Maulana Muhammad Ali bergabung dengan Gerakan Ahmadiyah pada tahun 1897. Ia Lahir pada tahun 1874 di Punjab, India. Meraih dua gelar magister secara bersamaan dalam bahasa Inggris (M.A.) dan Hukum (LL.B.) pada tahun 1899.
Di tahun 1900, saat ia tengah berada di ambang karir yang menjanjikan dalam dunia hukum, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad memintanya untuk menemaninya dan mengabdikan hidupnya dalam pelayanan Islam. Tanpa berpikir lama, ia menyanggupi permintaan itu, dan meninggalkan semua karirnya demi memenuhi panggilan Sang Mujaddid.
Dari Sang Mujaddid, Muhammad Ali mempelajari permata kebenaran Islam, yang ia yakini dapat menarik hati orang-orang di seluruh dunia.
Mula pertama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Gerakan Ahmadiyah itu, menunjuk Muhammad Ali sebagai editor Review of Religions, salah satu jurnal Islam pertama dari kalangan Islam yang berbahasa Inggris, yang terbit untuk pertama kalinya pada tahun 1902. Melalui majalah ini, Muhammad Ali menghadirkan Islam dalam wajahnya yang indah dan suci, kepada dunia Barat yang sering melihat Islam sebagai agama yang buruk rupa.
Pada tahun 1905, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mendirikan Sadr Anjuman Ahmadiyah, sebuah badan atau lembaga untuk mengorganisir jamaah dan gerakannya. Ia lantas menunjuk Maulana Muhammad Ali sebagai Sekretaris Dewan Eksekutif dari lembaga itu. Ghulam Ahmad memberikan kewenangan penuh kepada Dewan Eksekutif untuk menggantikan kepemimpinannya di dalam Sadr Anjuman sepeninggalnya, dan secara tertulis menetapkan bahwa “Sepeninggalku, keputusan Sadr Anjuman dalam segala hal adalah final dan mengikat.”
Tahun 1908 Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mangkat. Tangan kanan beliau, Maulana Nuruddin lantas menjadi Ketua Sadr Anjuman, dan memimpin Gerakan Ahmadiyah sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dalam Surat wasiatnya.
Tetapi dalam pada itu, di masa kepemimpinan Nuruddin ini, terdapat sebagian kalangan yang berusaha mengubah gerakan ini menjadi sebuah sekte yang berpikiran sempit. Mereka bersikap tidak toleran terhadap kaum muslimin lain, menyebut kalangan muslimin di luar mereka sebagai kafir, dan mencoba membangun kepemimpinan yang bersifat otokratis, melalui pembentukan dinasti keluarga, di dalam gerakan ini.
Kalangan itu kemudian menemukan momentumnya seketika sesudah Maulana Nuruddin wafat pada Maret 1914. Terpilihnya Bashiruddin Mahmud Ahmad sebagai pengganti Nuruddin, mengukuhkan dinasti keluarga yang otokratis ini, dan juga semakin mengentalkan pemikiran dan pemahaman mereka yang sektarian itu.
Keadaan ini memaksa Maulana Muhammad Ali meninggalkan Qadian. Bersama dengan beberapa anggota Gerakan Ahmadiyah yang sangat senior, Muhammad Ali lantas mendirikan Ahmadiyya Anjuman Isha’at-e Islam (Gerakan Ahmadiyah untuk Dakwah Islam) di Lahore. Gerakan yang didirikan tahun 1914 ini bertujuan untuk melanjutkan misi Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang sejati, dan mempertahankan keyakinan Sang Mujaddid yang asli murni.
Ada dua prinsip dasar keyakinan yang menjadi dasar dalam berdirinya Gerakan Ahmadiyah di Lahore, yang kemudian lebih dikenal sebagai Ahmadiyah-Lahore ini, dan diyakini sebagai keyakinan yang sesungguhnya dipedomani oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Pertama, bahwa seseorang yang mengucap kalimah syahadat adalah seorang Muslim, sehingga tidak bisa dan tidak boleh disebut kafir oleh siapapun. Kedua, Nabi Suci Muhammad saw. adalah khatamun-nabiyyin, dalam arti sebagai Nabi Terakhir, sehingga sesudahnya tidak akan ada nabi lagi, baik nabi terdahulu (seperti Isa Almasih, misalnya), maupun nabi yang baru.
Maulana Muhammad Ali memimpin Gerakan Ahmadiyah-Lahore sampai akhir hayatnya. Ia wafat pada tahun 1951. Melalui Gerakan ini, Muhammad Ali mengorganisir kegiatan dakwah Islam di seluruh dunia, dan menghasilkan sejumlah besar literatur Islam yang sangat ilmiah dan bernilai tinggi dalam bahasa Inggris dan Urdu.
Muhammad Ali juga menerjemahkan Al-Qur’an, disertai tafsir yang cukup lengkap, dalam bahasa Inggris dan Urdu. Buah karyanya dalam bahasa Inggris antara lain: The Religion of Islam, Muhammad The Prophet, A Manual of Hadith, The New World Order dan Living Thoughts of the Prophet Muhammad.
Kesemuanya adalah literatur keislaman bernilai tinggi, yang membahas segala aspek di dalam Islam, dan terutama membersihkan kesalahpahaman atas ajaran Islam, baik yang berasal dari kalangan luar maupun dari kalangan kaum muslimin sendiri.
Di dalam berbagai karyanya itu terdapat gambaran lengkap tentang Islam dalam wajahnya yang asli murni — sebuah agama yang damai, toleran dan spiritual.
Karya Maulana Muhammad Ali telah tersebar ke berbagai penjuru dunia, dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Kontribusinya dalam wacana dan literatur keislaman telah diakui oleh berbagai kalangan.
Seorang Muslim berkebangsaan Inggris, yang terkenal karena menerjemahkan Quran ke dalam bahasanya, yakni Marmaduke Pickthall, dalam tulisannya di tahun 1936 menyatakan, “Boleh jadi tak ada orang selain Maulana Muhammad Ali dari Lahore, yang dalam hidupnya telah melakukan pelayanan yang lebih lama atau lebih berharga untuk kebangkitan Islam.”
Sumber Artikel : www.aaiil.org | Disadur oleh Asgor Ali