masyarakat. Membunuh rasa putus asa dan patah harapan, mengikuti Nabi Suci Muhammad Rasulullah saw., dengan berjihad berjuang dan berperang dengan sungguh-sungguh melawan buta iman, buta aksara, dan buta ilmu.

KESIMPULAN

Ahmadiyah Lahore yang diperkenalkan oleh Mirza Wali Ahmad Baig, yang berkembang mula-mula di Yogyakarta, dapat dikatakan sebagai suatu sumber ilham dan pemikirannya menjadi panutan bagi beberapa muslim terkemuka di Indonesia, dan juga banyak mempengaruhi kalangan intelektual muda Indonesia.

Dalam jumlah anggota, Ahmadiyah Qadian lebih banyak dibanding dengan Ahmadiyah Lahore, namun Ahmadiyah Lahore mempunyai pengaruh penting dalam Gerakan Keislaman di Indonesia, khususnya di kalangan intelektual dan mempunyai banyak simpatisan di luar organisasi mereka. Memang tujuan Ahmadiyah adalah untuk syiar Islam dan sangat mengharapkan Islam satu bendera di dunia, yakni Islam sejati, Dînul-Haqq. Menurut Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain, ringkasnya, Ahmadiyah Qadian lebih berhasil sebagai organisasi sektarian di Indonesia, sedang Ahmadiyah Lahore lebih berpengaruh sebagai suatu aliran pemikiran melalui kaum elit pelajar di Jawa yang ide-idenya membaur di sebagian kalangan masyarakat. Dan sekaligus, saya mengingatkan bahwa Ahmadiyah bukanlah sekte dalam Islam, lebih tepat disebut Mazhab dalam Islam.

Dari diskusi, kita dapat juga menyimpulkan bahwa sesungguhnya Ahmadiyah adalah identik dengan Gerakan Keindahan Islam atau Gerakan Keindahan Budi pekerti dan tepatnya adalah gerakan akhlak, menuju falah, menuju kemenangan, mengalahkan hawa nafsu, mengalahkan syaithan. Dan dengan demikian, apabila setiap individu mempergunakan 5 point sebagai acuan dasar, nilai keberhasilan kita adalah apabila dalam gelombang Gerakan Keislaman ini, kita bersikap menjadi yang terbaik. Apabila menjadi murid, jadilah murid terbaik; bila jadi guru, jadilah guru terbaik; bila jadi tukang sapu, jadilah tukang sapu terbaik; bila jadi karyawan, jadilah karyawan terbaik; apabila jadi manager, jadilah manajer terbaik; bila jadi Direktur, jadilah Direktur terbaik. Singkatnya adalah jadilah yang paling takwa dalam bidang yang ditekuni masing-masing. Dengan kerja keras, dakwah sekarang lebih tepat apabila seseorang berprestasi terbaik di bidangnya dan ia adalah seorang Islam. Sehingga dengan sendirinya masyarakat dapat menilai bahwa Islam telah mengantarkan seseorang menjadi yang terbaik.

Be yourself, be number one, be the best, niscaya derajat kemanusiaan akan meningkat.[]

 

Acuan

  1. Quran Suci
  2. Rahasia Hidup, Khwaja Kamaluddin
  3. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain
  4. Filsafat Da’wah, Ilmu Da’wah dan Penerapannya, Ki. MA Machfoeld.
  5. dan buku-buku lainnya

 

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »